[Puisi] Bunyamin S
Pongot Sebuku
Untuk seorang serinenku
Rikit Gaib patut menangis
menangis dan menangis
menyesal apa yang disesalkan, waktu sudah berlalu
janjimu hanya hampa
Waktu itu hanya kumohon satu “tembuni mu !”
semasih di tanganmu butuh belai kasihmu, serinenku
kini harapan itu lenyap hilang tak berbekas
Pintaku kau anggap sebagai kerakusan
nyatanya itu bentuk kesombongan
atau ketidaktahuanmu
taringmu sudah putus
genggamanmu kini lunglai seiring dengan keangkuhan
disaat penikot engkau miliki
Sadarlah, pangkat dan tahta hanya sementara
apa yang dimiliki hari ini itulah yang bisa kita jadikan cerana
lumbung untuk pengabdian
tidak ada gunanya lagi suara ini, lidah sudah kelu dan parau
mubazir teriakan yang ku kumandangkan
bagaikan seset disenja hari
Semoga ini menjadi pembelajaran
cermin bagi pahlawanku
semua pahlawan negeri tembuni
Sayang ko imo iwasni uten
sayang ko Gayo
oo Gayo
ike gere besijamuten [SY]
November, 2015
Dikurasi dari naskah dan judul yang sama “Pongot Sebuku”