Di ulas dari Novel Api Tauhid
Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
“Ilmu Modern itu penting, tetapi harus diimbangi ilmu agama”
TURKI dalam pandangan penulis adalah salah satu negeri yang paling berpengaruh dalam perkembangan peradaban Islam, sejarah mencatat bagaimana kerajaan Turki Utsmani menjadi kerajaan yang disegani pada saat itu; perkembangan dan penyebaran agama Islam sangat pesat begitu juga dengan para santri yang menuntut ilmu agama Islam sangat menarik perhatian bagi mereka yang masih berjiwa muda hingga akhirnya datang para intelektual yang sekuler tehadap ilmu pengetahuan pada masa Mustafa Kemal atau Mustafa Kemal Attaturk yang melenyapkan suara-suara Islam di Turki kemudian habis sudah umur Turki Utsmaniah pada tahun1924.
Di Turki ada seorang pemuda yang sangat luar biasa dalam menjalani kehidupan, ia telah di didik oleh ayahnya semenjak kecil untuk menjadi orang yang jujur dan mendalami ilmu agama Islam. Maka tak heran saat ia masih muda telah menjadi Ulama yang sangat dihormati karena keunggulan ilmu yang ia miliki. Saat usianya masih remaja ia telah mengkhatam berbagai macam kitab sampai gurunya merasa takjub dan dari gurunya itulah ia dijuluki “Badiuzzaman atau sang keazaiban zaman”, ia menggoncangkan dunia dengan pemikirannya dan memberikan semangat juang dalam meneruskan perjuangan Tauhid di permukaan bumi ini. Siapakah gerangan kiranya yang dijuluki “Badiuzzaman” tersebut ?, beliau adalah Badiuzzaman Said Nursi, nama aslinya adalah Said sedangkan Nursi dinisbahkan tempat lahir beliau yaitu kampung Nurs sedangkan Badiuzzaman adalah gelar beliau. Badiuzzaman Said Nursi dilahirkan pada 1877 dan meninggal dunia pada 20 Maret 1960. Tokoh ini lah yang menggemparkan Turki pada saat itu, namanya begitu masyhur dimana-mana dari orang awam hingga Ulama tahu siapa itu Said Nursi karena ilmu yang ia miliki telah mencapai tingkat Ulama walaupun ia masih dalam usia yang sangat muda.
Dalam novel “Api Tauhid: Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid” setebal 573 halaman yang ditulis oleh novelis nomor satu Indonesia Habiburrahman El-Shirazy, beliau mengangkat sebuah sejarah dalam bentuk novel yang mengkisahkan perjalanan kehidupan Badiuzaman Said Nursi. Sosok sang keazaiban zaman ini menginspirasi generasi Islam bagaimana agar umat Islam bisa bersatu dan menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh serta umat Islam bisa menguasai Ilmu dan Pengetahuan Agama dan Umum tanpa ada perbedaan sehingga jauh dari sikap sekuler, oleh karena itu dalam ringkasan singakat ini penulis mengambil sebuah pelajaran yang penting untuk di ambil dan ini merupakan sesuatu yang sangat klasik yang jarang ditemukan pada saat modern ini.
Ada beberapa poin penting yang mesti kita renungkan sebagai generasi Islam yang dicetuskan oleh Badiuzzaman Said Nursi yaitu beliau mengusulkan reformasi pendidikan dalam bentuk penyatuan tiga pilar yaitu: Pertama, disebut dengan medrese sebagai pilar pendidikan agama, kedua mekteb sebagai pilar pendidikan umum dan yang ketiga tekke sebagai lembaga sufi yang menjadi pilar penyucian ruhani. Said Nursi khawatir terhadap pendidikan Turki masa itu karena Sultan Abdul Hamid II menggalakkan pendidikan dan membangun sekolah dimana-mana. Tapi sekolah cara Eropa, sekolah hanya dijejali ilmu modern khas Eropa. Ilmu modern itu penting, tetapi harus diimbangi ilmu agama. Sekolah-sekolah yang didirikan sultan itu meningkatkan pendidikan sebagian rakyat Utsmani dengan pesat, lulusan-lulusan sekolah itu lalu dikirim melanjutkan studi ke Eropa. Namun tanpa sadar, sultan seperti sedang beternak ular berbisa di dalam istananya. Dari sekolah-sekolah itu, lahirlah anak-anak sekuler progresif, yang dijuluki Turki Muda/Young Turk.
Mereka adalah anak-anak muda yang tertarik, bahkan tergila-gila pada pemikiran dan politik Eropa Barat dan berusaha menerapkannya ke dalam Negara dan masyarakat Utsmani. Turki muda ini nantinya melahirkan gerakan Ittihat ve Terakki atau Committee of Union and Progress yang sering disingkat CUP. Dari Turki Muda dan CUP inilah lahir sosok Mustafa Kemal atau Mustafa Kemal Attaturk dan CUP inilah yang memakzulkan Sultan Abdul Hamid II. Dalam Kisahnya CUP ini disusupi oleh orang-orang Zionis dengan tujuan menghilangkan Sultan Abdul Hamid II dan Kekhilafahan Utsmani.
Ketika usulan Nursi untuk menjadi tiga pilar pendidikan di Turki masa itu di tolak oleh Sultan Abdul Hamid II, sultan tidak menolak atas usulan Nursi tersebut tetapi orang-orang yang disekelilingnya lah yang menolak karena telah disusupi para anggota zionis dan tatkala pendidikan sekuler telah menjadi kebanggaan di Turki maka pelan-pelan pengaruh Islam dan sultan lenyap hingga mereka Young Turk atau Turki Muda yang hobi terhadap sekuler serta para anggota CUP meruntuhkan sultan dan kerajaan Utsmani.

Kisah perjalanan kehidupan Badiuzzaman Said Nursi dalam novel Api Tauhid ini sangat penting untuk dibaca khususnya generasi Islam yang sedang menuntut ilmu sehingga tidak mudah terjerumus kelembah sekuler. Karena pada saat ini, bukan orang-orang zionis lagi yang merusak pendidikan Islam akan tetapi para generasi Islam itulah yang terkadang merusak pendidikan Islam itu sendiri karena telah disusupi ilmu-ilmu sekelur tanpa ada agama di dalamnya oleh karena itu konsep yang telah ditawarkan oleh sang keazaiban zaman ini bisa kita pegang dalam menuntut illmu seperti yang telah ditulis di atas tadi dan mudah-mudahan tidak terjermus kedalam pemikiran sekuler.
Catatan penulis dari novel Api Tauhid ini adalah “Kisah sejarah yang menyayat hati dan kisah cinta yang berujung pada kebahagiaan”, sepertinya para pembaca harus membaca novel ini karena kisahnya bukan hanya tentang kisah kehidupan Badiuzzaman Said Nursi akan tetapi kisah cinta juga diulas dalam novel ini melalui peran Fahmi, Nuzula dan Aysel. Layak Untuk Dibaca !!!….
*Penikmat Novel Motivasi dan Religi