(Catatan Kecil Seorang Antropolog )
Oleh : Hammaddin Aman Fatih*
“Raung buldozer gemuruh pohon tumbang. Berpadu dengan jerit isi rimba raya. Tawa kelakar badut-badut serakah. Dengan HPH berbuat semaunya.
Lestarikan alam hanya celoteh belaka. Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu…Oh mengapa…..Jelas kami kecewa. Menatap rimba yang dulu perkasa.
Kini tinggal cerita. Pengantar lelap si buyung. Bencana erosi selalu datang menghantui. Tanah kering kerontang. Banjir datang itu pasti. Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi.
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia. Lestarikan hutan hanya celoteh belaka. Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja. Jelas kami kecewa.
Mendengar gergaji tak pernah berhenti. Demi kantong pribadi. Tak ingat rejeki generasi nanti. Bencana erosi selalu datang menghantui. Tanah kering kerontang.
Banjir datang itu pasti. Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi. Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia (Lagu-Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi. Iwan Flash).
Lirikan lagu diatasi mengisahkan tentang hutan yang dulunya masih lestari. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, manusia mulai merusaknya dengan ambisi pembangunan demi keuntungan semata, tanpa mempertimbangkan akibat yang ditimbulkannya.
Kerusakan hutan saat ini adalah masalah serius yang mengancam keberlanjutan lingkungan global.
Berbagai faktor menyebabkan kerusakan hutan, termasuk deforestasi yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penebangan liar, pertanian yang tidak berkelanjutan, dan kebakaran hutan yang tidak terkendali.
Dampaknya sangat luas, mulai dari hilangnya keanekaragaman hayati hingga perubahan iklim global.
Secara ekologis, hutan merupakan habitat penting bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan. Ketika hutan rusak, banyak spesies bisa terancam punah karena kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan mereka.
Di sisi lain, secara global, hutan berperan penting dalam siklus air, penyerapan karbon dioksida, dan menjaga keseimbangan iklim.
Selain itu, kerusakan hutan juga berdampak pada masyarakat yang bergantung pada hutan untuk kehidupan mereka, seperti suku-suku pribumi yang menggantungkan hidup dari sumber daya hutan secara berkelanjutan.
Kehilangan hutan juga dapat mengakibatkan terganggunya siklus hidrologis dan meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolaboratif secara global untuk mempromosikan kebijakan pengelolaan hutan yang berkelanjutan, menghentikan deforestasi ilegal, mendukung restorasi hutan, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi hutan di semua tingkatan masyarakat.
Hutan-hutan tropis tidak hanya menyediakan tempat tinggal bagi jutaan spesies, tetapi juga memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan iklim global.
Namun, saat ini, hutan-hutan ini semakin terancam oleh deforestasi yang tak terkendali. Mereka adalah benteng terakhir iklim bumi yang harus kita jaga dengan sungguh-sungguh.
Hutan-hutan tropis adalah penyerap karbon terbesar di planet ini, membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer.
Sebagai tempat tinggal bagi berbagai flora dan fauna yang unik, keberadaan hutan-hutan ini juga mendukung keseimbangan ekosistem global.
Tanpa mereka, kita menghadapi ancaman serius terhadap stabilitas iklim dan keanekaragaman hayati.
Sayangnya, deforestasi yang berkelanjutan terus menggerogoti hutan-hutan ini. Dari penebangan ilegal hingga ekspansi pertanian dan infrastruktur, tekanan terhadap hutan tropis terus meningkat.
Akibatnya, tidak hanya flora dan fauna yang terancam punah, tetapi juga kemampuan hutan-hutan ini dalam menyerap karbon menurun drastis.
Langkah-langkah perlindungan yang lebih kuat sangat diperlukan. Hal ini termasuk kebijakan hukum yang ketat, pengawasan yang lebih baik terhadap aktivitas ilegal, serta insentif ekonomi bagi pelestarian hutan. Selain itu, kolaborasi internasional dalam melawan deforestasi juga sangat penting.
Melindungi hutan-hutan tropis bukanlah hanya tanggung jawab negara-negara yang memiliki kawasan hutan, tetapi juga tanggung jawab bersama umat manusia untuk masa depan bumi yang lebih berkelanjutan.
Hutan-hutan tropis adalah warisan berharga bagi semua generasi, dan menjaganya adalah investasi jangka panjang dalam kelangsungan hidup planet ini.
Dalam kajian antropologi, hutan bukan hanya dipandang sebagai kumpulan pohon dan habitat satwa liar, tetapi juga sebagai kompleks sosial dan budaya yang penting bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Antropologi memandang hubungan manusia dengan hutan sebagai interaksi kompleks yang mencakup aspek ekologis, ekonomi, sosial, dan spiritual.
