Pentingnya Mengatur Waktu

oleh

Oleh : Rizkan Abqa, S.M*

Waktu adalah salah satu nikmat tertinggi yang diberikan Allah SWT kepada Manusia. Sudah sepatutnya manusia memanfaatkannya seefektif dan seefisien mungkin untuk menjalankan tugasnya sebagai makhluk hidup di Dunia ini.

Apalagi seorang Muslim memiliki kewajiban untuk mengelola waktunya dengan baik. Akan tetapi sebagian besar manusia tidak bisa menggunakan waktu mereka dengan sebaik-baiknya, bahkan cenderung menyia-nyiakannya dan menyibukkan diri kepada hal yang kurang bermanfaat.

Kondisi semacam itu dikarenakan banyak manusia yang kurang begitu memahami apa itu waktu dan bagaimana memanfaatkannya dengan baik.

Sebagai seorang Muslim yang baik sudah sepantasnya kita menghargai waktu kita dan menggunakannya dengan baik pula, dalam Islam sendiri waktu diibaratkan sebagai sebuah pedang yang jika seseorang dapat menggunakannya maka ia akan selamat dan dapat mengambil manfaat dari pedang tersebut, akan tetapi jika ia tidak dapat menggunakannya dengan baik maka ia akan celaka atau bahkan terbunuh karena pedang tersebut.

Karena pentingnya manajemen waktu ini maka Allah SWT telah bersumpah pada permulaan berbagai surat dalam Al-Qur’an yang turun di Mekkah dengan berbagai macam bagian dari waktu. Misalnya bersumpah: demi waktu malam, demi waktu siang, demi waktu fajar, demi waktu dhuha, dan demi masa.

Sementara itu sunnah nabawiah juga mengukuhkan nilai waktu, dan menetapkan adanya tanggung jawab manusia terhadap waktu di hadapan Allah SWT kelak di hari kiamat.

Terlebih, ada empat pertanyaan pokok yang akan dihadapkan kepada setiap mukallaf di hari perhitungan kelak, dan ada dua pertanyaa dasar yang khusus berkenaan dengan waktu.

Tentang hal tersebut telah diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal ra, bahwa Nabi Muhammad SAW telah bersabda:

Artinya : “Tiada tergelincir kedua telapak kaki seorang hamba di hari Kiamat, sehingga ditanya tentang empat hal, yaitu tentang umurnya di mana ia habiskan, tentang masa mudanya di mana ia binasakan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ia belanjakan, dan tentang ilmunya bagaimana ia mengamalkannya.”

Begitulah, bahwasannya manusia akan ditanya tentang umurnya secara umum dan tentang masa mudanya secara khusus. Sesungguhnya masa muda memang bagian dari pada usia manusia.

Namun, masa itu mempunyai nilai istimewa dilihat dari segi usia, yaitu kehidupan yang penuh pancaran cahaya, keteguhan yang masih dapat berkelanjutan, dan merupakan suatu masa kuat di antara dua ancaman kelemahan, yaitu kelemahan masa kanak-kanak dan kelemahan masa tua. Allah SWT berfirman :

Artinya : “Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan berubah.” (Q.S. Ar Ruum: 54)

Waktu mempunyai karakteristik khusus yang istimewa. Kita wajib mengerti secara sungguh-sungguh dan wajib mempergunakannya sesuai dengan pancaran cahayanya. Pertama, Waktu itu berjalan laksana awan dan lari bagaikan angin, baik waktu senang atau suka ria maupun saat susah atau duka cita.

Apabila yang sedang dihayati itu hari-hari gembira, maka lewatnya masa itu terasa lebih cepat, sedangkan jika yang dihayati itu waktu prihatin, maka lewatnya masa-masa itu terasa lambat. Namun, pada hakikatnya tidaklah demikian, karena perasaan tersebut hanyalah perasaan orang yang sedang menghayati masa itu sendiri.

