Muhasabah Akhir Tahun

oleh

Oleh: Darmawansyah*

Sudah menjadi lumrah dalam kehidupan modern saat ini (tidak mengenal agama dan kepercayaan tertentu).

Ketika akan memasuki tahun baru masehi dengan tambahan hari libur bagi para pegawai maupun lainnya maka akan dengan sendirinya dan terbawa arus yang ada setiap individu dengan sesaknya akan menikmati kondisi liburan menghadapi tahun baru yang akan datang.

Kondisi demikian sudah melekat dalam kehidupan saat ini, ketika menghadapi tahun baru maka akan ada nuansa euporia yang terkadang berlebihan dari individu tertentu.

Bagi agama tertentu momen ini merupakan momen hari raya mereka, namun tidak dengan manusia di luar agama yang merayakan hari besar mereka tersebut.

Healing adalah momen menarik bagi mereka, momen ini berupakan momen melepas kepenatan dari beban kerja yang telah berjalan setahun kebelakangan (walaupun masih ada hari libur lainnya yang dapat digunakan untuk healing bersama keluarga).

Entah apa yang menjadikan kondisi akhir tahun menjadi nuansa tersendiri Ketika melaksanakan healing untuk “menghabiskan uang” yang selama ini di cari sepanjang hari, hingga terkadang membebani diri dan terkadang juga membawa tubuh ke rumah sakit dan harus menginap beberapa hari.

Sebagai seorang diri yang coba menghadapi kondisi demikian ini, hendaknya Kembali pada kisah teragedi Tsunami 20 tahun lalu dapat menjadi Pelajaran bagi diri.

Bahwa terkadang Tuhan ingin memberi Pelajaran pada diri kita yang mungkin telah meninggalkan dia dan coba menghilangkan-Nya dalam diri kita selama ini, hingga Ia memberikan Pelajaran bagi yang hidup dan cobaan bagi yang meninggalkan dunia ini.

Sebagai seorang muslim hendaknya dapat membuka cakrawala kehidupan apa yang telah berlalu sebagai Pelajaran dan pengalaman untuk menuju masa depan yang lebih baik.

Masa depan merupakan rencana yang akan berjalan dan apa yang dapat kita lakukan sebagai makhluk Tuhan yang mampu memberikan manfaat dalam kehidupan ini, sedangkan masa lalu merupakan pijakan serta batu loncatan untuk membuat masa depan yang lebih bermanfaat dan lebih baik lagi.

Sebagai seorang muslim, akhir tahun merupakan Upaya menyusun rencana untuk meningkatkan potensi kebaikan diri yang mungkin selama ini potensi kebaikan ini sangat minim atau tidak ada sama sekali.

Muhammad Nasir Jamil (anggota DPR RI) dalam wejangan tausiyahnya dalam program rabu berkah yang dimotori Rektor IAIN Takengon (Prof. Ridwan Nurdin) yang disampaikan beliau di Masjid Taqwa Muhammadiyah Aceh Tengah memberikan motifasi pada diri setiap muslim agar selalu meningkatkan kebaikan, apalagi kebaikan itu berada pada orang-orang tertentu akan menjadi lebih baik lagi, diantaranya :

1. Adil adalah perkara baik, namun jika adil tersebut berada di tangan para pemimpin akan menjadi lebih baik lagi. Pemimpin yang adil akan membawa kebaikan pada rakyatnya, pemimpin yang adil tidak akan mendzolimi siapapun, pemimpin yang adil akan membawa keberkahan negeri yang dipimpinnya, pemimpin yang adil pada akhirnya menduduki kedudukan yang terbaik di sisi Tuhanya.

Dalam hadits disebutkan bahwa diantara kelompok orang yang akan dianungi diakhirat nanti Ketika tidak ada naungan apapun selain dari pada naungan-Nya adalah seorang pemimpin yang adil.

2. Dermawan adalah perkara yang baik, namun jika kedermawanan seseorang berada pada orang-orang kaya maka akan lebih baik lagi. Kedermawanan orang kaya akan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya, orang miskin akan terbantu sehingga ia tidak lagi meminta-minta.

