Catatan : Ismail Baihaqi*

Merengkuh impian untuk dapat mengecap pendidikan setinggi-tinggi merupakan modal awal dalam diri sang pemuda ini. Jamin namanya, seorang pemuda dari pedalaman hutan belantara di Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur. Mayoritas penduduk disini bersuku Gayo.
Orang tua Jamin, Ismail dan Siti Manis bukanlah orang berada. Keluarganya hidup dibawah garis kemiskinan. Walau begitu, tak menyurutkan Jamin untuk dapat bersekolah.
Ia menamatkan pendidikan dasarnya di Simpang Jernih. Kekurangan biaya saat itu, Jamin harus rela berhenti melanjutkan ke SMP. Satu tahun lamanya ia menanti untuk dapat mengecap pendidikan di bangku SMP.
Ibu Jamin, Siti Manis adalah seorang janda. Ayahnya meninggal saat Jamin baru berusia dua tahun. Untuk memenuhi keinginan Jamin dapat bersekolah kembali, ibu nya harus banting tulang.
“Saya sering menangis melihat ine (Ibu-red) terus bekerja untuk saya dapat kembali bersekolah. Jangankan untuk biaya sekolah, memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja kami terkadang tak mampu,” kata Jamin beberapa waktu lalu.
Melanjutkan pendidikan ke SMP, kata Jamin bukanlah dengan mudah. Dia mendapatkannya, atas bantuan Camat Simpang Jernih, Muhammad Ihsan Ahyat yang saat ini menjabat sebagai Sekda Aceh Timur.
Dia membawa Jamin ke Idi Rayeuk, kemudian menitipkannya kepada Bupati Aceh Timur yanh waktu itu dijabat oleh Drs. Azman Usmanuddin, MM. Jamin pun diangkat menjadi anak.
“Garis tangan saya memang sudah begitu, tak ada yang perlu disesali. Hingga akhirnya Allah menunjuk orang tua angkat untuk saya, agar apa yang saya cita-citakan dapat terwujud,” kenang Jamin.
Bersama keluarga Azman, sambil bersekolah Jamin diberi pekerjaan sebagai mandor di perkebunan kelapa sawit selama dua tahun. Selama 10 tahun lebih, ia tinggal bersama keluarga Azman.
“Walau tinggal bersama Pak Azman, Ine di kampung tak pernah saya lupakan. Saya ingin membahagiakannya, maka dari itu saya ingin sekolah, agar suatu saat ine bisa tersenyum melihat keberhasilan saya,” ucapnya haru.
Usai menamatkan SMA nya, Jamin pun melanjutkan kuliah di IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, masuk di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FAUD) tahun 2011. Tepat empat tahun, dia menyelesaikan studinya, baru-baru ini. Jamin kelihatan gagah memakai toga diapit sang ine.
Berbekal ilmu yang telah dia miliki, Jamin ingin mengabdi di tanah kelahiranya di Simpang Jernih. Dia merasa, Simoang Jernih merupakan wilayah yang masih terisolir. Tak lupa dia ingin membawa sang Ine, Siti Manis naik haji ke baitullah.
“Tak lupa saya berterima kasih kepada keluarga pak Azman, yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan studi,” tandas Jamin. [DM]