Daya Hidup Ronaldo

oleh

Oleh : Bung Alkaf*

Demi melihat Cristiano Ronaldo, saya rela bergadang. Agenda bergadang saya itu adalah kali pertama sejak Piala Eropa tahun ini dimulai. Alasannya, seperti yang saya tulis tempo hari, bahwa gelegar Timnas sepak bola Indonesia telah membuat mata hati ini telah berpindah ke tanah air.

Saya menunggu Ronaldo sudah lama, sejak dia diperlakukan dengan tidak hormat oleh Fernando Santos dua tahun lalu di Qatar. Hanya turnamen yang mendekati kebesaran Piala Dunia ini, seperti Piala Eropa, yang bisa memulihkan kehormatannya kembali. Dan, semalam, kita melihat kembali Ronaldo di atas panggung yang pantas untuknya.

Dia bermain sepanjang sembilan puluh menit. Berlari tanpa henti. Dia juga membuat pemain belakang Republik Ceko tidak bisa sedetik pun menghela nafas. Tidak hanya karena beberapa peluang yang dia dapatkan, tetapi juga pergerakan tanpa bola. Satu sampai dua bek Republik Ceko berada di dekatnya. Tetapi, dasar Ronaldo, betapa pun dia dia dijaga, selalu saja dirinya berada di depan gawang lawan.

Saya masih berpikir keras tentang pemain yang sudah berusia tiga puluh sembilan tahun, mengapa masih mampu berada di level turnamen yang tinggi seperti Piala Eropa. Tidak terlihat dia berada di klub salah satu negara Asia Barat ketika melihatnya kembali terbang tinggi menyundul bola yang menerpa tiang.

Jawaban paling awal adalah Roberto Martinez. Kepada dialah kita harus memberi kredit. Dia adalah orang yang teguh melihat Ronaldo sebagai pesepakbola terbaik dari negaranya, bukan Bruno Fernandes, bukan pula Bernardo Silva. Martinez memilih untuk menempatkan Ronaldo sebagai pusat gravitasi sepak bola.

Martinez memahami bahwa Ronaldo adalah juru bicara terbaik mereka dalam sejarah sepak bola. Ketika dia ditanya wartawan tentang posisi Ronaldo dalam skuadnya, dia menjawab dengan statistik yang dicapai oleh pemain tersebut.

Kalau saja diberi waktu lebih lama, Martinez akan menjawab panjang lebar kalau tanpa Ronaldo, negaranya tidak akan ada dalam peta sepak dunia. Di mana Portugal di hadapan Brasil dan Argentina? Di mana Portugal dalam peta sepak Eropa bersama Jerman, Italia, Perancis, Inggris, Belanda? Tidak ada!

Portugal, sebelum kedatangan Ronaldo, adalah negara sepak bola yang hanya bisa menganggu dominasi negara-negara tersebut, baik di masa Eusebio, maupun era Luis Figo dan Rui Costa. Namun, semuanya berbeda ketika Ronaldo tiba.

Dari kakinya, dia mengangkat maruah negaranya. Portugal bukan lagi sebagai pelengkap, tetapi adalah kekuatan baru sepak bola. Dia membuktikannya dengan menunjukkan kepada dunia kalau trofi turnamen mayor bukanlah semata-mata milik negara besar dalam sepak bola.

Delapan tahun lalu, dengan kaki dibalut perban, dari pinggir lapangan, dia memenangkan trofi Piala Eropa bagi negaranya untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Kini, bersama Bruno Fernandes, Bernardo Silva, Diogo Jota, Nuno Mendes, dan Francisco Conceico, Ronaldo berpeluang kembali mengangkat trofi Henri Delaunay dari tengah lapangan.

Lalu, sebagai penggemar sepak bola dari negara Asia Tenggara, yang harus menanggung resiko untuk bergadang ketika menonton sepak bola di Eropa, lihatlah lekat-lekat Ronaldo, karena sebentar lagi, salah satu dari empat pesepak bola terbaik dalam sejarah akan meninggalkan kita. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.