Oleh: Anisa Boangmanalu*
Selasa, 29 April 2025, harga per dolar Amerika Serikat setara dengan Rp 16.759,00. Sebelumnya pada 8 April 2025, nilai tukar dolar Amerika Serikat ke rupiah Indonesia mencapai 17.051,90 per dolar.
Dengan nilai Rp. 16.759,00 per dolar AS, harga rupiah tergolong sangat lemah terhadap mata uang asing.
Hal tersebut memiliki dampak yang sangat berpengaruh, tidak hanya untuk negara ataupun perusahaan, anjloknya kurs rupiah juga berdampak pada kehidupan masyarakat sehari-hari.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan nilai rupiah melemah, di antaranya adalah karena pengaruh Produk Domestik Bruto atau PDB.
Produk Domestik Bruto ini ialah, total nilai barang maupun jasa selama periode tertentu yang dihasilkan oleh suatu negara.
Jika PDB ini kuat, maka dapat menggambarkan bahwa ekonomi dalam suatu negara itu sehat yang dapat membuat dan membangun investasi dengan negara asing yang menyebabkan kuatnya nilai mata uang pada negara tersebut.
Kenaikan harga barang dan jasa secara berlanjut dalam waktu yang tertentu, yang biasanya disebut dengan inflasi, juga dapat menyebabkan nilai rupiah menjadi lemah.
Karena inflasi, daya jual dan beli menurun. Barang-barang impor yang dibayar dengan mata uang asing, membuat permintaan terhadap mata uang tersebut menjadi meningkat sehingga menekan nilai rupiah.
Selain itu, kebijakan moneter dan eksternal juga dapat mempengaruhi nilai rupiah. Kebijakan moneter ditetapkan oleh Bank Indonesia tentang suku bunga.
Jika Bank Indonesia menaikkan suku bunga dalam waktu relatif singkat, dapat menyebabkan penyusutan nilai rupiah. Serta kebijakan eksternal yang menaikkan bunga The Fed (AS) yang membuat dolar menjadi kuat sehingga banyak permintaan dolar dan menekan rupiah.
Pengaruh lainnya yang menyebabkan anjloknya rupiah adalah, karena permintaan dan penawaran Rupiah di pasar valuta asing (valas).
Jika permintaan rupiah melemah, atau pelaku pasar dominan menukar mata uang rupiah ke mata uang asing, maka nilai dari rupiah bisa menjadi lemah.
Jika penawaran rupiah sedikit, sedangkan permintaan untuk valas (valuta asing) banyak, maka nilai rupiah akan anjlok.
Karena nilai rupiah yang menurun, terdapat sektor ekonomi dan kehidupan masyarakat yang terpengaruhi oleh hal tersebut.
Dalam ekonomi dan industri, lemahnya nilai rupiah berdampak pada inflasi dan kenaikan harga barang. Dengan lemahnya nilai rupiah, harga barang impor menjadi naik, yang secara otomatis mendorong inflasi secara umum.
Kekurangan bahan baku dari dalam negeri membuatnya harus melakukan impor. Karena kenaikan harga impor barang dan bertambahnya biaya produksi, maka barang ataupun produk lokal akan ikut naik.
Karena kenaikan biaya produksi serta berkurangnya daya beli masyarakat, produksi industri dapat menjadi turun hingga pemutusan hubungan kerja pada karyawannya.
Beban utang luar negeri juga aka meningkat karena berdenominasi dolar AS. Selain itu, anjloknya nilai tukar rupiah juga berdampak pada Pasar dan Keuangan.
Harga saham dan laba rugi perusahaan akan berubah, serta berisiko pada obligasi dan surat utang negara. Kemudian dampaknya terhadap kebijakan dan kepercayaan publik, seperti kepercayaan kebijakan moneter terancam dan berpotensi krisis sosial dan politik.
Serta tidak lupa dengan konsumen dan pasar lokal, karena lemahnya nilai rupiah juga sangat berdampak pada hal tersebut. Naiknya harga bahan pokok, menjadi penyebab masyarakat menurunkan kemampuan masyarakat untuk membeli barang maupun jasa.
*Mahasiswa IAIN Lhokseumawe asal Pakpak Bharat, Sumatera Utara