Linge Benteng Terakhir Gayo

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Pada tahun 1970-an, Tengku Ilyas Leube mengisi ceramah di Mesjid Pendidikan Islam Hakim Bale Bujang, Kecamatan Lut Tawar, yang dikenal sebagai Mesjid PI. Ulama dan tokoh perjuangan itu meramalkan.

Bango osop ari Paya Ilang
Osop oros Kebayakan
Ike Linge nge maju
Berarti kiamat nge dekat bagi urang Gayo

Terjemahan bebasnya;
tiada lagi burung bangau di Paya Ilang,
Tidak ada lagi beras Kebayakan,
Apabila Linge sudah maju,
Berarti kiamat sudah dekat bagi orang Gayo

Dua dari tiga ramalan itu telah terbukti. Rawa Paya Ilang sudah direklamasi menjadi pasar dan perkantoran. Demikian juga hamparan sawah di Kebayakan telah menjadi pemukiman dan homestay. Tinggal lagi tanah Linge yang belum berdiri bangunan-bangunan mewah.

Kita sebagai generasi penerus tinggal menunggu kiamat. Bergantung kepada kita sekarang untuk merealisakannya. Ada tiga pilihan; pertama pasrah dengan keadaan, Kedoya berusaha menunda kiamat, dan ketiga sekuat tenaga berusaha tidak terjadi kiamat.

Kata “kiamat” di sini bukan sekedar hari berakhirnya kehidupan manusia di atas dunia. Tapi juga hilangnya suatu bangsa, idiologi dan adat istiadatnya ditinggalkan masyarakatnya.

Linge bukan sekedar tanggung jawab Aceh Tengah, tapi juga orang Gayo di sekitarnya. Berbicara tentang Linge juga berarti mendiskusikan Gayo Lues, Aceh Tenggara, Lokop Serbejadi, Kaloy, dan Bener Meriah.

Segala kebijakan tanah Linge sebetulnya tidak boleh diputuskan Aceh Tengah semata. Tapi juga harus mendengar pertimbangan urang Gayo di luar negeri Malem Dewa ini.

Pada tanggal 12 Oktober 2023, PJ Bupati Gayo Lues, Drs. Alhudri, MM dan Ketua DPRK Aceh Tengah, H. Ali Husin dalam sebuah perbincangan informal di Parkside Hotel menyarankan salah satu kiat menunda kiamat di Gayo.

Kuncinya kabupaten Aceh Tengah harus rela menghibahkan sebagian Buntul Linge untuk lima Gayo lainnya, meski per klan hanya perlu 100 meter untuk dibangun rumah adat dengan tujuan setiap tahun musyawarah tentang Kegoyoan.

Upaya tersebut tidak saja menyatukan Gayo serumpun dan mengsingkronkan program Gayo. Tapi bagi Aceh Tengah sendiri jelas diuntungkan secara ekonomi.

Sebelum acara bubar, Ketua DPRK Gayo Lues, H. Ali Husin meneruskan pesan orang tuanya, “Ike merasa dirie urang Gayo, gere berkunjung ku Linge, maka perlu dipertanyakan kegayaanne (Kalau merasa dirinya orang Gayo, lalu tidak tahu Linge, maka patut dipertanyakan Kegayaannya).”

Akhirnya, siapa pun Gayo serumpun yang datang berkunjung ke Linge, hakikatnya dia sedang pulang ke rumahnya sendiri.

(Mendale, Oktober 13, 2023)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.