Orang Gayo Pantang Menyerah

oleh

Gempa Gayo (bagian 15)

Catatan: Aman ZaiZa

Baharuddin Wahab saat sampaikan pesan terakhirnya kepada generasi muda Gayo. (Kha A Zaghlul)
Baharuddin Wahab saat sampaikan pesan terakhirnya kepada generasi muda Gayo. (Kha A Zaghlul)

INNALILLAHI WA’INNA ILAIHI RAJI’UN. Rasa duka dan belasungkawa sedalamnya atas meninggalnya seorang tokoh masyarakat Gayo Baharuddin Wahab di Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon, Rabu 16 Oktober 2013 pukul 23:15 WIB setelah sempat memberi semangat kepada Generasi muda di Gayo pada acara silaturahmi komunitas Wapres Cafe di Jalan Mahkamah, Takengon.

Allah SWT telah berjanji, dimana “Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati” (QS. Ali ‘Imran : 185).  Kematian itu adalah hal yang mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar, kapan dan dimanapun.

Semangat yang diberikan sesepuh masyarakat Gayo ini, kiranya perlu dicamkan oleh semua pihak, terurama masyarakat Gayo dimanapun berada. Pasalnya, hingga jelang ajalnya, petuah sangat bermanfaat masih dilontarkan dari bibirnya yang tergali dari hati nurani yang paling dalam.

“… tirulah juga sikap pantang menyerah panglima perang andalah Rasulullah itu dalam membela islam, jangan pantang menyerah, karena Gayo memiliki sikap pantang menyerah itu,” ujarnya meskipun kondisi pada malam tersebut kondisi kesehatannya makin memburuk.

Selepas mengutarakan pesan tersebut dari sekian banyak pesan yang lontarkan, Baharuddin Wahab meminta izin untuk meninggalkan Wapres Cafe, karena kondisi kesehatannya tidak lagi bisa mengikuti acara yang berlangsung di hawa yang dingin itu.(https://lintasgayo.co/2013/10/16/ini-pesan-baharuddin-wahab)

Pamitan yang disampaikan Baharuddin Wahab ternyata pamitan untuk selamanya dan pesan yang ditinggalkan adalah “cambuk” bagi masyarakat Gayo secara menyeluruh. Terlebih pesan tersebut disampaikan saat duka masih menyelimuti masyarakat Gayo pascagempa 2 Juli lalu.

Sikap pantang menyerah yang disampaikan almarhum menunjukan bahwa kita suku bangsa Gayo ini harus bisa bangkit dan terus berjuang agar kita mendapat hak-hak sebagai korban gempa yang menjadi tanggungjawab pemerintah, namun bukan ketergantungan kepada bantuan.

Rehab-rekon yang seharusnya sudah dilaksanakan di Gayo harus terus diperjuangan agar segera bisa terujud, tanpa harus terbuai dengan janji-janji yang dilontarkan oleh pemerintah maupun pihak ketiga.

Caranya…? Setiap komponen masyarakat Gayo harus bahu-membahu agar rehab-rekon itu bisa terujud. Mereka para komponen masyarakat ini mulai dari masyarakat korban gempa itu sendiri, pemerintah kabupaten, legislatif, mahasiswa termasuk insan pers harus punya gebrakan dan pressure terhadap semua pihak yang ‘menghambat’ pelaksanaan rehab/rekon tersebut.

Sebab, kalau hanya berdiam diri dan menunggu orang lain mau membantu kita, maka sampai kapanpun rasanya itu akan sulit bisa terujud. Sebab, sudah menjadi rahasia umum di negeri ini, pada umumnya orang yang mau membantu pasti akan kepentingan tersendiri. Meskipun ini tidak berlaku bagi semua kalangan.

Karena bagaimanapun masih ada juga ‘segelintir’ orang di negeri ini yang mau bekerja dan membantu atas dasar iklas. Tapi untuk mencari orang yang iklas itu sudah teramat sulit di belantara negeri kita ini.

Lintas Sp Juli-Blang Mancung dua pekan pascagempa. Sampai kapan harus begini.(LGco-aman.ZaiZa)
Lintas Sp Juli-Blang Mancung dua pekan pascagempa. Sampai kapan harus begini.(LGco-aman.ZaiZa)

Jika ini semakin dibiarkan, maka tak mungkin hal-hal terburuk bisa saja terjadi. Seperti halnya upaya-upaya pihak tertentu yang mencari keuntungan dibalik bencana. Dan paling berbahaya itu adalah masuknya pihak yang melakukan pendangkalan akidah dengan modus bantuan, baik sandang, pangan dan papan (pembangunan rumah).

Tentu kita masih ingat, berada banyak saudara kita di pesisir Aceh yang pindah agama, hanya karena kurangnya perhatian. Sehingga dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk membantu dengan syarakat harus meninggalkan Islam sebagai akidah kita. Nauzubillah min zalik.

Bila ini tidak mau terjadi, apakah kita tinggal diam saja. Karenanya, berjuanglah untuk meraih hak-hak kita sebagai korban gempa dan itu harus dilakukan semua pihak. Mulai dari masyarakat korban, pemkab, legislatif, LSM lokal, pers, tokoh masyarakat termasuk para calon anggota legislatif (Caleg).  

“….Gayo memiliki sikap pantang menyerah itu,” pesan Baharuddin Wahab. Pesan sarat makna yang harus mampu kita terjemahkan dan implementasikan di kehidupan nyata saat ini. Apapun ceritanya Gayo harus bangkit dari keterpurukan bencana ini. bersambung

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.