[Surat Terbuka] KP3ALA Sadarlah…

oleh

Oleh : Yusuf Sabri Rahman*

Yusuf-Sabri-RahmanSebagai instrumen dari perjuangan pemekaran Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA), saya harus ungkapan kekecewaan saya sebagai generasi muda Gayo dan sebagai perwakilan mahasiswa Banda Aceh yang berasal dari Aceh Tengah, karena saya, sampai hari ini masih menjabat sebagai ketua Ikatan Pemuda Pelajar & Mahasiswa Aceh Tengah (IPPEMATA) Banda Aceh sehingga tidak berlebihan rasanya jika saya cukup mewakili representasi aspirasi mahasiswa Gayo Banda Aceh;

  1. Harusnya gerakan perjuangan melahirkan provinsi ALA harus dijadikan gerakan bersama dengan melibatkan seluruh elemen pergerakan, tentunya elemen mahasiswa menjadi daya dorong dan nilai tawar dalam setiap pergerakan ALA, setidaknya kami sudah membuktikan diri tanpa komando dan tanpa arahan dari tokoh-tokoh ALA, kami mahasiswa Gayo sudah sangat tergerak dalam meneriakan ALA di Banda Aceh, setidaknya kami sudah merasakan penderitaan bathin yang selama ini kita derita bersama, harusnya benih-benih perjuangan semacam ini terus dijaga semangat dan pergerakannya, jangan diabaikan;
  2. Secara pribadi dan mungkin beberapa teman-teman mahasiswa juga merasa heran, kok kesannya setiap akan lahir sebuah pergerakan ALA, mahasiswanya kok ditinggalkan. Sehingga kesan ekslusif dalam perjuangan ALA tak terlepas dari benak saya, jika sudah milik bersama makan pertemuan penting ALA juga harusnya dilakukan di Banda Aceh, agar terkesan para pejuang ALA itu tidak pernah takut terhadap pemerintahan Aceh dan sekutunya, akan lebih berwarna dan menunjukan nilai tawar lebih jika pertemuan tingkat tinggi ALA juga digelar di ibu kota provinsi Aceh, tidak harus selalu di Medan;
  3. Belum terlambat untuk dapat menyatukan semua elemen yang mau bergerak, terlebih mahasiswa Gayo Banda Aceh yang selama ini sudah bergerak secara mandiri, kekhawatiran saya gerakan mahasiswa ini akan bubar jika tidak dirawat dengan baik. Gerakan Mandiri Mahasiswa Gayo Banda Aceh terjadi karena kami sangat dengan lingkaran kekuasaan, sehingga kami merasakan betul kebijakan yang timpang, ALA itu harus lahir dan bagaimana Gayo juga harus terus dijaga eksistensi dalam setiap gerakan yang ada;
  4. Akibat seringnya pertemuan ALA digelar di Kota Medan, muncul pembicaraan di Kota Banda Aceh bahwa gerakan ALA adalah gerakan Penakut dan hanya berani menampakan diri di kota Medan, tentunya sebagai generasi muda Gayo bathin saya berontak dan tidak menerima harkat dan martabat perjuangan ALA direndahkan, Maka Komite Pemekaran Provinsi Aceh Leuser Antara (KP3 ALA) harus mampu menjawabnya;
  5. KP3 ALA harus mampu menginventarisir masalah yang ada, jangan terkesan hanya dapat membuat acara pertemuan yang sifatnya seremonial semata, ini penting saya sampaikan karena berkaca kepada pertemuan-pertemuan sebelumnya agar tidak terkesan mubazir semua usaha dan pemikiran yang kita korbankan bersama.

Terlebih sinyal tahun 2016 Provinsi ALA akan lahir, ini momentum yang bagus untuk menciptakan gerakan bersama, kekecewaan teman-teman jangan dianggap angin lalu, bisa jadi gerakan ALA akan terbelah jika tidak ada yang mengalah, KP3 ALA harus dewasa menyikapinya.

Inilah pemikiran saya pribadi, kepedulian kami kepada ALA dan Gayo tidak perlu ditanyakan lagi, jika hari ini ada yang bertanya siapakah benteng terakhir perjuangan ALA dan Gayo di Banda Aceh, jawabannya hanya satu kamilah mahasiswa Gayo. terkadang kami merasakan kesepian, terkadang merasa ditinggalkan, terkadang merasa dimanfaatkan, tetapi kami tidak peduli karena ALA cita-cita kita dan harus kita perjuangkan bersama.

Demikian tulisan ini saya buat untuk kritikan dan masukan, agar KP3 ALA cepat sadar diri dan merubah gerakan yang selama ini saya anggap keliru. Berizin

*Ketua Ikatan Pemuda Pelajar & Mahasiswa Aceh Tengah-Banda Aceh (IPPEMATA)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.