CELALA-LintasGAYO.co : Aparat pemerintahan kampung dewasa ini memiliki kewenangan yang cukup luas, bahkan peradilan adatpun menjadi kewenangannya. Dan di Gayo, pemuda adalah simbul dari suatu kampung.
Demikian diutarakan tokoh adat Gayo, Ibnu Hajar Laut Tawar dihadapan peserta Workshop Penguatan Peran Sarak Opat Dalam Pencegahan Tindakan Kejahatan Seksual yang digelar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Gajah Putih Takengon di Celala Aceh Tengah, Selasa 8 November 2016.
“Berkaitan dengan pemuda yang menjadi lambang atau simbol suatu kampung, maka budi pekerti dan perilaku pemuda merupakan ukuran kesopanan suatu kampung,” kata Ibnu, mantan Sekda Aceh Tengah ini.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa di samping perilaku, tentu Beru-Bujang (pemudi dan pemuda-Gayo:red) sebagai generasi tidak boleh lemah, baik lemah iman, ekonomi, pengetahuan.
Oleh karena itu, ditegaskan Ibnu, pemuda-pemudi harus dibekali dalam hidup bermasyarakat dan berumah tangga untuk pembekalan dan persiapan sehingga siap menghadapi masa depan.
“Dibutuhkan Ama ni Beberu (ayah si pemudi) dan Ine ni Bebujang (ibu si pemuda) menjadi perpanjangan lidah di masyarakat untuk kalangan pemuda-pemudi dan merupakan perwujudan keterlibatan peran mereka dalam menciptakan kesopanan suatu kampung,” tandas Ibnu Hajar.
Sebelumnya, salah seorang tokoh masyarakat Celala, Muhammad menyatakan kegelisahaannya atas maraknya kejahatan seksual di Aceh Tengah.
“Kami selaku pengurus sarak opat di kampung Celala merasa sangat gelisah dengan fenomena kejahatan seksual yang sedang marak terjadi disekitar kita, terutama di Aceh Tengah”, ungkap Muhammad.
Peserta Workshop tersebut terdiri dari Sarak Opat yang meliputi Reje, Imem, Petue dan Rayat Genap Mupakat (RGM) dari lima kampung di Kecamatan Celala yaitu kampung Celala, Berawang Gading, Cibro, Paya Kolak dan Kuyun Uken. (Diana Seprika)
