Sang Akhwat

oleh

[Cerbung]
Bagian 3 dari 5 Cerita

Irama Br Sinaga

“Bagaimana nak, apalagi yang kamu pikirkan, dia gadis baik dan kamu sudah kenal dia”.

“Tapi Bu, dia itu adikku dan kami hanya sebatas organisasi”.

“Masak kamu nikah dengan kakak-kakak”, Bunda mengejek.

“Bukan gitu Bu”.

“Bunda tidak mau tahu, Bunda cuma setuju dengan Fanny”.

“Bunda, berikan aku waktu untuk memikirkannya”.

“Pokoknya dua minggu lagi kita lamar dia”, Bunda menegaskan.

Kok cepat kali Bu, emangnya Bunda sudah tanya Fanny?”.

“Belum, besok Bunda suruh si Mida yang tanyakan, mereka kan dekat”.

Mida adalah pembina organisasi dan rumahnya berdekatan dengan rumah Reza.

Gak usah Bu, biar Reza yang tanya langsung”.

Hah ngak bisa, tar Reza ngak jadi tanya-tanya”, Bunda meragukan Reza.

“Ya Reza tanya, Reza kan punya nomor handphone-nya?”, Reza menyakinkan Bunda.

“Kalau begitu, sini nomornya biar Bunda yang menghubungi langsung”.

“Jangan bunda, biar Reza aja”.

Ngak bagus kalau Reza yang tanyak, biar Bunda aja ya..??”, Bunda merayu.

Seminggu berlalu lebaran, Bunda menghubungi Fanny. Handphone Fanny berbunyi dengan nada lirik lagu Malasya dengan judul “Ombak Merindu”. Nomor baru memanggil.

“Assalamu’alaikum”.

“Wa’alaikum salam, apa kabar Fanny?”.

“Alhamdulillah sehat Bunda”, Fanny langsung kenal dengan suara Bunda.

Kok, Fanny tahu kalau ini Bunda”.

“Ya taulah Bu, kan suaranya khas Bunda he”,  Fanny tertawa kecil.

“Oh ya ya, Fanny bisa aja, oya sedang apa?”.

“Fanny sedang istirahat Bu, tadi Fanny nyuci, oya tumben Bunda telpon dan dari mana Bunda tahu nomor Fanny?”. Heran karena sebelumnya Bunda tidak pernah telpon atau sms.

“Oh ya, Bunda tahu dari Reza, Bunda mau tanya sesuatu”.

“Apa Bunda”, Fanny penasaran

“Fanny sudah ada niat untuk bekeluarga?”.

Fanny terdiam dan menarik nafas dalam-dalam “Apakah ada hubungannya dengan ikhwan yang diceritakan bang Zulfikar?”. Perasaan Fanny pun tambah heran dan bingung.

“Memangnya kenapa Bunda?”.

“Hmm kalau Fanny sudah siap, Bunda mau datang kerumah Fanny?”.

“Hah apa Bunda…!!!”. Terkejut.

“Ya, Bunda mau lamar Fanny untuk anak Bunda”.

“Bunda, bukannnya Bunda cuma punya anak dua?”, Fanny ingin memastikan.

“Ya, Bunda ingin Fanny jadi isteri Reza”.

Fanny terdiam dan tidak tahu mau jawab apa. Dia mencubit pipinya “auh..sakit” Fanny menyakinkan bahwa dia tidak sedang tidur dan bermimpi. Gadis manis ini pun mengingat kejadian saat Madrasah Ramadhan, mungkinkah yang dimaksud bang Zul adalah bang Reza, huh !

“Bagaimana nak”, suara Bunda terdengar di handphone.

“Hmm Fanny shalat istikharah dulu Bu, Fanny ndak bisa jawab sekarang”.

“Oh ya ya, Bunda tunggu jawabannya hari Rabu, hari Jum’at rencana Bunda datang kerumah Fanny”, Bunda berharap Fanny menjawab ya.

“Ya Bunda”. Fanny mengakhiri obrolan dan termenung.

Apa yang sedang terjadi padaku, bisakah aku hidup denganya, apakah dia menerima aku apa adanya, dia seorang dokter dan terlahir dari rahim orang kaya, sedangkan aku ! Ah tak mungkin, aku tak mungkin bersamanya. Fanny merasa tak pantas dengannya.

Malam yang dihiasi bintang dan bulan purnama. Hati Fanny dilema antara yakin dan tidak. Fanny sms Zulfikar.

“Aslm, Afwan (maaf) bang menganggu, oya Fanny boleh tanyakkan tentang si ikhwan yang dijodohkan sama Fanny?

Sms Fanny sangat lama dibalas hingga Fanny merasa sedikit benci dengan Zulfikar yang tak mau memberitahukan siapa ikhwan itu. Malam kian larut, Fanny setia menunggu sms dari Zulfikar. Mata tak mau terpejam, rasa tak yakin atas permintaan Bunda.

Pukul 00.00 wib, masuk pesan dari Zulfikar. Fanny langsung buka dan baca “Wslm, boleh, emang pertanyaannya apa? Maaf ya telat karena tadi saya ada acara”.

Fanny bingung mau balas, jam sudah larut dan bila tak dibalas Fanny penasaran. Dengan segala pertimbangan akhirnya Fanny balas.

“Oh, ndak apa-apa, Fanny mau tanya, apakah ikhwan yang diceritakan bang Zul adalah bang Reza?”.

“Ya Fan, bagaimana? Fanny mau terimakan?”.

Reza sudah memberitahukan pada Zul bahwa Bunda sudah menghubungi Fanny dan bermaksud ingin melamar. ——Bersambung—— [SY]

[highlight]Link Sang Akhwat (Bag. 1)[/highlight]
[highlight]Link Sang Akhwat (Bag. 2)[/highlight]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.