Catatan: aman ZaiZa
TAHUN 2014 tinggal hitungan hari. Tak lama lagi matahari 2015 akan bersinar menerangi seantero bumi. Banyak cerita yang tertinggal dan banyak pula cerita yang akan terus berlanjut mengisi tahun depan.
Bumi Gayo, yang dikenal laksana sekeping tanah surga pun akan menjalani kehidupan di tahun 2015 itu. Pasti akan banyak cerita yang akan terjalani dihamparan bumi di tiga kabupaten (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues).
Satu cerita yang akan terus belanjut yakni fenomena Giok yang sempat menghebohkan jagat perbatuan akik dan mulia. Pasalnya, Giok Gayo booming menutup akhir tahun 2014 ini. Giok Gayo menjadi pembicaraan hangat, tidak hanya di tempat asalnya, namun hingga ke luar daerah bahkan mancanegera.
Maka tak heran bila saat ini Giok menjadi souvenir istimewa dari Aceh. Bila dulu, jika kita (orang Aceh termasuk Gayo di dalamnya) pergi ke luar daerah di Indonesia, orang selalu bertanyak “ada bawa G?”. G disini dikonotasikan untuk Ganja. Karena Aceh terkenal dengan daun tumbuhan yang memabukan ini.
Pertanyaan di atas tentunya bukan anekdot belaka. Karena memang Ganja Aceh sangat terkenal dan menurut banyak pendapat bahwa ganja Aceh memiliki kualitas terbaik di dunia, sehingga menjadi incaran para pencandu barang haram ini.
Sangkin terkenal dan pupulernya, ganja seakan menjadi Ikon negatif bagi Aceh. Ganja ini juga membuat orang gelap mata, sampai menyeludupkannya hingga keluar daerah tak peduli resiko yang ditanggung.
Hal ini terbukti dari penghuni rumah tanahan atau lembaga permasyarakat di hampir semua kabupaten/kota di Aceh, dimana 50 persen penghuninya tersangkut kasus narkoba terutama sabu-sabu dan ganja. Aneh memang..!
Namun dalam beberapa bulan belakangan ini, ikon G (ganja) seakan memudar. Kini ikon tersebut berganti menjadi Giok. Ya.. Giok Gayo. Giok asal bumi Gayo ini terkenal bahkan dikatakan Pakar batu akik Aceh, Wen Syukur merupakan Giok terbaik ke dua di dunia.
Batu mulia jenis Giok di Gayo tak hanya memiliki kekerasan nomor dua terbaik di dunia. Namun ada satu jenis batu Giok yang saat ini hanya ada di kandungan bumi Gayo yaitu White Idocrase atau lebih dikenal dengan nama pasar Giok Salju, demikian kata Wen Syukur pakar batu mulia putra asli Gayo yang sejak tahun 2009 lalu telah melakoni bisnis ini.
Dilanjutkan, selain bahan baku yang melimpah, jenis batu white idocrase (Giok Salju) juga memiliki pangsa pasar yang cukup menjanjikan hingga ke luar negeri. “Saya sudah mencoba menjualnya keberbagai daerah bahkan ke luar negeri, pangsa pasarnya cukup menjanjikan,” terang Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Batu Alam Aceh ini, Minggu (14/12/2014) saat tukar informasi bersama Gayo Gemstone (GG-Ctm) di Takengon.
Sungguh, ini berkah yang luar biasa diberikan Allah SWT. Sebab, pascagempa 2012 pada Selasa 2 Juli 2013. Selepas siang sekitar pukul 14.35 WIB. Gempa tektonik berkekuatan 6,2 SR menguncang Gayo, khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah. Ini menjadi catatan duka bagi negeri berhawa sejuk tersebut.
Bumi bersejarah itu terkoyak. Sebanyak 42 “syuhada” gempa meninggal dunia. Lima warga masih berstatus hilang hingga saat ini. Gempa tektonik ini bisa digolongkan terdahsyad dalam beberapa decade terakhir ini di Gayo. Karena, untuk Aceh Tengah saja, dari 14 Kecamatan, 12 Kecamatan merasakan dampaknya bahkan ada beberapa kecamatan seperti Ketol, Kute Panang merupakan Kecamatan yang paliang besar dampak gempa tersebut.
Dengan kuasa Allah SWT, batu mulia yang terkandung dalam bumi Gayo terangkat kepermukaan. Batu mulia tersebutlah yang sekarang dikenal dengan Giok Gayo. Meskipun, Giok asal Gayo ini, jauh sebelum gempa sudah mulai dibicarakan orang, namun tak sepopuler pascagempa hingga saat ini.
Dibalik kepopuleran Giok Gayo saat ini, terbersit dalam hati kita. Apakah penanganan pascagempa Gayo sudah teratasi dengan baik?. Apakah semua hak-hak masyarakat korban gempa sudah terpenuhi? Sudah bisa bangkitkah mereka dari dampak bencana sejak Juli 2013 lalu?
Pertanyaan sederhana ini masih terus menggelitik hati. Bila masyarakat yang kini euphoria dengan Giok lumpa Gempa yang memunculkannya kepermukaan. Lalu sudah sejauh mana peran pemerintah daerah baik Kabupaten Aceh Tengah maupun Bener Meriah dalam menuntaskan persoalan gempa Gayo ini.
Hanya sekedar mengingatkan, dibalik berkah dan rahmad yang diberikan saat ini dari Giok, ada hak-hak kaum yang masih belum terbebas dari belengu dampak gempa. Intinya, infak dan syedekah dari hasil Giok perlu juga disalurkan.
Evolusi Ganja ke Giok sebagai Ikon Aceh tak terlepas dari secuil ingatan Allah pada Gayo yakni Gempa***