Sukarman, Pengembang Sapi Perah dari Bebesen

oleh
Sapi Perah

Catatan: Fathan Muhammad Taufiq

Sukarman

KEBERHASILAN Sukarman mengembangkan ternak sapi perah di Buntul Pediwi, Bebesen, Aceh Tengah, mulai mendapat apresiasi dari banyak kalangan. Peternak yang juga seorang petugas teknis peternakan yang baru saja meraih Anugrah Bhakti Peternakan dari Menteri Pertanian ini, memang ‘all out’ dalam mengelola peternakan sapi perahnya.

Bermodal pengetahuan dan pengalaman berpuluh tahun sebagai petugas teknis peternakan, tak sulit bagi Sukarman untuk mengembangkan usaha ternak sapi perah yang mulai digelutinya sejak tiga tahun yang lalu itu.

Bagi para peternak di Kabupaten Aceh Tengah, beternak sapi perah masih merupakan hal baru, karena selama ini para peternak di dataran tinggi Gayo ini lebih suka memelihara kerbau atau sapi baik sapi lokal maupun sapi Bali yang pemeliharaannya relative lebih mudah.

Sampai saat ini, tercatat baru beberapa orang saja yang sukses mengelola ternak sapi perah di darah ini, diantaranya pak Siswanto di Kampung Despot Linge dan Sukarman sendiri yang mengembangkan ternak sapi perah di sekitar tempat tinggalnya di Buntul Pediwi ini.

Memelihara sapi perah memang terlihat agak rumit disbanding memelihara kerbau atau sapi biasa, tapi bukan berarti ternak potensial penghasil susu murni ini tidak bisa dikembangkan di daerah berhawa sejuk ini. Dan ini telah dibuktikan oleh Sukarman dan isterinya Tumiasih yang hanya dalam beberapa tahun saja sudah menunjukkan keberhasilan mereka mengelola ternak sapi perah.

Kandang yang representatif dengan sanitasi yang baik, adalah syarat utama untuk memelihara sapi perah, tapi itu bukan kendala bagi Sukarman, karena kebetulan dia memiliki lahan disekitar tempat tinggalnya yang cukup luas sehingga dia bebas mengembangkan desain kandang ternaknya sesuai dengan persyaratan teknisnya. Pengetahuan dan pengalamannya sebagai petugas teknis peternakan yang sudah dilakoninya selama berpuluh tahun, menjadi modal utama baginya untuk menjadi ‘pionir’ pengembangan sapi perah di daerahnya.

Setelah dijalani selama kurang tiga tahun mengelola peternakan sapi perahnya, puluhan  liter susu segar hasil dari usaha peternakan yang dikelolanya, kini menjadi tambahan penghasilan yang cukup signifikan bagi keluarganya. Tingginya permintaan susu segar di Takengon dan sekitarnya, membuat Sukarman tidak mengalami kesulitan untuk memasarkan susu segar yang diproduksinya. Bahkan dia tidak perlu mengantarkannya kepada konsumen, karena pembeli sudah datang ‘mengantri’ setiap hari.

Selain kandang dan sanitasi, masalah kesehatan ternak juga menjadi syarat utama keberhasilan ternak sapi perah, dan lagi-lagi, ini bukan kendala bagi lulusan SPMA yang sudah mengabdi sebagai petugas peternakan sejak tahun 1990an itu.

Itulah sebabnya beberapa ekor sapi perah yang ada di kandang miliknya terlihat sehat, segar dan ‘mulus’. Wajar susu segar susu segar  yang dihasilkannya juga optimal dan berkualitas sangat baik.

Sapi Perah

Kesan yang selama ini muncul di kalangan masyarakat bahwa sapi perah tidak cocok dikembangkan di kabupaten Aceh Tengah, seolah ‘pupus’ dengan bukti nyata yang telah ditunjukkan oleh Sukarman.

Kemauan untuk berusaha dengan baik itu adalah kuncinya, bukan faktor agroklimat yang menentukan keberhasilan usaha ternak sapi perah, karena faktor topgrafi wilayah dan iklim yang selama ini dianggap sebagai kendala, masih bisa ‘ditaklukkan’ dengan penerapan teknologi peternakan yang baik, itu yang sudah dia buktikan.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.