Serbuan pendatang dari Sumatera Utara (Sumut) ke Tekangon, Aceh Tengah, semakin hari semakin banyak. Paska lebaran Idul Fitri arus datang dari warga yang ber-KTP Sumatera Utara terus saja bertambah.
Hari ini, Rabu 1 Juni 2020, LintasGAYO.co berkesempatan hadir ke tempat Karantina daerah di kawasan Paya Tumpi, Kecamatan Kebayakan.
Di tempat ini, terdapat puluhan orang yang di karantina. “Hari ini ada masuk 20 orang,” kata Kadishub Aceh Tengah, Jauhari yang datang bersama LintasGAYO.co dan Jubir Gugus Tugas Covid-19, dr. Yunasri, M.Kes.
Yah memang, usai konferensi pers bersama para wartawan, LintasGAYO.co bersama salah seorang rekan sesama wartawan, Satria Darmawan, menumpang kenderaan dinas Kadishub.
Dalam mobil itu, juga turut ditumpangi, oleh Jubir Yunasri, Kadishub Jauhari sendiri yang menyupiri kami menuju ke tempat karantina itu.
Melihat suasana di tempat karantina yang begitu ramai, spontan kami pun semua memakai masker. Mengecek data para pendatang yang sudah terlebih dahulu di data oleh petugas disana.
Gencarnya serbuan arus datang dari warga Sumatera Utara ke Takengon, diduga kuat dari status daerah ini yang masuk ke dalam zona hijau penyebaran Covid-19.
Yah, memang jika tidak ada pembawa virus yang datang ke daerah ini, bisa dipastikan daerah ini akan menjadi daerah aman. Namun, tidak jika arus masuk dari zona merah tidak dikontrol dengan baik.
Pengontrolan ini lah yang selalu di jalankan oleh tim Gugus Tugas Covid-19 Aceh Tengah. Tercatat ratusan orang sudah yang hadir ke Takengon dan semuanya berasal dari Sumatera Utara.
Kekhawatiran masyarakat akan adanya penyebaran Virus Corona yang dibawa carier dari luar menjadikan daerah ini harus hati-hati.
Setiap yang datang, harus bisa menunjukkan surat keterangan bebas covid 19 minimal sydah di cek dengan menggunakan rapid test ataupun Swab test. Jika tidak, mereka akan dipulangkan ke daerah asalnya.
Jauhari dan Yunasri langsung mengambil buku catatan data dari pendatang yang tiba hari ini. Merekapun langsung mengumpulkan puluha orang yang ber KTP Sumatera Utara itu.
Pantauan LintasGAYO.co, setelah para pendatang itu diberi arahan, untuk segera melengkapi persyaratan agar bisa tinggal di Aceh Tengah. Banyak diantara pendatang itu, seolah abai dan bahkan ada yang marah-marah.
Mereka beralasan, dengan adanya informasi bahwa saat ini sudah ada pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia, namun kenapa mereka masih di tahan untuk masuk.
Kenyataannya, sejak tanggap darurat Covid-19, diberlakukan di seluruh Indonesia, Aceh Tengah tidak termasuk dalam daerah yang pernah mengusulkan PSBB ke Kemenkes.
Entah dari mana info yang dibawa oleh para pendatang itu, sehingga info yang mereka sampaikan menjadi benar untuk menyalahkan Pemerintah di Aceh Tengah.
Dalam kesempatan itu, Jubir Yunasri dengam tenang menjelaskan kepada para pendatang itu. Ia dengan tegas mengatakan, bahwa jika sudah ada surat bebas Covid-19 baru mereka boleh tinggal di Aceh Tengah.
Pun begitu, ia tidak langsung mengatakan untuk memulangkan para pendatang itu. Yunasri dan Jauhari masih memberikan beberapa solusi, salah satunya adalah dilakukannya rapid test mandiri di laboratorium swasta di Aceh Tengah.
Karena bukan warga Aceh Tengah, rapid test mandiri itu harus dibayar oleh yang bersangkutan terlebih menggunakan jasa lab swasta.
Banyak dari pendatang itu yang tidak terima, mereka pun malah kembali marah-marah, seolah mengabaikan mereka datang dari mana dan warga mana.
Secara aturan dari Kemenkes dan Kemenhub, memang sudah dijelaskan setiap orang yang hendak berpergian ke suatu daerah terlebih mereka dari zona merah, maka harus dilengkapi surat bebas Covid-19. Ini yang diabaikan oleh pendatang itu.
Pen dibentak, di marah-marah, Yunasri dan Jauhari tetap tenang, mereka tetap berpegang teguh pada aturan yang ada.
Melihat kondisi hari ini langsung di lapangan, bukan mustahil Aceh Tengah akan kwalahan menghadapi serbuan pendatang dari Sumatera Utara.
Masyarakat Aceh Tengah secara keseluruhan harus benar-benar pro aktif, memantau dan mengawasi setiap pendatang yang hadir ke seantero kampung di Aceh Tengah.
Jangan abaikan itu, jika tidak bukan mustahil daerah ini akan punya transmisi lokal penyebaran baru Coronavirus di Indonesia. Seperti yang dikatakan para ahli, Covid-19 mampu bertahan lama di daerah dengan kelembabab tinggi seperti di Aceh Tengah.
Masyarakat harus benar-benar memberi pengawasan ekstra bagi para pendatang, isolasi setelah datang mutlak di lakukan. Jangan sampai kita acuh terhadap hal tersebut.
[Darmawan]