[Artikel] Suara Penyair Mencatat Ingatan

oleh

Judul : Suara Penyair Mencatat Ingatan
Editor : Lubet Arga Tengah
Pengantar Prolog : Siswanto, S.Pd, M.A.
Penerbit : CV Catur Media Gemilang, Maret 2022
Tebal : xxii + 147 halaman

MENCATAT INGATAN
: Pawon Kalipa 2021
Cahaya lampu tentu tak mampu menampakkan sosok
yang berjalan dari tungku untuk menjemput para tamu
namun di meja telah tersedia hidangan dan tanpa ragu
kita menuntaskan rasa lapar dan dahaga
serta menghirup wangi asap dupa dari atas meja

Seperti mengembalikan ingatan ke masa silam
belajar laku prihatin dan memperkuat tirakat
ziarah ke makam sunan dan berbagai petilasan
berendam di tempuran sungai di puncak malam
mencari makna hakikat kehidupan dan jati diri

Di Pawon Kalipa, seperangkat gamelan mencatat kisah
dibakar bara dan ditempat dengan palu dan mantra
diselaraskan nadanya – lalu mengalun gending-gending
nenentramkan jiwa penabuh dan pendengarnya
sejuk angin dari Merapi menemani berbincang sampai pagi

2022

Puisi di atas sengaja saya kedepankan di antara puisi-puisi lain, dengan alasan: Pertama, ‘Mencatat Ingatan’, merupakan judul puisi yang kemudian dijadikan judul buku bernama “Dunia: Suara Penyair Mencatat Ingatan”.

Alasan kedua, puisi ditulis Bambang Widiatmoko, yang selama ini saya kenal sangat produktif menulis puisi dan ulasan puisi di beberapa media Nasional. Ia juga sebagai editor beberapa antologi puisi, diantaranya antologi puisi “Mata Air, Air Mata” dan “Jejak Waktu”.

Belum lagi menjadi penyelenggara pertemuan sastrawan di Yogyakarta pada tahun 2021. Dan, alasan ketiga, isi dari puisi ‘Mencatat Ingatan’ lebih kepada pengalaman saat menjadi penyelenggara temu sastrawan.

Dimana terjadinya silaturahmi, launching buku, pembacaan puisi hingga suguhan lain, mulai dari kuliner sampai pada alat musik gamelan. Dan, secara keseluruhan tiga bait dari puisi tersebut tersirat warna lokalitas dengan bahasa keseharian.

Buku “Dunia: Suara Penyair Mencatat Ingatan” menghimpun 63 penyair Indonesia. Setiap penyair dimuat karyanya 1 puisi, tapi ada juga yang 2-3 puisi. Antologi puis yang di editori Lubet Arga Tengah hadir untuk menyemarakkan Hari Puisi Dunia yang jatuh pada tanggal 21 Maret.

Program Hari Puisi Dunia mengacu pada hasil keputusan Konfrensi ke-30 oleh United National Educational Scientivic Cultural Organization (UNESCO) di Paris tahun 1999 mengenai Penetapan Hari Puisi Dunia.

Dimana puisi dipandang cukup unik dalam menangkap semangat kreatif manusia. Di sisi lain memiliki tujuan untuk mendukung keberagaman bahasa melalui puisi.

Keberagaman tema serta isi puisi yang ditulis para penyair memberi kesan keberagaman tradisi dan kebudayaan, meskipun mayoritas puisi hadir sebagai ungkapan perasaan penyairnya.

Sebagaimana antologi puisi bersama pada umumnya, antologi puisi ini pun ingin memberi kesaksian bahwa puisi memiliki jalannya sendiri. Penyair bukan hanya menjadi Pemamah Yang Baik, tapi ia dapat di narasikan sebagai Penenun Yang Bijak serta Pejalan Yang Tangguh. Sebagaimana sub-judul prolog yang ditulis Siswanto, S.Pd, M.A. yang diberi judul “Dunia: Ingatan, Makanan dan Perjalanan”.

Beberapa nama yang sering menjelajah antologi puisi bersama dapat ditemui dalam buku ini, di antaranya ada nama A. Rahim Eltara, Agoes Andika, Ask, D’Eros Sudarjono, Kurnia Effendi, Marwanto, Muhammad Lefand dan Piet Yuliakhansa, Salman Yoga S dll.

Sebagai sebuah antologi, buku ini sudah memenuhi kriteria. Antara lain ada Pengantar, Prolog, Daftar Isi, Biodata Penulis. Cover depan/ belakang serta lay out-nya ditata dengan indah. Ini buku kedua, setelah tahun lalu (2021) dari penggagas yang sama terbit antologi puisi berjudul “Parsel 21 Maret”, yang menghimpun 100 Penyair Indonesia. (Nanang R. Supriyatin: Dari Negerikertas.com). []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.