Islamic Human Development Index: Cara Ngukur Pencapaian Visi dan Misi BERIMAN

oleh

Oleh : Bardan Sahidi, M.Pd, Ph.D*

Sewaktu diluncurkan visi Bardan Sahidi Karimansyah (BERIMAN) yang berbunyi: “Terwujudnya Masyarakat Aceh Tengah Islami, maju dan berkelanjutan,” banyak yang mempertanyakan cara mengukur Islami.

Islami adalah salah satu tonggak utama dalam visi dan misi pasangan BERIMAN. Pencapaian Islami itu diukur melalui Islamic Human Development Index (IHDI).

Indeks ini, terdiri dari lima dimensi utama, berfungsi sebagai cerminan komprehensif kesejahteraan manusia dalam perspektif Islami. Menggabungkan elemen spiritual, sosial, dan ekonomi yang esensial dalam membangun masyarakat yang beriman dan sejahtera.

1. Index Ad-Dien (Indeks Keberagamaan): Dimensi ini mengukur sejauh mana masyarakat menjalankan kewajiban dan ajaran Islam. Praktik ibadah, kepatuhan terhadap rukun Islam, serta kontribusi terhadap keadilan sosial melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf menjadi indikator penting.

Rasio zakat yang terkumpul dan tingkat partisipasi dalam ibadah adalah beberapa contoh konkret dari indikator dalam dimensi ini.

2. Index an-Nafs (Indeks Kesehatan dan Keselamatan Jiwa): Kualitas kesehatan fisik dan mental masyarakat diukur melalui dimensi ini. Angka harapan hidup, akses terhadap layanan kesehatan, serta kesejahteraan emosional yang selaras dengan nilai-nilai Islam menjadi penopang utama dalam penilaian.

Indikatornya meliputi angka harapan hidup dan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan berkualitas.


Ikuti Channel Beriman TV


3. Index al-‘Aql (Indeks Kecerdasan dan Pendidikan): Pengembangan intelektual dan pendidikan masyarakat diukur melalui akses dan kualitas pendidikan, baik umum maupun agama.

Dimensi ini menilai kemampuan masyarakat dalam mengembangkan pemikiran kritis yang seimbang dengan ajaran Islam. Indikatornya termasuk angka harapan lama sekolah dan tingkat literasi.

4. Index an-Nasl (Indeks Perlindungan Keturunan): Perlindungan keluarga dan keturunan adalah fokus utama dimensi ini, yang diukur melalui rata-rata umur kawin pertama dan stabilitas keluarga. Nilai-nilai keluarga dalam Islam, termasuk kesejahteraan anak, menjadi prioritas dalam pengukuran ini.

5. Index al-Maal (Indeks Kesejahteraan Ekonomi): Dimensi ini mengukur kesejahteraan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti distribusi pendapatan yang adil dan pemberdayaan ekonomi berbasis syariah. Pengeluaran per kapita dan tingkat partisipasi dalam ekonomi syariah menjadi indikator utama.

Walaupun memiliki beberapa kesamaan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), IHDI memperkenalkan dimensi-dimensi yang khusus mengukur aspek keagamaan dan moralitas.

IPM, yang lebih bersifat sekuler, tidak memperhitungkan aspek keagamaan dalam pengukurannya, sedangkan IHDI melangkah lebih jauh dengan memasukkan prinsip-prinsip syariah dalam penilaian kesejahteraan.

Perbedaan mencolok lainnya adalah bagaimana IHDI menilai kesejahteraan ekonomi melalui Index al-Maal, yang berfokus pada pengeluaran per kapita alih-alih pendapatan, serta dimensi perlindungan keluarga melalui Index an-Nasl, yang mengukur rata-rata umur kawin pertama sebagai indikator perlindungan keturunan – sesuatu yang tidak ditemukan dalam IPM.

Secara keseluruhan, IHDI dirancang untuk memberikan penilaian yang lebih holistik terhadap kesejahteraan manusia dengan memasukkan dimensi spiritual, moral, dan sosial yang berakar pada ajaran Islam.

Ini sangat relevan di wilayah dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Kabupaten Aceh Tengah, di mana kesejahteraan tidak hanya diukur dari segi ekonomi dan kesehatan, tetapi juga dari segi keberagamaan dan moralitas.

Untuk mencapai IHDI yang ideal, pasangan BERIMAN telah menyusun strategi jangka panjang yang diharapkan terwujud dalam 15 hingga 20 tahun.

Empat strategi utama yang dipilih adalah: Peningkatan UMKM Berbasis Syariah, Peningkatan Partisipasi Ekonomi Syariah, Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, dan Pengentasan Kemiskinan Melalui Ekonomi Syariah.

Strategi-strategi ini disusun berdasarkan prioritas permasalahan dan isu strategis yang dihadapi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Aceh Tengah 2025–2045.

Dengan demikian, IHDI bukan hanya sekadar alat ukur, melainkan juga sebuah kompas yang membimbing arah pembangunan menuju kesejahteraan yang menyeluruh dan berkelanjutan, sesuai dengan visi dan misi BERIMAN.

*Calon Bupati Aceh Tengah.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.