Pendidikan Perspektif Islam, Bertahan Karena Bertuhan

oleh

Oleh : Marah Halim*

Sempena Hari Pendidikan yang kita peringati setiap tanggal 02 Mai setiap tahun, sayang jika tidak direfleksi dan diekspresikan, tujuannya untuk membangun kesadaran tentang apa, mengapa, untuk apa dan bagaimana pendidikan.

Tentu setiap kita bebas untuk memaknai apa itu pendidikan. Dalam Islam pendidikan digunakan istilah tarbiyah, dari kata rabba, yurabbi, tarbiyatan yang seakar dengan kata Rabbun yang berarti Tuhan, Rabbul ‘Alamin.

Jadi, hakikat pendidikan adalah upaya mengenal Tuhan. Belajar itu artinya berupaya membuktikan keberadaan Tuhan.

Statement Tuhan jelas sekali dalam surat al-Fatihah, al-hamdu lillahi Rabbul ‘Alamin, Terpujilah Allah Tuhan Pemilik alam semesta.

Ya, alam semesta adalah tempat dimana kita hidup, alam semesta adalah sumber kehidupan kita, semakin banyak kita mengetahui alam semesta maka semakin banyak manfaat yang bisa kita petik darinya.

Yang sanggup memuji Allah pada akhirnya adalah orang-orang yang mempelajari alam semesta ciptaannya.

Bacaan al-Fatihah kita setiap shalat yang memuji bukanlah pujian yang tulus, karena belum merasakan langsung alasan apa kita memuji Tuhan. Sama halnya kita memuji seseorang baik misalnya, karena kita merasakan kebaikan yang ada padanya.

Demikian halnya dengan pujian pada Tuhan, hanya ulul albab yang aktif mengekspolasi alam semesta dan membuka tabirnya yang akan sampai pada pujian yang tulus.

Apa buktinya? Fenomena global saat ini yang paling banyak masuk Islam adalah orang-orang Eropa dan Amerika yang nota bene sangat terdidik.

Mareka bukan masuk Islam karena sekarung beras dan sekardus Indomie, tetapi mereka masuk Islam karena kagum dengan konsep Tuhan yang diperkenalkan Islam yang ternyata cocok dengan hasil eksplorasi alam mereka.

Sebut saja Jacques Yves Costeau, penyelam laut dalam yang terkenal dari Perancis, yang menaklukkan samudra di dunia, masuk Islam bersama anak cucunya hanya karena menemukan fenomena alam yang di luar nurulnya.

Beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Dia mendapat penjelasan dari seorang profesor Muslim, bahwa fenomena itu ada cantolannya dalam Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20): “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.”

Semua rumpun ilmu yang kita kenal, apakah ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu budaya hakikatnya adalah upaya membuktikan adanya Tuhan melalui alam yang diciptakannya.

Karena itulah Allah menyatakan dalam banyak ayat dalam al-Qur’an bahwa semakin banyak mempelajari aspek-aspek alam semesta, maka seseorang akan semakin yakin bahwa Allah (Tuhan) itu ada.

Meski Einstein dikatakan atheis alias tidak bertuhan, namun dia tidak bisa mengelak dari konsep Tuhan itu. Bahwa dia menyatakan diri tidak bertuhan adalah masalah lain, mungkin dia masih kebingungan dengan wujud Tuhan, sebab dia adalah ilmuwan fisika yang mungkin bagi dia semua harus serba fisik, bagi dia Tuhan-pun harus bisa diteliti, mungkin.

Intinya, semua ilmu yang ada di universitas, institut, apapun nomenklatur pendididkan tinggi semuanya adalah mempelajari satu aspek saja dari alam semesta yang semua berkaitan dengan kebutuhan hidup manusia.

Kebutuhan hidup artinya untuk bertahan hidup. Bahkan ilmu sosial dan ilmu budaya pun dipelajari manusia karena fitrah atau gejala manusia butuh orang lain dan memiliki rasa ingin tau dan seni yang tinggi.

Fitrah manusia lapar, dia butuh makan. Maka karena manusia berpikir, berkembanglah kebudayaan atau capaian berpikir manusia tentang bagaimana menghasilkan makanan yang banyak dan beragam, tujuannya hanya satu ingin terjamin dari bahaya lapar.

Manusia bisa bunuh-bunuhan hanya karena lapar. Dari awalnya hanya bisa mengumpulkan makanan yang tersedia di alam, kemudian seiring waktu, dengan semakin terbatasnya makanan ‘siap saji’ yang disediakan oleh alam, maka manusia berpikir, cari akal bagaimana caranya agar tanaman yang menghasilkan makanan bisa ditanam manusia.

Inilah yang kemudian menjadi akar dari ilmu pertanian yang dalam bahasa Inggris disebut agriculture yang arti dasarnya adalah mengakali air (budi daya air), sebab air-lah yang bisa menumbuhkan berbagai tanaman.

Misi Elon Musk dengan Space X-nya ke planet Mars atau planet lain selain bumi yang utama dilakukan adalah mencari air, jika ada air maka rencana migrasi antar planet bisa jadi kenyataan.

Fitrah lain manusia misalnya upaya melindungi diri, untuk itu manusia mengolah apa yang ada di alam agar bisa menjadi alat untuk melindungi diri.

Lalu berkembanglah ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi yang kita kenal saat ini yang menghasilkan berbagai produk senjata untuk mempertahankan diri.

Fitrah manusia juga sakit karena itu perlu obat. Satu yang ditakuti manusia ketika dia hidup adalah mati, dan agar tidak mati manusia berupaya untuk tetap hidup dengan mencari obat.

Inilah asal muasal fakultas medis, ilmu tentang perobatan; meskipun di Indonesia entah bagaimana disebut dengan fakultas kedokteran, padahal dalam hal kesehatan dan perobatan bukan hanya dokter yang berperan, ada banyak profesi di kesehatan dan perobatan, dokter hanya salah satunya.

Mengakhiri tulisan singkat ini ingin dipertegas bahwa dalam Islam tujuan pendidikan adalah untuk survive; bertahan hidup, karena sekali manusia hidup maka mau tidak mau dia harus bertahan dan mempertahankan hidupnya.

Agar ia bertahan hidup, manusia harus bisa memanfaatkan isi alam semesta yang menjadi lingkungan hidupnya.

Bertahan hidup barulah tujuan terendah dari keberadaan manusia, tujuan tertinggi yang dihargai oleh Sang Pencipta alam semesta ini adalah mempertahankan kehidupan itu sendiri, artinya dengan ilmu yang dipelajarinya manusia punya dua pilihan: menjadikan hidup lebih hidup seperti iklan “Gudang Garam” atau sebaliknya mempercepat kepunahan alam.

Dalam konteks inilah pentingnya keyakinan bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan menguji siapa yang paling bisa mempertahankan kehidupan maka dialah khalifah yang terbaik di sisi-Nya. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.