Mengenal RIP Current di Pantai; Refleksi Insiden Tenggelam di Lhoknga Aceh Besar

oleh

Oleh : Yopi Ilhamsyah*

Pada Sabtu (28/6/2025), dua bocah asal Meulaboh tenggelam saat mandi-mandi di pantai Lhoknga, Aceh Besar. Kedua korban ditemukan keesokan harinya dalam keadaan telah meninggal dunia. Pada Selasa sore (1/7/2025), kejadian serupa menimpa mahasiswa kami di Universitas Syiah Kuala.

Kejadian terseret arus lalu tenggelam berpeluang terjadi di setiap pantai baik di pantai utara, timur serta barat dan selatan Aceh. Korban yang awalnya hanya mandi-mandi di bibir pantai lalu terseret arus sampai tenggelam telah banyak terjadi di pantai-pantai Aceh.

Terseret arus pernah saya alami ketika mandi-mandi di sekitar pantai Ujong Batee Aceh Besar. Di tengah mandi-mandi dengan tubuh membelakangi ombak, tiba-tiba saya diterjang ombak cukup besar.

Saya terhempas ke tepian. Tiba-tiba saya merasakan tubuh saya diseret ke laut. Saya mencengkeram pasir di tepian, mencoba bangkit sembari berlari meninggalkan pantai.

Sempat terpikir hal-hal mistis, kemudian saya teringat dengan fenomena RIP Current atau arus balik. RIP sendiri berarti Rest in Peace. Di kalangan masyarakat kejadian ini dikenal dengan sebutan “terseret arus”.

Saya mulai menyelidiki kenapa fenomena tersebut dapat terjadi di pantai ini. Pantai yang berhadapan dengan jalur masuk Selat Malaka ini cenderung landai dan dangkal.

Penelitian kami menemukan kedalaman laut (batimetri) antara 0-20 meter di dekat pantai. Hanya saja sedikit ke tengah 200 meter dari bibir pantai, laut sudah mulai dalam.

Bila kita amati dari bukit di Ujong Batee, air laut berwarna biru, menandakan perairan dalam di kawasan yang menjadi jalur penyeberangan menuju Sabang.

Dengan bentuk batimetri seperti ini, jika terdapat energi yang merambat di dalam laut, maka dapat menimbulkan ombak besar ketika mencapai pantai yang dangkal. Energi tersebut dapat dipicu gempa bumi, longsoran dan gunung berapi di laut.

Saya sempat menduga apakah terjadi gempa bumi. Saya berjalan bolak-balik di pantai mencoba memahami apa yang sedang terjadi sembari mengamati apakah ada indikasi RIP Current di sekitar pantai Ujong Batee.

Terkait RIP Current, belum ada istilah resmi dalam Bahasa Indonesia. Di Aceh juga belum memiliki istilah lokal untuk RIP Current. Namun, di sungai orang Aceh menyebutnya dengan “Baluem Bili” atau gulung tikar.

Di pantai selatan Jawa, kemunculan RIP Current dikaitkan dengan Nyi Roro Kidul. Di pesisir Cilacap, warga menyebutnya “Boleran”.

Dalam tulisan ini saya menyebut RIP Current dengan arus balik. Kala mentari beranjak naik, pantai mulai memanas dan angin pun bertiup, membangkitkan ombak.

Setelah mondar-mandir, saya menemukan fenomena arus balik ini. Saya mengidentifikasi satu celah dengan kondisi air laut tenang sedikit bergelombang di antara ombak yang menuju pantai.

Dari permukaan kita tidak dapat mengetahui bahwa sebenarnya air laut tenang ini mengandung arus balik yang bergerak dengan kecepatan tinggi di bawahnya.

Saya teringat dengan istilah air tenang menghanyutkan. Boleh jadi peribahasa ini mengambil kondisi arus balik bawah permukaan ini.

Untuk mengenalinya dengan baik, perhatikan air laut berombak kecil tanpa buih yang membentuk jalur diapit ombak besar yang berbuih. Saya mendapati spot arus balik yang berpindah-pindah namun masih di sekitaran pantai Ujong Batee.

