[puisi] Zulfikar
Merindu Tepi Kuburan
Puluhan tahun lalu
negeri kita masih gaduh
dentuman-dentuman menghancurkan gedung-gedung
membakar rumah-rumah
desingan peluru
kicau gagak disiang dan malam hari
Puluhan tahun lalu
aku masih merantau di negeri orang
umi melarangku rindu
agar tak pulang
negeri kita masih gaduh
orang-orang mati terkapar dalam payau
hatinya tergantung di pohon rumbia
Puluhan tahun lalu
ladang yang subur lebur dimakan satwa
buah pala hilang kemana
pohon-pohonnya tumbang dirampas keadaan
negeri kita masih gaduh
umi dan bapak tak lagi berladang
Beberapa tahun lalu
tanah, sungai tak sanggup lagi menampung
tumpah darah
hingga laut murka memberi gelombang tsunami
jiwa-jiwa melayang tersangkut
ditujuh lapisan langit
negeri kita damai kembali
Kemarin
di kaki Seulawah dan Bukit Barisan
masih ada yang tertembak mati
pelurunya nyasar menembus jantung
ibu negeri
Banda Aceh, 22 Mei 2015
Zulfikar adalah pelaku dan penikmat seni. Sejumlah karya-karya pernah terbit di ruang budaya media cetak di Aceh dan media cetak di Sumatera Barat. Karyanya yang lain termuat dalam Buku Antologi Puisi Bersama Penyair Enam Negara “Puisi Secangkir Kopi” yang diterbitkan oleh The Gayo Institute (TGI). Zulfikar yang juga adalah adik kandung teaterawan penting Aceh Maskirbi (alm) ini juga adalah anggota Teater Mata Banda Aceh dan KUFLET Padangpanjang Sumatera Barat. [SY]