Sampah Plastik, dari Dasar Lut Tawar hingga Puncak Burni Telong

oleh
Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)
Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)
Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)

Catatan Khalisuddin*

Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)
Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)

KEINGINAN 5 orang atlit selam pecinta lingkungan dari Gayo Diving Club (GDC) menikmati indahnya alam dari puncak Burni Telong Kabupaten Bener Meriah, Minggu 9 Agustus 2015 tidak sesuai harapan, bukan karena kabut tebal yang menutupi pandangan karena itu sudah resiko, tapi karena mesti berpapasan dengan serakan sampah plastik di beberapa titik, di pungung dan di puncak gunung Burni Telong.

Mereka (Fajar, Iwan, Irham, Zikri dan Riza) menyatakan sangat kaget dan kecewa, tak mengira samasekali destinasi wisata minat ‘sangat’ khusus tersebut ternyata juga dikunjungi orang-orang yang tak punya kesadaran lingkungan.

“Ini bang sampah-sampahnya bang,” kata Fajar sambil menunjukkan beberapa foto dari HP canggihnya, Rabu 12 Agustus 2015. “Kenapa tidak kalian pungut dan bawa turun,” tanyaku.

“Sampahnya basah, kami juga salah perencanaan, terlalu banyak beban dibawa padahal tidak diperlukan dalam pendakian,” jawabnya. Dia sendiri rupanya membawa 2 kamera DLSR yang lumayan berat, justru tidak bisa digunakan karena cuaca tak bersahabat.

Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)
Sampah di Burni Telong. (Foto : Fajar)

Wajar mereka kecewa, Fajar cs sedang getol-getol mengkampanyekan budaya bersih tidak membuang sampah ke danau Lut Tawar, destinasi wisata terhandal di Gayo. Minggu 2 Agustus lalu mereka melakukan pemungutan sampah di dasar danau Lut Tawar  (klik : [Foto] Pemungutan Sampah didasar Danau Lut Tawar) dan dalam memeriahkan HUT RI ke-70, 17 Agustus 2015 mereka kembali melakukan kegiatan yang sama. (klik : 17 Agustus 2015; Underwater Clean-Up Jilid 3 di Pante Menye).

Diluar konteks tulisan ini, saya iri pada mereka, mereka adalah atlit berprestasi multi talenta, berprestasi di olahraga balap sepeda, juara renang bebas di perairan terbuka dan mahir juga olahraga arung jeram.

Catatan yang kita petik dari pengalaman Fajar dan kawan-kawan adalah kesadaran masyarakat akan lingkungan masih sangat kurang, kita umumnya hanya bisa menikmati, minim kemauan memelihara, terlebih bersusah payah untuk orang lain, mementingkan diri sendiri. Egois!.

Sampah plastik di dasar danau Lut Tawar dipungut oleh Fajar Cs dari Gayo Divin Club (GDC), Minggu 2 Agustus 2015. (Foto : Fajar)
Sampah plastik di dasar danau Lut Tawar dipungut oleh Fajar Cs dari Gayo Diving Club (GDC), Minggu 2 Agustus 2015. (Foto : Fajar)

Bukan memvonis, karena serakan sampah yang ditemukan Fajar cs itu berada di ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut tentu bukan orang biasa pelakunya, kecil kemungkinan oleh warga sekitar yang kebanyakan berprofesi sebagai petani kopi. Tidak ada kebun kopi di ketinggian seperti itu.

Tentu pelakunya adalah orang-orang kuat fisik untuk mendaki gunung, pecinta keindahan alam. Semoga saja mereka yang meningalkan sampah-sampah itu tidak pernah berteriak “akulah pecinta lingkungan”, sungguh memalukan.

Lalu bagaimana solusinya, tentu dimulai dari kita sendiri, jika mesti bawa makanan berkemasan plastik ya bawalah pulang plastiknya dan buang ditempatnya, membakar sampah juga tak ramah lingkungan, bisa membakar lingkungan sekitar dan membahayakan kesehatan.

Pihak pengelola kawasan wisata ini yang berlokasi di kampung Rembune Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah juga semestinya melakukan pengawasan ketat. Tidak hanya pungut biaya parkiran sepeda motor Rp, 10 ribu perunit dan Rp, 5 ribu perorang.

Pastikan pendaki Burni Telong membawa pulang sampah yang mereka gotong ke puncak, beri sanksi jika mereka tidak ta’at aturan. Semua bisa diatur, mereka yang mendaki adalah wisatawan minat “sangat” khusus.

Biasakan, kita mau kita bisa, salam lestari!.[]

Burni Telong. (Kha A Zaghlul)
Burni Telong. (Kha A Zaghlul)

*Pemerhati Lingkungan di Gayo

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.