*Darmawan Masri

Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat secara serentak akan digelar pada 13-15 April 2015 diseluruh wilayah Indonesia. Format UN tahun 2015 ini sedikit berbeda dengan tahun lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menunjuk, beberapa sekolah percontohan di Indonesia untuk menggelar UN menggunakan komputer melalui jaringan online, namun kebanyakan masih menggunakan cara manual seperti biasa.
Perbedaan mendasar UN pada tahun ini dengan tahun sebelumnya adalah, nilai UN pada tahun ini tidak menentukan kelulusan siswa. Kelulusan siswa diatur dan diputuskan oleh masing-masing satuan pendidikan (sekolah).
Jadi, nilai UN untuk apa?
Nilai UN tahun 2015 ini akan berpengaruh kepada tiga hal sebagai berikut, pertama : nilai UN akan dijadikan sebagai acuan/pertimbangan bagi siswa saat hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; kedua : nilai UN dijadikan pemetaan mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan (sekolah); ketiga : nilai UN dijadikan sebagai pertimbangan dalam memberikan bantuan pendidikan.
Jika mengacu kepada tiga hal penting tersebut, bisa dipastikan sekolah akan meluluskan semua siswanya dengan sedikit mengabaikan nilai UN. Namun begitu, pertimbangan lainnya akan sangat merugikan daerah, saat siswa-siswsi di suatu daerah tak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, minsalnya Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Hal tersebut dikarenakan dampak dari nilai UN siswa yang anjlok sehingga tak memenuhi standar masuk ke PTN.
Melihat celah tersebut, maka peluang untuk membantu siswa dalam menjawab soal UN terbuka dilakukan oleh suatu daerah, tak terkecuali daerah Gayo. Akan ada anggapan bahwa, jika daerah lain membantu siswa menjawab soal UN, daerah Gayo akan mengalami kerugian, jumlah siswa yang akan masuk ke PTN dan instansi perkuliahan milik pemerintahan lainnya dipastikan akan berkurang. Disinilah niat curang untuk membantu siswa muncul.
Kembali kepada tiga hal tadi, kerugian dengan tidak membantu siswa merupakan salah satu faktor dengan mengabaikan dua keuntungan besar lainnya. Sekolah sebagai pencetak generasi yang mulia dan bermartabat seharusnya memperhatikan aspek pada point kedua dan ketiga pada hal yang telah dijelaskan diatas.
Dimana, jika pun nilai UN siswa dalam suatu daerah anjlok, daerah tersebut akan mendapatkan dua hal yang lebih besar. Pertama jika siswa tak bisa mendaftar ke PTN maka suatu daerah akan masuk kedalam pemetaan dalam hal peningkatan mutu pendidikan, dan kedua akan mendapat bantuan pendidikan yang dipergunakan dalam memperbaiki mutu tersebut.
Kedua hal ini akan menjadi keuntungan berarti dalam suatu daerah. Bobroknya pendidikan akan dapat teratasi dengan masuknya daerah tersebut kedalam pemetaan peningkatan mutu pendidikan dan akan mendapatkan dana lebih dari pemerintah baik kabupaten, provinsi dan pusat.
Berani jujur hebat…!
Melihat dua peluang besar yang akan didapat oleh daerah saat nilai UN siswa pada daerah tersebut anjlok, seharusnya menjadi pertimbangan bagi seluruh insan pendidikan di Gayo mulai dari instansi terkait dan satuan pendidikan (sekolah).
Dengan tidak membantu siswa dalam menjawab soal-soal UN tahun ini, Gayo bisa melakukan perubahan besar di sektor pendidikan. Tentu dengan mengabaikan gengsi kelulusan yang 100 persen, dan gengsi masuk ke PTN bagi siswa-siswi di Gayo, dimana jika dikatakan lebih dari 70 persen dunia pendidikan di Gayo masih dibawah standar alias hancur.
Untuk membenahinya, beranikan pemerintah melalui instansi terkaitnya tidak melakukan hal bodoh yang dapat membawa tambah boobroknya dunia pendidikan ini untuk meninggalkan kebiasaan demi gengsi suatu daerah, sehingga rela memberikan bocoran jawaban dari soal-soal UN kepada siswa-siswi nya.
Dengan begitu, seperti dijelaskan tadi, akan ada dua keuntungan yang lebih besar akan di raih dalam dunia pendidikan di Gayo. Masihkah kita berpikir akan gengsi yang dapat merusak generasi bangsa ini ke lembah yang lebih dalam dengan mengabaikan dua aspek yang lebih penting tadi.
Mendapat predikat dengan kelulusan 100 persen pun tidak serta merta akan mendapat pengakuan bahwa dunia pendidikan kita lebih baik dari daerah lain. Lebih baik, tahun ini kita tinggalkan kebiasaan buruk itu.
Walau satu generasi siswa di Gayo yang akan kita korbankan, hal tersebut tidak akan menjadi masalah berarti. Akan ada dua hal yang lebih besar yang kita dapatkan, untuk menyelamatkan generasi-generasi yang lebih banyak lagi, sehingga pada tahun-tahun mendatang apabila sudah menjadi daerah pemetaan yang perlu ditingkatkan mutu pendidikannya serta mendapatkan dana yang lebih besar, citra pendidikan di Gayo akan kembali terangkat dan dalam dua tahun, dunia pendidikan Gayo akan lebih maju.
Meminjam istilah yang selalu diutarakan oleh Komisi Anti Korupsi (KPK), ‘berani jujur hebat’. Beranikan dunia pendidikan kita memberlakukan slogan itu terhadap pelaksanaan UN tahun 2015 ini?. Kita tunggu saja. []