Oleh: Win Wan Nur*
Sejak Timnas Indonesia menjejakkan kaki di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026, atmosfer sepak bola nasional berubah drastis.
Jika dulu sebagian fans bola Indonesia sibuk memantau bagaimana Messi masih bertahan di timnas Argentina, apakah Brasil akhirnya menemukan kembali kejayaannya, atau apakah Cristiano Ronaldo masih mampu mencetak gol di usia 40 tahun—kini, perhatian mereka hanya satu: Indonesia vs Australia.
Kualifikasi Piala Dunia zona CONMEBOL? Tak peduli.
Apakah Mbappé bisa membawa Prancis lolos dengan mudah? Tak penting.
Bagaimana perjalanan Salah bersama Mesir? Itu urusan orang Mesir.
Apakah Haaland akhirnya membawa Norwegia ke Piala Dunia? Siapa peduli?
Karena kali ini, Indonesia bukan lagi sekadar penonton. Indonesia ada di dalamnya.
Badai Cedera di Australia, Semesta Mendukung Indonesia?
Kondisi skuad Indonesia jelang laga melawan Australia bisa dibilang sempurna. Tidak ada badai cedera.
Tidak ada pemain absen karena akumulasi kartu. Dan yang lebih menggembirakan, para pemain inti tampil menggila bersama klub mereka.
Jay Idzes baru saja mengantongi Romelu Lukaku.
Kevin Diks membuat Pedro tak berkutik saat Chelsea bertemu Copenhagen.
Dean James masuk dalam 11 terbaik liga Belanda pekan ini.
Singkatnya, para pemain kita datang ke laga ini dalam kondisi prima dan penuh kepercayaan diri.
Di sisi lain, Australia justru sedang diterpa bencana. Dari sebelas pemain yang turun menghadapi Indonesia di Jakarta, kini hanya segelintir yang tersisa.
Cedera menghantam tim mereka bertubi-tubi. Pemain kunci satu per satu tumbang.
Apakah ini pertanda?
Semesta seolah memberi jalan. Situasi ini mirip dengan kisah tim-tim kecil yang akhirnya menembus Piala Dunia setelah mendapatkan momentum dan keberuntungan di waktu yang tepat.
Tapi ini Australia. Mereka tim yang terbiasa tampil di Piala Dunia. Mereka tak pernah mengecewakan setiap kali tampil di turnamen besar.
Indonesia Harus Fokus, Tanpa Drama dan Kejumawaan
Satu hal yang harus dipastikan: Jangan ada gangguan non-teknis. Jangan ada drama yang merusak momentum.
Ketika PSSI memutuskan hubungan dengan Shin Tae-yong di tengah jalan, banyak yang bertanya-tanya, apakah ini perjudian yang berisiko tinggi? Menjelang laga krusial, mengganti pelatih adalah keputusan yang bisa berujung bencana—atau justru berkah tersembunyi.
Kini, dengan Patrick Kluivert di kursi pelatih, Indonesia harus bermain dengan pikiran jernih dan fokus penuh.
Sebagai fans, tugas kita hanya satu: Dukung Timnas Indonesia tanpa harus jumawa.
Optimis boleh, tapi jangan besar kepala.
Karena kita tahu, jumawa adalah trade mark-nya Malaysia.
*Penulis adalah anggota Dewan Redaksi LintasGAYO.co dan seorang YouTuber