1. Ekologi : hutan dipandang sebagai bagian integral dari lingkungan hidup manusia. Kehidupan manusia dan hewan liar sering kali tergantung pada keseimbangan ekosistem yang dipertahankan oleh hutan.
Kehadiran hutan yang sehat mempengaruhi pola cuaca lokal, siklus air, dan ketersediaan sumber daya alam lainnya.
2. Ekonomi : hutan memberikan sumber daya alam yang berharga seperti kayu, buah-buahan, rempah-rempah, dan tanaman obat-obatan.
Bagi masyarakat tradisional, hutan bisa menjadi sumber penghidupan utama dalam bentuk berburu, memancing, atau pertanian berbasis hutan. Di sisi lain, eksploitasi yang berlebihan dapat mengancam keberlanjutan sumber daya ini.
3. Sosial : hutan sering kali menjadi pusat kehidupan sosial masyarakat adat atau suku-suku yang tinggal di sekitarnya. Hutan tidak hanya tempat tinggal, tetapi juga melambangkan identitas budaya dan spiritual bagi banyak komunitas.
Tradisi, kepercayaan, dan praktik budaya sering kali terkait erat dengan ekosistem hutan.
4. Spiritual : di banyak budaya, hutan dianggap suci atau memiliki makna spiritual yang dalam. Tempat-tempat suci, situs ritual, dan cerita-cerita mitologis sering kali berhubungan dengan hutan dan makhluk-makhluk yang tinggal di dalamnya.
Perlindungan hutan juga sering dipandang sebagai perlindungan terhadap warisan spiritual dan kearifan lokal.
Hutan memiliki berbagai fungsi penting bagi masyarakat setempat yang tinggal di sekitarnya.
Menurut penulis ada beberapa fungsi utama hutan bagi masyarakat setempat, yakni antara lain sebagai berikut :
1. Sumber kehidupan : hutan menyediakan sumber daya alam yang penting untuk kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti kayu untuk bahan bangunan dan perabotan, buah-buahan, tumbuhan obat-obatan tradisional, serta bahan bakar kayu untuk memasak dan pemanasan.
2. Pangan : hutan menyediakan berbagai jenis makanan, termasuk buah-buahan liar, jamur, madu dari lebah liar, dan hewan buruan seperti ikan, burung, dan mamalia kecil yang menjadi bagian penting dari diet mereka.
3. Pertanian berbasis hutan : beberapa masyarakat setempat mengandalkan hutan untuk pertanian berbasis hutan, seperti berladang berpindah (shifting cultivation) di mana mereka membuka lahan baru di hutan untuk bertanam sementara sebelum dipindahkan ke tempat lain setelah tanah tersebut kehilangan kesuburan.
4. Air dan keseimbangan ekosistem : hutan memainkan peran penting dalam menjaga siklus air dan kualitas air di wilayah tersebut. Pohon-pohon hutan membantu menyerap air hujan, mengatur aliran sungai, dan mengurangi risiko banjir serta erosi tanah.
5. Pemeliharaan kebudayaan dan tradisi : hutan sering kali menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat setempat. Tempat-tempat suci, situs-situs arkeologi, dan warisan budaya lainnya sering ditemukan di dalam atau di sekitar hutan.
Cerita-cerita mitologis dan praktik keagamaan juga sering kali terkait erat dengan hutan.
6. Pengaturan iklim lokal : hutan membantu mengatur iklim lokal dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis.
Ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat setempat tetapi juga memiliki dampak positif bagi lingkungan global secara keseluruhan.
7. Ekonomi alternatif : hutan dapat menjadi sumber penghasilan alternatif bagi masyarakat setempat melalui ekowisata, penjualan hasil hutan seperti madu, kayu, atau tanaman obat-obatan, serta partisipasi dalam proyek konservasi atau pengelolaan hutan berbasis komunitas.
Penutup
Tantangan bagi hutan adalah urbanisasi, deforestasi, perubahan iklim, dan globalisasi mengancam keberlangsungan hutan dan hubungan antropologis yang terjalin di sekitarnya.
Perlindungan hutan bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah antropologi yang melibatkan keberlangsungan budaya dan identitas masyarakat yang bergantung padanya.
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan perspektif antropologi dalam mengelola sumber daya hutan secara berkelanjutan, mempertahankan keseimbangan ekologis dan keberlanjutan sosial-budaya.
Penting untuk diingat bahwa ketergantungan masyarakat setempat pada hutan sering kali bersifat langsung dan mendalam.
Oleh karena itu, pelestarian hutan bukan hanya penting untuk konservasi alam dan keanekaragaman hayati, tetapi juga untuk mendukung keberlangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung padanya.
*Penulis adalah antropolog, penulis buku People of the Coffee dan Opini Cekgu yang berdomisili di seputaran kota Takengon.