Petani Kopi Gayo Bisa Punya Penghasilan Besar, Harga atau Produksi?

oleh

Sebagian besar petani Kopi di Gayo beranggapan faktor harga adalah hal utama untuk mendapatkan uang dengan jumlah yang banyak. Harga kopi tinggi, menjadi kepuasan tersendiri bagi para petani. Namun, hal itu tidaklah selalu benar. Seorang pelaku kopi di Gayo, Armiadi memberikan alasannya.

Dianologikan, jika harga tinggi bisa membuat petani menjadi seorang yang kaya, maka hal itu adalah salah. Ia meminsalkan, jika patokan petani kopi kaya diambil dengan indikator berpenghasilan 100 juta rupiah pertahun. “Mari kita hitung berapa jumlah produksi dan harga yang sesuai dengan penghasilan 100 juta itu,” kata Armiadi.

Ditengah, produksi kopi petani di Gayo rata-rata hanya 700 sampai 800 Kg green bean pertahun, tentu angka itu sulit dicapai. Ia pun meminsalkan hasil tersebut dengan satuan per bambu gabah (satuan yang sering dipakai petani di Gayo dalam menjual hasil kopinya).

“Petani yang nilai produksinya 500 bambu gabah harus dibeli dengan harga 200.000/perbambu, baru petani itu bisa mendapat penghasilan 100 juta. Kita coba naikkan lagi, petani yang punya produksi 750 bambu pertahun, berarti harga kopi harus dibeli dengan 133.334 ribu perbambu,” katanya.

Owner Asa Coffee Gayo ini kembali merincikan, jumlah 500 dan 750 bambu pertahun itu mungkin terlalu sedikit untuk sekelas petani rajin. “Mari kita coba naikkan lagi angka produksinya, minsalkan petani yang punya 1000 bambu pertahun, maka harga perbambunya harus diharga 100 ribu. Kita naikkan lagi dengan produksi  3000 bambu pertahun, maka harga harus mencapai 33 ribu lebih,” timpal Armiadi.

Sekarang pertanyaannya, apa ada yang mau beli harga kopi gabah perbambunya semahal itu?. Sedangkan soal harga, bukan petani yang menentukkan. Menurut hukum ekonomi, harga suatu barang ditentukan lewat permintaan dan ketersediaannya. “Dalam bahasa ekonomi dikenal dengan istilah suply and demand, ini juga tidak diatur oleh satu orang,” tegasnya.

Dengan indikator ini katanya lagi, harga tinggi tidak menjamin petani kopi di Gayo untuk menjadi kaya. Lalu apa yang bisa membuat petani kaya dengan indikator punya penghasilan 100 juta pertahun? Armiadi menjawab, produksinya.

“Jika ingin kaya, maka petani harus punya nilai produksi dalam jumlah yang maksimal. Harga bukan satu orang yang tentukan, namun produksi sangat mungkin ditentukan oleh seorang petani saja,” ungkapnya.

Dia kembali mencontohkan jika petani kopi yang punya produksi maksimal. Minsalkan seorang petani yang bisa menghasilkan 4000 bambu gabah pertahun, maka harga yang ideal untuk mencapai penghasilan 100 juta adalah 25 ribu rupiah perbambu.

“Bagi petani yang punya produksi 5000 bambu pertahun harga yang ideal 20 ribu, begitu seterusnya, makin banyak produksi maka penghasilan petani itu akan semakin besar. Kesimpulannya, kalaupun harga kopi sedang anjlok jika produksinya melimpah, tentu petani tidak akan rugi,” tegas Armiadi.

Fakta inilah yang harus dicermati petani di Gayo saat ini. Dengan meningkatkan hasil produksi dan menjaga kualitas kopinya dipastikan petani di Gayo akan punya penghasilan diatas rata-rata.

“Saat harga kopi anjlok pun dengan produksi yang maksimal petabi tidak akab rugi, apalagi kalau harganya stabil bahkan tinggi, angka 100 juta dengan sendirinya bisa menjadi lebih,” katanya.

Ia pun menyadari, ditengah efek pemanasan iklim global saat ini, sangat berdampak terhadap produksi kopi arabika Gayo. Produksi kopi dalam kurun 2 tahun ini kurang menggembirakan.

“Hal ini yang harus menjadi perhatian serius dari semua pihak di negeri ini. Jangan sampai kopi Gayo terus tergerus dengan produksi sedikit karena ketidakmampuannya bertahan di perubahan iklim global saat ini. Harus ada riset mendetail dalam upaya penyelamatannya,” tandas Armiadi.

 

[Darmawan Masri]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.