Sikap Orang Beriman Menyikapi Perilaku Oplosan

oleh

Oleh Mahbub Fauzie, S.Ag.,M.Pd*

Oplosan menjadi kata-kata yang makin poluler di beberapa hari terakhir ini. Ketika mendengar dan membaca informasi tentang oplosan, sejenak terawangannya menunjuk pada minuman keras (miras). Karena ketika berbicara tentang oplosan, secara otomatis arahnya tentang miras.

Dalam hitungan hari terakhir berita menyayat hati yang terjadi di kota Gudek Yogyakarta, tepatnya di Banguntapan, Bantul (Detikcom, 8 Maret 2025) mensinyalir kasus “Miras Oplosan Pil Sapi Renggut Nyawa 2 Wanita di Banguntapan”. Kronologi dan kelanjutan dari kasus tersebut masih dalam pengungkapan pihak berwenang.

Ternyata oplosan tidak hanya tertumpu pada miras. Hebohnya informasi oplosan bahan bakar minyak (BBM) pun turut menghiasi laman informasi publk masyarakat di negeri yang katanya “gemah ripah loh jinawi” ini.

Berita tentang “Dugaan oplosan di Pertamina” (Tempo, 2 Maret 2025), misalnya. Kasus oplosan dalam ranah Pertamina ini juga masih dalam penanganan pihak berwenang.

Bukan hanya miras, dan BBM yang diramaikan dengan kasus oplosan. Masih banyak lagi kasus oplosan terjadi pada barang-barang, bahan, produk, dan bisa saja juga hasil Perindustrian, pertambangan seperti emas dan juga pertanian, seperti biji kopi dan lain-lain.

Tulisan ini tidak akan mengulas tentang kasus-kasus oplosan seperti tersebut dalam informasi dan berita-berita di atas. Biarlah kasus tersebut anggap saja sebagai “Balada Negeri Oplosan”. Dan penyelesaian hukum kasus perkasus tersebut menjadi kewenangan pihak yang paling bertanggung jawab untuk menuntaskannya.

Perilaku Oplosan

Tulisan ini hanya merupakan bahan renungan yang ulasan dan paparannya ingin melacak dan menyibak apa itu oplosan dan kaitannya dengan perilaku kehidupan manusia dalam perspektif umat beragama (Islam). Selanjutnya, bagaimana seharusnya orang Islam beriman menyikapinya.

Oplosan secara harfiah merujuk pada campuran bahan-bahan yang tidak seharusnya dicampur, terutama dalam konteks makanan, minuman, atau produk lainnya. Dalam kehidupan, oplosan adalah simbol dari ketidaktulusan atau campuran antara yang benar dan yang salah yang mengakibatkan kerusakan.

Perilaku oplosan dalam kehidupan manusia contohnya kejujuran yang dicampur kebohongan: Menyampaikan kebenaran, tetapi menyisipkan kebohongan untuk keuntungan pribadi.

Menggabungkan prinsip-prinsip baik dengan tindakan yang bertentangan demi tujuan tertentu, juga merupakan perilaku oplosan. Pencampuran nilai-nilai yang tidak murni. Termasuk watak oplosan adalah suka menawarkan sesuatu yang tampak baik tetapi sebenarnya telah dicampur dengan unsur yang merusak.

Ringkasnya, perilaku oplosan dalam kehidupan adalah fenomena yang dapat diartikan sebagai bentuk penipuan atau pencampuran kebenaran dengan kebatilan. Hal itu dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan dan memiliki dampak yang merugikan individu maupun masyarakat.

Oplosan dalam Islam: Talbis?

Menyibak makna oplosan dalam kehidupan, dalam terminologi agama Islam ada diperkenalkan istilah ‘talbis’. Talbis berasal dari bahasa Arab yang berarti penyamaran atau pengaburan. Kata talbis ada beberapa kali tersebut dalam Al-Qur’an.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 42 : Wa lâ talbisul-ḫaqqa bil-bâthili wa taktumul-ḫaqqa wa antum ta‘lamûn. Artinya: “Dan janganlah kamu mencampuradukkan yang benar dengan yang salah dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, sedang kamu mengetahui.”

Dalam konteks kehidupan, talbis merujuk pada usaha untuk mengaburkan atau menyamarkan kebenaran, sehingga seseorang kesulitan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Contoh-contoh perilaku talbis dalam kehidupan adalah: 1) penyesatan Informasi:, yakni memberikan fakta yang seolah-olah benar tetapi sebenarnya menyesatkan. 2) Manipulasi kepercayaan, dengan menggunakan agama, moral, atau ideologi untuk membenarkan tindakan yang salah. 3) Penipuan halus, melalui upaya menampilkan sesuatu yang baik di permukaan, tetapi sebenarnya menyimpan niat buruk.

Bahaya Perilaku Oplosan dan Cara Menghindarinya

Perilaku oplosan sungguh sangat merusak sendi-sendi kehidupan manusia, baik secara moral, sosial, spiritual maupun material (ekonomi). Secara moral akan melemahkan integritas dan kepercayaan antar individu. Secara sosial: dapat memicu konflik dan ketidakadilan di masyarakat.

Begitu juga secara spiritual, akan menjauhkan manusia dari nilai-nilai kebenaran dan kejujuran. Watak rakus dan munafik serta jauh dari nilai-nilai ajaran agama akan dominan menyelimuti perilaku orang yang berjiwa oplosan.

Secara ekonomi perilaku oplosan akan menyebabkan kerugian materi akibat penipuan atau produk yang tidak layak. Akibat jiwa oplosan, banyak orang dan masyarakat dirugikan dalam segala hal. Baik dari mutu barang, harga dan kerugian finansial lainnya.

Untuk itu, perilaku oplosan harus dikutuk dan harus dihindari oleh semua orang. Perilaku oplosan sangat tidak manusiawi dan merusak fitrah kemanusiaan. Dampak negatif dari perilaku oplosan sangat merajalela.

Untuk menghindari perilaku oplosan,tentu saja sebagai umat beragama harus memperkuat iman dan takwa. Pengamalan ajaran agama yang luhur benar-benar ditegakkan. Akhlakul karimah dijunjung tinggi. Kuatkan prinsip hidup, pegang teguh nilai-nilai kebenaran dan kejujuran.

Perilaku oplosan yang dalam Bahasa al-quran semisal dengan ‘talbis’ merupakan perilaku syaitan dan iblis. Dan syaitan adalah musuh yang nyata bagi orang Islam yang beriman. Maka orang Islam yang beriman harus menghindari perilaku oplosan itu!

Diingatkan oleh firman Tuhan Allah Swt dalam Al-Qur’an pada ayat 20 surah Al-A’raf: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (menyadari) kesalahan-kesalahannya.”

Menghindari perilaku oplosan dan menjadi korban oplosan, sudah semestinya selalu mempunyai pikiran yang cerdas. Berpikir kritis dalam menelaah informasi atau tindakan sebelum menerima atau melaksanakannya.

Meningkatkan ilmu pengetahuan dalam segala hal adalah suatu keharusan sebagai tameng penghindar perilaku oplosan. Pemahaman yang baik membantu membedakan mana yang benar dan salah.

Juga selalu bertindak transparan, yakni menghindari mencampur kebohongan dalam tindakan atau ucapan.
Untuk itu marilah hindari sikap dan perilaku oplosan.

Dengan jauhnya perilaku buruk oplosan dalam kehidupan manusia, Insya Allah kehidupan akan menjadi lebih bersih, jujur, dan bermakna. Wallahu a’lam bish shawab.

*Penghulu Ahli Madya & Kepala KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.