Oleh : Dr. Jamhuri Ungel, MA*
Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk hidup di dunia dan kesempatan hidup tersebut hanya satu kali.
Sebelum manusia dilahirkan kedunia manusia telah berjanji bahwa Allah sebagai khalik dan manusia sebagai makhluk. Tugas manusia sebagai makhluq adalah menyembah Allah.
Pelaksanaan janji manusia yang pertama adalah apakah manusia tetap mengakui Allah Itu satu atau atau tuhan lain selain Allah.
Dalam realita kehidupan banyak manusia mengenal dan mengakui adanya tuhan-tuhan selain Allah, boleh jadi dalam mencari tuhan mereka tidak menemukan Allah. Mereka hanya menemukan tuhan-tuhan yang mereka angap sebagai Allah.
Pertama, Mereka yang tidak menemukan Allah tetapi menemukan tuhan yang lain, menggantungkan diri kepadanya, menumpukan harapan serta berharap kebaikan dari padanya.
Terkadang mereka sampai kepada kebingungan, apakah yang mereka sembah benar bisa memenuhi harapan, atau hanya sebatas tumpuan harapan sebagai sebuah akhir dari pengharapan.
Mereka ini sering mengakhir pencarian mereka dengan bergantung pada realitas rasional yang ada dalam diri mereka atau berharap pada kekuatan yang ada di luar diri mereka.
Kedua, di sisi lain, mereka yang menemukan Allah dalam pencariannya, mengakui keberadaan Allah tetapi tidak dengan keyakinan, akhirnya mereka merasa ragu, sehingga dalam pemenuhan janji mereka dengan Allah tidak secara sungguh-sungguh bahkan ada yang enggan untuk beribadah.
Mereka menganggap pengenalan pada Allah hanya sebuah pengakuan biasa tanpa memrlukan pengeahuan mendalam dalam nentuk keyakinan.
Ketiga, Ada juga diantara mereka yang menemukan Allah, yang mengawalinya dengan keyakinan. Mereka memahami bahwa Allah itu ada dalam keyakinan yang bisa dipahami dengan rasional dalam batasan tertentu.
Mengakui ke-Esa-an Allah dengan angka satu yang tidak berbilang dan tidak ada yang sama dan menyamainya, tidak berawal dan juga tidak berakhir. Karena mengawali dengan keyakinan maka mereka selalu beribadah dengan serius dan tertuju hanya kepada Allah.
Mengenali Mereka
Mereka yang tidak menemukan Allah sebagai tuhan, dalam kadar baik atau tidak baiknya perbuatan, tidak bisa dikatakan semua perbuatannya tidak baik dan juga tidak bisa dikatakan semuanya baik, karena kebaikan dan keburukan yang mereka lakukan dalam batasan antara sesama manusia.
Mereka yang membantu orang lain adalah orang baik, karena semua manuasia pasti katakan itu baik, mereka yang mengutamakan pembangunan untuk kepentingan umum juga pasti dikatakan sebagai orang baik.
Perbuatan mereka yang tidak baik akan dikatakan oleh semua orang tidak baik, sebagai conton mereka yang melanggar ketertiban umum, orang yang merugikan orang lain atau orang yang menzhalimi dan menganiaya orang lain, perbuatan ini pasti dikatakan oleh semua orang tidak baik.
Kebijakan semua orang dalam batasan amal diperlukan, karena tidak semua perbuatan orang untuk sesama manusia dapat dikembalikan kepada kebenaran keyakinan.
Allah sendiri mengatakan keyakinan mereka untuk mereka yang meyakininya dan keyakinan kita untuk yanb kita yakini.
Mereka yang mengenal Allah hanya dengan akal tanpa keyakinan akan goyah dalam amalannya, mereka tidak pernah secara sungguh-sungguh mengakui bahwa semua yang diusahakan adalah milik Allah, terkadang ketika bekerja mereka menganggap semua berdasarkan keahlian dengan tidak menyelipkan adanya peran Allah.
Dan ketika gagal baru mengakui bahwa dirinya mempunyai keterbatasan, padahal keberhasilannya juga yidak lepas dari adanya peran Allah.
Memberi bantuan selalu berharap adanya penghargaan dari mereka yang dibantu, padahal bila mereka mengenal Allah dengan keyakinan Allah pasti akan mengakui perbuatan mereka sebagai kebaikan, dan mereka yang mendapat manfaat pasti akan merasakan kebaikan yang dilakukan.
Larena itu mereka yang beragama hanya dengan akal akan mudah goyah dan terpengaruh dengan keadaan walau keadaan itu tidak baik.
Mengenal Allah dengan keyakinan dan dapat diketahui dengan akal merupakan dasar yang kuat dalam berbuat, kepemilikan kemampuan dan kepemilikan dalam materi selalu digantungkan kepada Allah, maka segala akibat atau konsekwensi juga akan datang dari Allah.
Ketika kita memberi bantuan kepada orang lain kita selalu yakin bahwa bantuan tersebut adalah rizki orang yang yang dititipkan Allah melalui tangan kita, kemampuan yang kita miliki diyakini bahwa dengan kemampuan kita tersebut Allah titipkan sehingga membuat orang menjadi lebih mudah.
Hidup Hanya Sekali
Hidup itu diantara dua huruf yang terdiri dari B dan D (B adalah BORN dan D artinya DIE ) yaitu C yang berarti pilihan.
Apakah kita memilih berkeyakinan dengan dengan tuhan selain Allah, atau bertihan dengan akal tanpa keyakinan atau ber-Tuhan dengan keyakinan dan akal, hal tersebut diserahkan kepada kita atau kita tidak mau memilih satupun itu juga terserah sama kita. Karena hidup adalah memilih dan hidup itu hanya sekali.
Ketika kita hidup memilih berkarya tanpa henti maka karya akan dikenang oleh orang kita tinggalkan atau generasi sesudah kita, tetapi kalau kita diam dengan tanpa karya maka tidak ada orang yang mengenang kita dan sejarah akan menghapus riwayat hidup kita. Karena perjalanan hidip hanya untuk sekali lalu.
Ketika kita menjadi pemimpin yang berkarya maka banyak masyarakat yang akan mencatat karya yang kita kerjakan, namun bila kita kita menjadi pemimpin yang tidak berkarya maka banyak juga masyarakat yang mengenang kegagalan kita, karena perjalanan karya kebaikan akan kita jalani sekali dan juga sebaliknya jiga untuk sekali.
Beruntung kita yang beragama dengan keyakinan dan rasional sehingga kita tahu bahwa Allah maha pengampun.
*Ka. Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.