Catatan Khalisuddin
SARILEN adalah salahsatu cara menangkap ikan di sungai-sungai dataran tinggi Gayo.
Ikan dijebak masuk ke perangkap yang dibuat dari bilah-bilah bambu yang dialiri air sungai yang dialihkan melintasi Sarilen.
Biasanya, ikan dengan ilmiah Tor sp terjebak jenis Gegaring (iken Pedih, ikan Jurung, ikan Dewa, ikan Batak atau ikan Kerling) yang hendak kembali ke bagian hilir sungai setelah bertelur (mumire).
Ikan-ikan itu akan terjebak di Sarilen dan karena sudah Mumire di maka perut ikan betina itu sudah kempis tanpa pire (telur).
Ikan yang terjebak sebagian di konsumsi, dan terkadang untuk benih dipelihara di kolam atau Keramba Jaring Tancap (KJT) dan Keramba Jaring Apung (KJA).
Umumnya, Sarilen mulai dibuat saat awal musim kemarau saat air sungai susut. Sarilen tidak dibuat permanen dan rawan rusak saat musim hujan karena air sungai naik dan lebih deras.
Di Gayo, Sarilen masih eksis salahsatunya di sepanjang sungai Bidin kampung Tembolon dan Rusip Kecamatan Syiah Utama Bener Meriah. Juga di Samarkilang di Kala Sio dan sungai Bener Meriah.
Kedepan, lokasi Sarilen dan lokasi pemancingan akan dijadikan sebagai objek wisata di kawasan ini. Lain itu juga akan dikaitkan dengan wisata arung jeram sebagai lokasi start, rest atau finish point.
Selain dengan Sarilen, ikan sungai ditangkap dengan jele (jala), kik (pancing), tangil (kail), timak (tembak), wau (bubu), doran (jaring), tawat (kail) dan lain-lain.
Di Samarkilang, siapapun dilarang keras menangkap ikan dengan aliran listrik (stroom) dan racun (tube).
Yang ketahuan melakukannya akan dikenakan sanksi adat di proses hukum sesuai aturan yang berlaku.
Para pendatang yang masuk akan diperiksa barang bawaannya oleh para pemuda yang tergabung dalam wadah organisasi Karang Taruna. Ini dilakukan juga mengantisipasi penggunaan Narkoba (sabu-sabu, ganja dan minuman keras). []