Untuk mengetahui apakah benar air tenang mengandung arus balik kuat, saya melempar sepotong kayu kering di spot tersebut. Benar saja, kayu tersebut hanyut timbul tenggelam dengan gerakan memutar sejauh 50 meter ke tengah laut hanya dalam hitungan detik. Ini berarti kecepatan arus balik bawah permukaan sangat tinggi serta berputar!.

Pusaran ini meredam ombak datang sehingga kondisi laut di spot arus balik menjadi tenang namun tetap menghanyutkan. Kondisi ini tentu tidak aman meski hanya bermain air di tepi pantai. Saya teringat pemberitaan korban tenggelam karena terseret arus/ombak, padahal mereka hanya mandi-mandi di pinggiran.

Saya juga menemukan air laut di spot arus balik ini keruh, saya berpikir karena mengandung material pasir yang turut diseret ke tengah laut. Ini dapat menjadi pertanda kalau sedang terjadi arus balik.

Dengan kondisi arus bawah kencang membentuk pusaran serta kondisi air keruh tentu menyulitkan seorang yang dapat berenang sekalipun untuk bisa selamat dari arus balik.

Saya jadi paham mengapa wisatawan asing dan peselancar tenggelam di Lhoknga dan Lampuuk meski mereka menguasai teknik berenang dan menyelam.

Saya melakukan uji coba di beberapa spot arus balik dan mendapati kayu menjadi tenang tidak lagi berputar setelah 50 meter dari pantai. Lebar arus balik antara 2-4 meter.

Saya menemukan pula bahwa spot arus balik berkecepatan tinggi terjadi pada bagian pantai yang menjorok ke laut. Di sana, kayu hanyut 50 meter dalam waktu singkat. Ini ada kaitannya dengan gerakan ombak yang menyusur pantai (tidak tegak lurus pantai), ketika pecah timbul pusaran arus balik yang kuat.

Beberapa pekan berselang saya ke Lhoknga di depan pabrik Semen Andalas. Saya mendapati ombak tinggi karena angin baratan bertiup kencang periode Juli hingga Agustus.

Lhoknga memiliki garis pantai melengkung seperti teluk dengan batimetri dalam. Dari ombak yang pecah terbentuk pusaran arus balik kuat dengan jarak yang jauh ke tengah laut.

Bersumber dari Jamie MacMahan Profesor Oseanografi Naval Postgraduate School peneliti RIP Current, jika terjebak dan ingin selamat dari arus balik, yang pertama jangan panik!. Jika bisa berenang ikuti jalur arus ini yang membawa kita ke tengah laut.

Hadapkan tubuh ke laut lepas untuk mencegah masuknya kotoran atau pasir yang dibawa arus ke dalam mata, mulut dan hidung. Lambaikan tangan dengan sesekali membalikkan badan agar orang di pantai dapat melihat.

Demikian juga jika menggunakan ban/pelampung. Jangan mencoba berenang ke pantai karena hanya membuat kita kelelahan.

Bagaimana jika berenang ke samping kanan atau kiri?. Hal ini juga tidak membantu karena kuatnya arus di bawah sehingga kaki turut tertarik arus yang menjauhi pantai.

Setelah pengaruh arus balik menghilang, barulah berenang ke kanan atau kiri, terkadang ada ombak yang membantu kita kembali ke tepi pantai.

Ada baiknya kawasan pantai rawan arus balik dibangun menara berikut penjaga pantai dari SAR dan papan peringatan dilengkapi ilustrasi ciri-ciri arus balik.

Dari ketinggian, kita dapat dengan mudah melacak keberadaan arus balik ini sembari mengingatkan warga lewat pengeras suara.

Musim barat hindari mandi-mandi di laut, tidak bisa berenang dapat berakibat fatal, cukup nikmati keindahan alam sambil kulineran dari pinggir pantai. []

*Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala.

Comments

comments