Tuker Sali : ‘Barter’ Versi Gayo?

oleh

Catatan : Darmawan Masri*

Ilustrasi tuker sali
Ilustrasi tuker sali

Tuker Sali dalam bahasa Gayo secara harfiah berarti Tuker = Tukar, Sali = Menyambung. Tuker Sali berarti menukar sesuatu barang dengan barang lainnya dengan menyambung kedua belah pihak berdasarkan suatu kesepakatan.

Istilah tukar menukar barang dengan barang lainnya disebut dengan Barter. Pola barter sudah dikenal jauh sebelum adanya alat tukar uang.

Pola tersebut sudah berlangsung lama dan hingga saat ini sesekali masih dipergunakan manusia. Istilah barter digunakan dalam kegiatan ekonomi, minsalnya beras ditukar dengan ayam dan lain sebagainya.

Berbeda dengan barter istilah Tuker Sali di Gayo lebih kepada unsur atau aspek keikhlasan dari satu orang yang hendak menukarkan barangnya dengan barang milik orang lainnya.

Dalam artian, Tuker Sali tidak memandang nilai ekonimis seperti yang terjadi pada pola barter tadi.

Minsalnya, seseorang yang suka terhadap barang yang dimiliki oleh orang lain. Dia ikhlas menukarkan dengan barang miliknya yang lebih bernilai ekonomis.

Si A memiliki barang berupa perhiasan cincin giok, katakanlah harganya 10 juta Rupiah, sedangkan si B yang suka melihat perhiasan tersebut rela menukar mobilnya yang bernilai 40 juta Rupiah demi memiliki cincin giok si A tadi.

Terjadilah kesepakatan antara si A dengan si B yang berujung kepada menyambungkan antara barang A dengan barang B yang hendak di tukar. Disinilah kesepakatan keduanya, dan Tuker Sali pun terjadi dengan perasaan suka sama suka, walaupun barang si B lebih tinggi harganya dari barang yang dimiliki si A.

Istilah Tuker Sali di Gayo masih dipakai dalam kehidupan masyarakat modern saat ini.

Menurut kandidat doktor Universitas Leiden, Belanda, Jurusan Antropologi Hukum, Arfiansyah mengatakan, pada prinsipnya Tuker Sali dan Barter memiliki pola yang sama yakni menukar barang dengan barang, namun ada perbedaan diantara keduanya.

Menurutnya, barter lebih kepada istilah ekonomi yang sudah dikenal sejak lama. Sedangkan Tuker Sali di Gayo lebih kepada silaturahmi dan hubungan sosial sesama masyarakatnya.

“Pola Tuker Sali di Gayo cukup unik, karena bisa mempererat tali persaudaraan, selain itu juga sebagai hubungan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh urang Gayo, tidak ada nilai bisnis di dalam nya,” kata Arfiansyah, beberapa waktu lalu. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.