Kesia-siaan

oleh

Catatan Drs. Jamhuri, MA*

DALAM renungan sejenak teringat pada diri dimana banyak sekali perbuatan atau perkataan yang sia-sia yang kita lakukan, namun kita tidak menyadarinya. Karena sebenarnya kita ingin mengatakan kepada orang bahwa kita adalah benar, kita tidak pernah salah dan kita adalah orang yang lebih hebat.

Saat kita bertemu dengan orang dan ngobrol bersama, karena kita tidak punya bahan cerita, kita bercerita tentang kesalahan atau kelemahan orang lain, boleh jadi yang kita ceritakan itu adalah benar dalam pengetahuan kita tapi belum tentu benar dalam pengetahuan orang yang mendengarkan cerita kita, akibatnya orang yang mendengar cerita berupaya menyenangkan hati mereka yang bercerita dengan mengatakan seolah-oleh apa yang diceritakan itu benar. Padahal sebenarnya dalam hati yang mendengar terbetik bahwa yang bercerita itu sangat hina karena menceritakan kesalahan orang yang dipaksakan kepada pendengar.

Tidak jarang kita membaca tulisan-tulisan dan mendengar pembicaraan di sekitar kita, bila ada kesalahan seseorang apalagi kesalahan itu dilakukan oleh orang yang tidak lazim berbuat salah dan kalaupun ia berbuat salah kemungkinannya sangat kecil karena ia juga sebagai manusia.

Tulisan dan pembicaraan yang memperbesar kesalahan yang kecil biasanya dilakukan oleh mereka yang banyak memiliki waktu kosong dan tidak mempunyai kesubukan, sama halnya dengan mereka yang tidak mempunyai bahan pembicaraan sebagaimana disebutkan di atas sehingga mereka selalu menjadikan orang sebagai subjek pembicaraan.

Agama melarang perilaku seperti itu dengan mengatakan “janganlah kamu membicarakan kejelekan orang karena boleh jadi orang yang kamu bicarakan itu lebih baik…”

Ayat ini memberi isyarat kepada semua orang agar berbicara dengan menggunakan pengetahuan atau bicarakan sesuatu yang benar-benar kita tau dan benar-benar juga kesalahan yang orang lakukan itu tidak lebih sedikit dari yang kita kesalahan yang kita lakukan. Untuk mengukur sedikit banyaknya kesalahan yang kita lakukan dibanding dengan yang orang lakukan tentu sangat sulit, karena itulah Tuhan melarang kita berbicara tentang kejelekan orang lain.

Hal senada juga dikatakan kalau kita sering membicarakan kejelekan orang maka sama halnya dengan memakan banhkai saudara kita, karena itu pembicaraan yang tidak dilandasi dengan ilmu maka sama halnya dengan perbuatan yang sia-sia.[]

*Redaktur rubrik Tafakkur LintasGayo.co

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.