Kendati umur manusia dalam kehidupan dunia ini cukup panjang, namun pada hakikatnya umur manusia hanya sebentar, selama kesudahan yang hidup itu tibalah saat kematian. Dan tatkala mati telah merenggut, maka tahun-tahun dan masa yang dihayati manusia telah selesai, hingga laksana kedipan mata yang lewat bagaikan kilat yang menyambar.

Kedua, Waktu yang telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti. Inilah ciri khas waktu dari berbagai karakteristik khusus waktu. Setiap hari yang berlalu, setiap jam yang habis dan setiap kedipan mata yang telah lewat, tidak mungkin dapat dikembalikan lagi dan tidak mungkin dapat diganti.

Ketiga, Waktu itu modal terbaik bagi manusia. Oleh karena waktu sangat cepat habis, sedangkan yang telah lewat tak akan kembali dan tidak dapat diganti dengan sesuatu apa pun, maka waktu merupakan modal terbaik. Modal yang paling indah dan paling berharga bagi manusia.

Keindahan waktu itu dapat diketahui melalui fakta bahwa waktu merupakan wadah bagi setiap amal perbuatan dan segala produktivitas. Karena itulah, maka secara realistis waktu itu merupakan modal yang sesungguhnya bagi manusia, baik secara individu (perorangan) maupun kolektif atau kelompok masyarakat.

Untuk menyikapi waktu menurut Islam kita harus Melihat ke masa lalu, maksudnya adalah untuk mengambil pelajaran dengan segala peristiwa yang terjadi pada masa tersebut. Menerima nasihat dengan kejadian yang dialami umat saat itu dan sunnatullah terhadap mereka, sebab masa lalu merupakan wadah peristiwa dan khazanah pelajaran.

Kemudian, melihat ke masa depan sebab manusia itu sesuai dengan fitrahnya senantiasa terikat ke masa depan. Ia tak akan dapat melupakannya atau menyembunyikannya di balik kedua telinganya.

Sebagaimana manusia itu diberi rezeki ingatan yang menghubungkannya dengan masa lalu dan apa yang terjadi di dalamnya, maka ia pun diberi rezeki upaya menggambarkan masa depan dan apa yang akan diharapkan. Dan selanjutnya seorang mukmin berkewajiban melihat ke masa lalu untuk mengambil pelajaran, mengambil manfaat, dan mawas diri.

Di samping itu juga perlu melihat masa depan untuk mempersiapkan perbekalan, maka ada kewajiban untuk memperhatikan masa kini, yaitu masa di mana secara nyata kita sedang menjalani dan menghayatinya, agar kita dapat menggunakannya sebelum lepas dan hilang sia-sia.

Ketika seorang Muslim mampu mengelola waktu dengan baik, maka akan memperoleh yang terbaik dalam kehidupannya. Namun, apabila tidak mampu, maka seseorang tidak akan mampu mengelola sesuatu apapun karena waktu merupakan modal dasar bagi kehidupan seorang Muslim yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: “Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Yunus: 6)

Semua orang mendapat jatah waktu 24 jam dalam sehari. Namun terdapat hal menarik atas keberadaannya. Muncul dua paradigma tentang waktu. Pertama yang mengatakan waktu adalah uang dan kedua menyimpulkan waktu adalah kehidupan.

Pilihan seseorang atas salah satu paradigma tersebut akan menunjukkan misi, visi, serta aksi seseorang dalam mengisi waktu. Bila waktu adalah uang, secara logika tidak logis. Karena waktu berbeda dengan uang secara wujud maupun karakternya. Uang dapat ditabung, tapi waktu tidak.

Uang dapat dikembangkan jumlahnya, waktu tidak (24 jam per hari). Uang dapat dicari sedangkan waktu tidak. Paradigma kedua tampaknya lebih bisa diterima akal. Karena secara wujud dan karakternya waktu dan kehidupan mempunyai makna ukuran yang sama. Bila seseorang setuju dengan paradigma kedua, ia akan terdorong untuk selalu bertanggung jawab atas setiap waktu yang dilaluinya.

Wallahu a’lam bish-shawabi.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.