[Mutiara Ramadhan bersama lintasgayo.co]
Oleh: Muhammad Nasril, Lc. MA*
HARI ini, kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kesempatan bertemu kembali dengan Ramadhan 1438 H yang di mulai pada Sabtu, 27 Mei 2017.
Saat ini Sabtu malam (27/5), Ramadhan sudah berlalu satu hari, kalau shalat terawih sudah berjalan dua malam, artinya kita sedang berada di fase awal ramadhan.
Kehadiran ramadhan sebagai bulan penuh kebaikan dan keutamaan setidaknya dapat dimanfaatkan oleh setiap insan untuk menggapai dan meraih setiap mutiara yang terdapat didalam bulan agung ini.
Namun, ada satu kebiasaan yang sering terjadi setiap bertemu dengan Ramadhan yaitu dasyatnya amal kebaikan dilakukan hanya pada fase awal ramadhan saja, seperti shalat terawih, pada malam awal ramadhan jamaah membludak, bahkan seluas masjid raya Baiturrahman Banda Aceh tidak mampu menampung jemaah, begitu juga shalat fardhu secara jamaah dan sejumlah amaliah lainnya.
Selain itu, amal kebaikan individu atau seseorang pada saat awal ramadhan meningkat drastis baik dari sikap maupun akhlaknya, seperti halnya menjaga lisan, ia akan sering mengatakan saya sedang puasa, tidak boleh mengotorinya, juga dalam bersikap dengan orang lain, tidak mendhaliminya dan tetap menjaga ukhuwah dengan semua pihak, termasuk lawan politiknya. Namun sikap dan amaliah yang baik tersebut seringnya bertahan di awal ramadhan saja, sehingga tidak jarang begitu memasuki fase pertengahan ramadhan, kembali seperti semula, seolah-olah ramadhan dan bulan kebaikan telah berlalu. Bahkan kata-kata “Shaf shalat itu penuh malam pertama sampai malam kelima saja” itu kata-kata yang lumrah dan sering kita dengar.
Hal seperti ini, patut menjadi perhatian semua kita, agar amalan yang kita lakukan tetap istiqamah, selalu berada dalam kebaikan dan amalan-amalan shalih, baik di awal ramadhan, pertengahan, akhir dan bahkan di luar ramadhan.
Kita juga sering mendengar ungkapan bahwa, memulakan sebuah amalan itu mudah dan penuh semangat, akan tetapi yang sulit adalah untuk menjaga amalan tersebut tetap berlanjut atau istiqamah.
Padahal Allah SWT sangat mencintai hambanya yang tetap Istiqamah dalam mengerjakan amalan kebaikan. Seperti firmanNya dalam Al-Qur’an surat Hudd ayat 112, artinya: “Maka tetaplah kamu (pada jalan yang benar), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah bertaubat bersama kamu. Dan janganlah kalian melampaui batas. Sesungguhnya Dia maha melihat apa yang kalian kerjakan”.
Ayat tersebut mengandung perintah untuk tetap istiqamah, baik dalam hal akidah maupun hal amal shalih. Ayat tersebut juga merupakan ayat paling berat dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW, Ibnu Abbas RA berkata: “Tidaklah ada satu ayatpun yang diturunkan kepada Rasulullah SAW yang lebih berat dan lebih susah daripada ayat tersebut. Oleh karena itu ketika beliau ditanya, betapa cepat engkau beruban, beliau Rasulullah SAW berkata kepada sahabatnya, ‘yang membuatku beruban adalah surat Hudd dan surat-surat semisalnya.’ Karena didalam ayat tersebut ada perintah untuk Istiqamah.
Ada yang menarik diantara keutamaan Ramadhan yaitu pada bulan ini syaitan di belenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan pintu-pintu surga dibuka. Isyarat bahwa bulan mulia ini tertutup peluang untuk mengerjakan sebuah kejahatan sehingga digambarkan kalau pintu neraka di tutup, sedangkan kebaikan terbuka lebar untuk dikerjakan di bulan yang mulia ini sehingga digambarkan bahwa pintu syurga dibuka kalau datang bulan Ramadhan. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW: “(Bulan dimana) dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, syetan-syetan di belenggu. Dan berserulah malaikat : wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah” (demikian) sampai berakhirnya ramadhan” ( HR Ahmad). Artinya dalam bulan ini, semestinya kita bisa lebih istiqamah dari bulan-bulan lainnya.
Untuk mewujudkan istiqamah tersebut, kita perlu merubah beberapa hal selama ini sudah menjadi kebiasan seperti tidak memaksakan sebuah amalan berlebihan, sehingga tidak terkesan memaksakan, contoh pada saat tadarus Al-Qur’an, karena tekad baiknya ingin mengkatam al-Quran pada bulan ramadhan, ia memaksakan untuk membaca satu malam tiga juz, dan dua hari kemudian ia meninggalkannya, artinya sudah bosan. Dalam kondisi seperti ini lebih afdhal ia tidak memaksakan satu malam harus tiga juz, cukup satu juz akan tetapi ia terus berlanjut, ini hanyalah perumpamaan agar istiqamah itu hadir dalam setiap amalan kebaikan yang kita laksanakan.
Sebelum terlambat, dan masih ada tersisa Ramadhan bersama kita, semoga ksesempatan ini bisa mengoptimalkannya dengan mengerjakan kebaikan sebanyak-banyaknya dan terus istiqamah. Diantara hal yang bisa membuat kita termotivasi untuk melakukan sebuah kebaikan adalah ketika kita mengetahui dan meyakini sepenuhnya, manfaat dan hikmah dari sebuah amalan tersebut. Dalam Islam melakukan sebuah kebaikan lebih besar peluang dan lebih mudah daripada melakukan kejahatan. Begitu juga dengan amalan-amalan kita di bulan Ramadhan seperti menjaga shalat berjamaah, puasa, zakat, sadaqah, nafkah, baca al-Qur’an, silaturrahim, menuntut ilmu dan masih banyak kegiatan-kegiatan kebaikan lainnya.
Kalaulah puluhan ramadhan yang telah kita lalui, spirit dan menjaga setiap amal kebaikan itu hanya pada awal ramadhan saja, semoga tahun ini, kita tetap bisa istiqamah sampai akhir dan diluar ramadhan, begitu juga dengan shaf-shaf shalat di masjid yang padat merayap dalam dua malam ini, semoga tetap seperti itu sampai akhir ramadhan. Tetap istiqamah. []
*Pengurus Dayah Insan Qur’ani dan ASN Kanwil Kemenag Provinsi Aceh.