Kepemimpinan Dalam Islam

oleh

Oleh : Rizkan Abqa. SM.,MM*

Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu ilmu dan seni, yaitu suatu kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan.

Setiap orang pada hakikatnya adalah pemimpin, akan tetapi kekuasaan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan antara orang yang satu dengan yang lain tidak sama.

Disinilah yang membedakan siapa yang sebenarnya pemimpin dan siapa yang bukan atau tidak pemimpin.

Kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kepemimpinan di mana seorang pemimpin tidak hanya berbicara, akan tetapi juga mampu memberikan teladan bagi yang dipimpinnya. Keteladanan lebih bermakna daripada banyak nasihat. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S Ash Shaff : 3)

Allah SWT memperingatkan amatlah besar dosanya mengatakan atau menyanggupi sesuatu, tetapi ia sendiri tidak melaksanakannya, baik dalam pandangan Allah maupun dalam pandangan masyarakat.

Menepati janji merupakan perwujudan iman yang kuat dan budi pekerti yang luhur, sikap yang berperikemanusiaan pada seseorang, menimbulkan kepercayaan dan penghormatan masyarakat.

Sebaliknya perbuatan menyalahi janji merupakan perwujudan iman yang lemah, perangai yang jelek dan sikap yang tidak berperikemanusiaan, akan timbul saling mencurigai dan dendam kesumat di dalam masyarakat.

Karena itulah agama Islam sangat mencela orang yang suka berdusta dan menyalahi janji. Agar sifat tercela itu tidak dipunyai oleh orang-orang beriman alangkah baiknya, menepati janji dan berkata benar itu dijadikan tujuan pendidikan yang utama diberikan kepada anak-anak di samping beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan melatih diri mengerjakan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan.

Kepemimpinan yang harus diterapkan adalah kepemimpinan yang telah diteladani oleh Rasulullah SAW yang telah menerapkan teori manajemen dengan sifat-sifat utamanya bahwa seorang pemimpin harus shiddiq (benar), amanah, tabligh dan fathanah. Allah SWT Berfirman:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Anfal : 27)

Allah SWT menyeru kita agar tidak mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, yaitu mengabaikan kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan, melanggar larangan-larangan-Nya yang telah ditentukan dengan perantaraan wahyu.

Dan tidak menkhianati amanat yang telah dipercayakan kepada mereka, yaitu mengkhianati segala macam urusan yang menyangkut ketertiban umat, seperti urusan pemerintah, urusan perdata, dan tata tertib hidup masyarakat.

Jadi dapat dikatakan bahwa kesadaran atas tanggung jawab serta melaksanakan kewajiban tersebut dengan maksimal (amanat) adalah salah satu pilar karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila menuturkan kata-kata ia berdusta, dan apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi kepercayaan ia berkhianat. (HR. Muslim)

Sudah jelaslah rambu-rambunya bahwa seorang pemimpin dalam kepemimpinannya juga harus disertai tanggung jawab dan mampu membangun atau mendorong atau memotivasi bawahannya untuk bekerja baik dengan mencontoh keteladanan Rasulullah SAW.

Adapun memotivasi seseorang agar mereka mempunyai motivasi kerja yang baik artinya kita berusaha menimbulkan kebutuhan tertentu pada dirinya, agar tingkah laku mereka tertuju pada yang dikehendaki.

Pandangan Islam selanjutnya, dalam usaha melahirkan pemimpin berkarakter kepemimpinan yang ideal adalah harus memenuhi unsur-unsur pokok yakni karakter dasar, yang terdiri dari mementingkan kepentingan orang lain (tidak egois), jujur dan disiplin.

Kemudian karakter unggul dalam kepemimpinan, yakni ikhlas, sabar mampu merealisasikan nilai-nilai kesyukuran, bertanggungjawab, rela berkorban, mampu memperbaiki diri dan bersungguh-sungguh.

Pemimpin dan kepemimpinan harus terjadi sinkronisasi karena pemimpin harus memiliki kemampuan dalam memenej dan membangun kerjasama dengan semua stake holder dan semua unsur lapisan masyarakat.

Sedangkan kepempimpinan adalah sifat sifat dari sang pemimpin itu sendiri, yakni mampu memadukan seni dalam memimpin dan membimbing serta menuntun masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu.

Dalam bahasa Arab, pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur). Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seibu tahun menurut perhitunganmu” (QS. Al Sajdah: 5)

Dari isi kandungan ayat tersebut dapatlah diketahui bahwa keteraturan alam raya merupakan bukti kebesaran Allah SWT dalam mengelola alam ini.

Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.

Istilah lain dari kata manajemen dalam Bahasa Arab adalah kata idarah, yaitu suatu keadaan timbal baik, berusaha supaya menaati peraturan yang telah ada.

Idarah dalam pengertian umum adalah segala usaha, tindakan dan kegiatan manusia yang berhubungan dengan perencanaan dan pengendalian segala sesuatu secara tepat guna.

Asal penemuan ilmu manajemen itu bermula dari timbulnya berbagai macam persoalan yang berhubungan dengan bisnis sehingga berkembang menjadi sebuah ilmu untuk mencapai berbagai macam tujuan.

Namun kini, manajemen bukan hanya sebatas mengatur bisnis, tapi bidang lain seperti pendidikan, juga perlu menajemen. Allah SWT berfirman:

Artinya: “…. Dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya, yang demikian itu lebih baik di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguan (tulislah mu’amalah itu) kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menulisnya”. (QS . Al-Baqarah: 282)

Menurut pandangan Islam ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen, yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian.

Seorang pemimpin harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankan mendapatkan hasil yang maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada jiwa kepemimpinan.

Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen. Dan salah satu keahlian dan seni yang menjadi pembeda antara leader atau bukan adalah kemampuannya untuk menganalisa potensi bawahannya dan menempatkan beban tugas yang sepadan dengan kemampuan bawahannya sehingga muncul solusi yang paling tepat, efektif, dan efisien.

Harus dicatat, bahwa sesungguhnya diri kita semuanya sejatinya merupakan seorang pemimpin, maka dalam mewujudkan kehidupan yang “terang-benderang” sekaligus memerdekakan manusia dari segala bentuk kesulitan dan permasalahan merupakan tugas kita bersama.

Kuncinya adalah dengan menerapkan Islam dan syari’ahnya secara totalitas, juga menyeluruh serta meneladani dan melaksanakan pola kepemimpinan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, hingga tujuan kesejahteraan dan keselamatan di dunia dan akhirat dapat benar-benar tercapai.

Wallahu a’lam bishawab

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.