(Catatan Akhir Pekan) ; Pak Bandi Bukan Bandit

oleh
Fauzan Azima Bersama Bambang Saptono dari Kantor Staf Kepresidenan (KSP). (Ist)

Oleh : Fauzan Azima*

KESEMPATAN kita untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna sangat terbuka. Jika kita tergolong orang-orang baik, maka itu lebih mudah. Kesempatan itu terbuka bagi siapa saja. Bahkan mereka yang mencap dirinya sebagai orang tidak baik. Ini seperti kesempatan kedua, terutama mereka-mereka yang pernah menjalani hukuman.

Saya sendiri bukan orang yang baik. Tapi saya juga tidak menikmati kezaliman atau penganiayaan terhadap siapapun. Karena pada hakekatnya, mereka yang berbuat zalim sedang menzalimi diri sendiri.

Saya juga yakin jika kehidupan kita hari ini menentukan nasib kita pada kehidupan yang akan datang. Sehingga kalau ingin hidup bahagia pada kehidupan akan datang, tidak ada cara lain, harus berbuat baik. Allah berfirman, “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Nasehat ini perlu kita distribusikan. Mungkin ada yang tidak paham. Atau mencoba untuk mengabaikan pesan itu. Nasehat ini juga saya ingin sampaikan kepada Pak Bandi, orang di kampung saya. Kelakuannya pada hari-hari belakangan ini bisa mengakibatkan dirinya “bereinkarnasi” menjadi kadal alias kilik, dalam bahasa Gayo.

Tidak jelas asal usul orang kampung memanggilnya Pak Bandi. Tapi sudahlah. Itu tidak penting. Pak Bandi sekarang menjadi dikenal banyak orang saat ini alias viral; menjadi perbincangan tidak hanya di kampungku. Sayang, yang jadi bahan pembicaraan bukan kebaikannya. Pak Bandi saat ini tengah disoroti karena berupaya membangun hegemoni nepotisme untuk alumni almamaternya.

Ceritanya, setelah empat tahun bertapa, Pak Bandi keluar dari gua semedinya sukses mendapatkan bermacam ilmu pengetahuan. Dua ilmu utama yang dia kuasai adalah; pertama mampu membuat atasan takut, kedua dia cakap pula memecah belah masyarakat, seperti Sengkuni.

Semua ini bukan tidak beralasan. Dia merasa harus menjadi orang nomor satu di kampungku karena terlalu banyak kesalahan yang dia buat. Dan itu berpeluang dikorek terutama jika dia tidak menjadi nakhoda di daerah kami. Hasrat, ambisi, rasa takut, dan obsesi bercampur baur. Semua untuk menutupi kejahatan. Dalam ilmu kriminal, kejahatan kadang harus ditutupi dengan kejahatan lainnya.

Sayang Pak Bandi bukan pria sosok yang memiliki pemahaman baik tentang teori konspirasi. Kemampuannya dalam urusan ini cetek. Alhasil, setiap pergerakan yang dia upayakan, setapak demi setapak, jelas terbaca. Ya, kami di kampung menyebut Pak Bandi seorang amatiran.

Kejahatan Pak Bandi bermuara pada kerusakan dan kerugian kampung kami. Pertama, perputaran ekonomi di kampung kami tidak maksimal. Dalam istilah pemerintahan, serapan anggaran rendah. Banyak dokumen yang menumpuk di meja kerja Pak Bandi jika itu tidak memberikan keuntungan baginya. Tetapi jika berkaitan langsung dengan kepentingan anak buahnya, dokumen itu pasti langsung diproses.

Sesungguhnya Pak Bandi hidup dalam kebingungan. Dia tidak bisa lagi mengenali dirinya. Padahal orang-orang di kampung menganggap dia sebagai orang yang baik. Seorang yang punya dedikasi. Tapi karena dihantui rasa takut. Pak Bandi tidak bisa lagi melihat segala sesuatu secara objektif. Dia selalu dibayang-bayangi hantu kesalahan masa lalu.

Karena takut, Pak Bandi berubah jadi pria cengeng. Dia seperti kebanyakan anak-anak di kampung sebelah, selalu mencari kambing hitam. Saat dia berbuat salah, maka pikirannya mengelabui dirinya dengan membisikkan bahwa kesalahan itu bukan kesalahannya. Secara mental, Pak Bandi sebenarnya sakit. Tapi seringkali orang yang sakit tidak merasa dirinya sakit.

“Wah, kalau demikian cerita tentang Pak Bandi, tidak sesuai dengan judul tulisan ini,” kata seorang kawan. Lantas kawan lain menyeletuk, “Benar Pak Bandi bukan bandit. Eeiit jangan salah, kalimatnya belum selesai, Pak Bandi bukan bandit biasa, tapi bos bandit, dia seperti ular yang telah beberapa kali ganti kulit. Dalam ilmu biologi disebut moulting.”

(Mendale, September 24, 2023)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.