Masjid akan mudah mendirikannya sehingga tidak ada lagi masjid yang terbengkalai dalam hal pembangunannya.

Anak-anak yatim dan piatu akan terbantu dengan Pendidikan yang layak sehingga masa depan mereka akan lebih terang, kemiskinan akan dapat terkurangi jika kedermawanan orang-orang kaya menjadi sebuah budaya yang melekat bagi mereka.

3. Hati-hati adalah perkara yang baik, namun jika kehati-hatian berada di tangan pada ulama maka akan lebih baik lagi. Tidak ada lagi kalimat-kalimat tertentu yang keluar dari lisan mereka sehingga membuat ummat menjadi bingung ulama mana yang dapat diikuti dan mana yang tidak.

Kehati-hatian pada diri ulama dapat membawa ketentraman pada ummat dan Masyarakat sehingga dapat mengurangi pertikaian antar kelompok dan golongan yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa. Setidaknya ulama adalah pembawa penyejuk pada diri ummatnya.

4. Sabar adalah perkara yang baik, tetapi jika sabar ini berada pada diri orang-orang miskin dan duafa akan lebih baik lagi.

Sabar adalah perkara yang sangat susah untuk dijalankan, namun sabar merupakan ujian yang akan memberikan keberkahan dan ganjaran yang tidak terhingga nantinya walaupun tidak di dapatkan di dunia, Allah dan Rasul-Nya telah mengabarkan bahwa ia akan mendapatkannya di akahirat kelak.

Terkadang kefakiran dapat membawa seseorang pada perkara-perkara yang dapat menjerumuskan kepada kekafiran namun sabarnya seorang fakir dapat memberikan ganjaran yang lebih besar dari sisi Allah Subhanahu wata’ala.

5. Taubat adalah perkara yang baik, namun jika taubat berada pada diri anak-anak muda akan lebih baik lagi. Kuatnya suatu bangsa berada pada kondisi anak mudanya, Ketika anak-anak muda rusak maka rusaklah bangsa tersebut.

Anak muda merupakan generasi yang masih banyak goyah dalam pendirian dan bahkan masih ada yang mencari jati diri dan tidak tahu akan kemana dan jalan mana yang akan dilalui dalam kehidupan ini.

Namun jika anak muda kukuh pendirian pada keyakinan agama yang dianutnya serta meningkatkan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wata’ala maka anak muda tersebut juga masuk pada suatu golongan yang berada pada naungan Allah (bersama dengan pemimpin yang adil) dikemudian hari Ketika tidak ada yang dapat menaungi selain naungan Allah subhanahu wata’ala.

6. Malu adalah perkara baik, namun jika malu berada pada diri seorang Perempuan akan lebih baik lagi.

Kondisi saat ini menunjukkan banyaknya Perempuan yang tidak lagi menjaga dirinya dari perkara-perkara yang dapat membawanya pada kemaksiatan serta dapat menghilangkan marwahnya selaku Perempuan.

Tidak sedikit Perempuan yang mengumbar aurat dan banyak juga yang terjerumus pada dunia prostitusi serta pornografi bahkan merambah pada berbagai tingkatan golongan mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Sifat malu telah hilang dari diri mereka yang selayaknya malu adalah pakaian seorang Perempuan karena kedudukan mereka sangat mulia dan diagungkan, hingga Rasul pun menegaskan bahwa berbakti kepada seorang Perempuan (ibu) lebih diutamakan dari pada berbakti kepada seorang ayah.

Enam kebaikan tersebut mungkin dapat menjadi modal dalam menghadapi tahun baru nantinya, sehingga masa depan kita akan lebih baik lagi dan masa lalu yang penuh dengan keburukan dan ketidakbaikan mudah-mudahan dapat diminimalisir sehingga kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi diri kita, lingkungan, Bangsa dan Negara. Allahu A’lam.

*Penulis Adalah Kaur TU MTsN 7 Aceh Tengah.

 

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.