[Resensi Buku] Catatan Zulia; Membaca Sajak Kerinduan Zab Bransah

oleh

 

Oleh: Mahdi Idris*

PUISI merupakan suatu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi dikarenakan oleh kepadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata konotatif, yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.

Dorongan menulis puisi muncul dalam diri seorang penyair tidak datang begitu saja dari dunia tak dikenal, akan tetapi datang dari sebuah pengalaman yang dihayatinya secara total. Pengalaman yang dimaksud ada kalanya disebut sebagai pengalaman puitik, yang sumbernya bisa berasal dari pengalaman fisik maupun dari pengalaman metafisik dalam pengertian yang seluas-luasnya (Soni, 2012:21).

Enam puluh sajak yang terhimpun dalam buku ini merupakan karya pilihan yang ia tulis dalam rentang waktu 32 tahun; 1986-2018, dari masa beliau belia, saat duduk di bangku kuliah, sampai usianya yang kini memasuki 54 tahun. Hal ini menunjukkan betapa istiqamah-nya dalam berkarya sampai usia menjelang senja.

Sehimpun sajak Catatan Zulia menggambarkan suasana batin sang penyairnya. Zab Bransah berupaya mengungkapkan perasaan dan dilema batin dalam sajak-sajaknya yang sarat makna rindu, cinta, serta keprihatinannya pada tanah kelahiran.

Sajak kerinduan tergambar dalam puisi Rindu pada Zulia.
Malam dingin
angin menusuk kalbu
menembus pori-pori
menenggelamkan jiwa pada cinta
menyepi pada diri
untuk menyatu pada kepatuhan
ingin kurasakan lagi angin
menitip rinduku pada Zulia
(Catatan Zulia, hal. 30)

Zulia adalah metafora yang digunakan Zab Bransah untuk seseorang yang dirindukan, dicintai, sekaligus dibenci. Dalam hal ini, saya bertanya langsung kepada Kanda Zab Bransah, siapa sesungguhnya Zulia yang banyak disebut dalam puisi-puisinya itu. Sehingga, melalui sajak-sajaknya, Zab Bransah menyatakan diri bahwa dialah pemilik Zulia satu-satunya di dunia ini.

Kerinduannya pada tanah kelahiran ia ungkapkan dalam puisi Pulang I sebagai berikut:
Langkahku malam ini
merindukan kembali pada tanah kelahiran
jalan masih panjang menapaki diri
pada malam-malam semakin menepi pada janji
menyambutku kembali.
(Catatan Zulia, hal. 5)

Kita semua tahu bahwa Zab Bransah adalah penyair kelahiran Meureudu, Pidie Jaya, yang sejak berumahtangga dengan seorang gadis Peureulak ia tinggal di Langsa dan bertugas di MAN I Langsa, yang jauh dengan kampung halamannya. Kerinduan akan tanah kelahirannya sesekali menyeruak dan gejolak rindu itu ia ungkapkan dalam sajak-sajaknya, yang menu-rutnya, kerinduan itu akan pula tertunaikan.

Zab Bransah mantan pemuda di era 80-an, kini merasa banyak kehilangan pada era Jaman Now, adat dan budaya masyarakat sudah jarang sekali dilaksanakan. Ia sangat merindukannya, semua itu kembali sebagaimana pada masa muda-nya. Hal ini ia ungkapkan dalam puisi Tambo berikut ini:
Lama sudah kerinduanku padanya untuk diperdengarkan kembali,
nyanyian subuh untuk membangunkan kita
nyanyian para petani dan nelayan
pada tiap saat berbunyi sebagai pertanda.
(Catatan Zulia, hal. 36)

Maka, tak berlebihan kiranya, keseluruhan sajak ini bertema kerinduan, yang kelak dibaca semua orang bahwa buku ini menjadi bukti kehidupan seorang Zab Bransah di alam nyata dan terus dikenang generasi masa akan datang. Semoga.[SY]

 

*Mahdi Idris lahir di Aceh Utara, 03 Mei 1979. Karyanya berupa puisi, cerpen,esai, dan resensi dimuat berbagai media lokal dan nasional. Karya tunggalnya yang telah terbit Lelaki Bermata Kabut (2011), Sang Pendoa (2013), Jawai (2014), Lagu di Persimpangan Jalan (2014), dan Kidung Setangkai Sunyi (2016). Kumpulan puisinya yang akan terbit Kutukan Rencong. Kini bermukim di Pondok Kates, Tanah Luas, Aceh Utara.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.