
Jakarta – LintasGayo: Globalisasi yang terbawa oleh kapitalisme yang direstrukturisasi, maupun massifnya penggunaan teknologi informasi membawa perubahan bagi masyarakat yang bangkit dalam struktur berciri jejaring yang kemudian disebut sebagai network society.
Demikian paparan Firman Kurniawan Sujono dalam ujian terbuka untuk memperoleh gelar Doktor dalam bidang ilmu pengetahuan budaya program studi ilmu filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI), Selasa (18/6/2013) siang.
Dihadapan Promotor Prof. Dr.T.M. Soerjanto Poespowardojo, Firman menegaskan teknologi informasi (TI) tak hanya dimanfaatkan oleh kapitalis, namun juga terjadi perembesan (pervasive) pada individu.
“Pemanfaatan oleh individu ini mendorong terbentuknya jejaring teknologi informasi. Sebuah keadaan yang membawa pada perubahan multidimensi; bidang ekonomi, politik, social, maupun budaya,” terang Firman.
Dijelaskan network society yang berlaku adalah logika jejaring, didalamnya terjadi relasi komunikasi yang membentuk budaya baru. Suatu budaya yang tidak membedakan antara realitas dan repsentasi simbolik.
Menjawab pertanyaan Romo Muji terkait kondisi masyarakat Papua yang cepat atau lambat akan terdegradasi dengan adanya teknologi informasi, Firman menjelaskan masyarakat Papua harus dilindungi dari degradasi budaya akibat pengaruh tekhnologi informasi.
“Memang penyebaran teknologi informasi yang membentuk manusia jejaring tidak bisa dibendung namun masyarakat Papua harus dilindungi agar tetap dalam budayanya,” jelas Firman dihadapan ko promotor Prof. Alois Agus Nugroho,Phd.
Terkait dengan keberadaan telivisi, Firman menegaskan saat ini ada pergeseran dari dunia virtual TV menuju dunia internet, “Saat ini mass communication melalui sarana internet mempengaruhi masyarakat,” ungkapnya.
Dalam penelitian Firman, masyarakat berjejaring akan kehilangan identitas namun identitas ini dapat diraih kembali melalui project identity, “Seperti perjuangan perempuan dalam feminism merupakan contoh dalam project identity,” urainya.
Dalam mempertahankan disertasinya, Firman lebih banyak mengambil cara pandang dari pemikir Manuel Castells yang dikaryakan dalam buku The Rise of Network Society dan The Power of Identity.(rilis)