Catatan : Sadra Munawar*
Dengan segala pertimbangan dan pemikiran matang tidak berlebihan rasanya jika saya menyematkan kepada pundak beliau dengan sebutan “Bapak Perubahan Samarkilang.”
Beliau adalah Khalisuddin, hampir semua orang mengenal tokoh yang dulunya saya juluki “Dewa Seribu Jari,” karena dia selalu bisa mengerjakan banyak pekerjaan di waktu bersamaan tanpa ada ketinggalan.
Saya berkenalan dengan beliau tepat malam Presiden Jokowi berkunjung ke Kota Lhokseumawe meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Meuria Paloh di Lhokseumawe, pada 2 Juni 2016 silam.
Saat itu saya dikenalkan oleh saudara Feri Yanto, Demisioner Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon Periode 2016 – 2017 di salah satu coffee shopdi Takengon. Saya ingat betul dengan pertemuan itu.
Kali kedua saya bertemu dengan Bang Khalis (Saya memanggilnya dengan panggilan “Abang” itu atas persetujuannya) saat kami dari Himpunan Mahasiswa Gayo dan Alas (HIMAGA) Lhokseumawe – Aceh Utara mengundangnya sebagai pemateri Pelatihan Jurnalistik 26 November 2016, dan saat itu beliau kembali datang ke Lhokseumawe bersama saudara Feri Yanto.
Setelah itu kami sering bertemu dan saya selalu menerima arahan dari beliau, baik itu pelajaran hidup, berjejaring, berteman dengan siapa saja dan tentu dia selalu mengenalkan saya dengan berbagai problema dan tantangan hidup dimasa depan melalui gerak dan cara-caranya.
Tepat kemarin, 10 Juni 2020 penulis buku “Jejak Jokowi di Gayo” itu sudah satu tahun menjabat sebagai Camat Syiah Utama. Sebelum beliau dilantik di Kantor camat Syiah Utama malamnya dia mengajak saya berdiskusi terkait Samar Kilang, baik itu agama, pendidikan, sosial, ekonomi, pertanian, perkebunan, peternakan juga politik.
Pertemuan yang juga disaksikan oleh Syaipul Amri salah satu pemuda Samar Kilang yang sekarang masih mahasiswa di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Gajah Putih Takengon. Diskusi itu sangat alot dan saya juga tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menyampaikan harapan besar saya kepada beliau.
Saya menganggap pertemuan di Takengon itu bukan antara Camat dengan mahasiswa, namun lebih kepada dua orang manusia yang berbicara mengenai masa depan Syiah Utama (Samar Kilang) dengan semangat perubahan, perubahan dari seluruh sektor.
Saya juga bercerita kepada Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bener Meriah itu mengenai potensi wisata di Samar Kilang, potensi ikan Gegaring, potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) potensi wisata alam dan wisata religi
Beberapa potensi itu sudah hampir setiap mulut saat ini menceritakan nya, ini tentu tidak terlepas dari kerja keras beliau, yang mengajak dan mengajarkan anak muda setempat untuk promosi potensi alam, melalui akun media sosial pribadi baik itu Instagram, Fecebook, Youtube dan WhatsApp group serta selalu muncul di berita online, cetak dan televisi.
Menyamakan persepsi hampir semua pihak itu, indikator penting dalam membangun itulah, ia pun menggagas Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Samar Kilang yang berjalan dengan sudah lumayan baik, program Bereh sekretaris daerah Aceh juga berjalan sebagaimana yang diharapkan, juga penerapan istilah Gayo “Empus berpeger, Koro Beruer” juga sudah diterapkan dengan sangat baik.
Terbukti dari aturan-aturan mengenai ternak yang ditertibkan, sehingga tanaman masyarakat setempat bisa dipanen sesuai yang diinginkan.
Terlepas dari itu semua cerita-cerita miring tentang kinerjanya sebagai pemimpin pasti akan selalu menjadi pembahasan hangat “akar rumput” di warung-warung kopi. Misalnya disampaikan “angin” ke telinga saya ada yang memang secara langsung menyampaikan kinerja yang kurang lembut dimata beberapa masyarakat, ini merupakan contoh nyata dari peribahasa “Tidak ada manusia yang sempurna”.
Harapan saya sebagai anak yang dilahirkan, dibesarkan dari dan di Samar Kilang adalah hadirnya Bang Khalisuddin sebagai motor penggerak di “Tanah para pejuang itu.”
Sebagai anak muda yang masih segar pikirannya saya akan melakukan hal yang serupa melalui memberikan pemahaman – pemahaman edukasi kepada saudara-saudara saya disana, juga menjawab setiap pertanyaan dan tantangan yang mereka berikan.
Narasi, Samar Kilang Bangkit, Samar Kilang Tanah Pejuang, Samar Kilang Sejuta Pesona, Samar Kilang Tanah Para Syuhada pasti akan selalu membumi di setiap pikiran kita semua, percayalah majunya Samar Kilang tidak terlepas dari do’a para orang tua kita disana. Semoga.
*Penulis adalah Tokoh Muda Bener Meriah asal Samar Kilang