Oleh: Joel Buloh*
Masa Jahilyah ketika Islam belum membumi, kehidupan manusia sangat hancur bahkan seolah tidak ada aturan dan pola pakaian serta tempat tinggal yang tidak tertata, bahkan kehidupan manusia tidak berakhlak mulia. Hukum rimba pun berlaku, siapa yang kuat dia yang berkuasa.
Keluarga yang melahirkan anak perempuan merupakan suatu aib besar, bahkan kebanyakan dari mereka itu ada yang membunuh dengan menguburkannya hidup-hidup.
Nyawa manusia tiada berharga saat itu, kejahilan dan kebathilan merajalela, manusia tidak memiliki rasa malu dan kasih sayang. Bila ingin memakan daging mereka memotong bgian mana yang ia sukai, padahal binatang masih dalam keadaan hidup.
Selain perzinaan yang terjadi dimana-mana, perkawinan ala jahiliyah dulu pun sangat merusak pemeliharaan keturunan, mempunyai beberapa metode dan cara yang sangat keji.
Abu Daud meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anhu, bahwa pernikahan pada masa jahiliyah ada empat macam:
Pertama, pernikahan secara spontan. Seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula.
Kedua, seorang laki-laki bisa berkata kepada istrinya yang baru suci dari haid, “Temuilah Fulan dan berkumpullah bersamanya!” Suaminya tidak mengumpulinya dan sama sekali tidak menyentuhnya, hingga ada kejelasan bahwa istrinya hamil dari orang yang disuruh mengumpulinya. Jika sudah jelas kehamilannya, maka suami bisa mengambil kembali istrinya jika memang dia menghendaki hal itu. Yang demikian ini dilakukan, karena dia menghendaki kelahiran seorang anak yang baik dan pintar. Pernikahan semacam ini disebut nikah istibdha.
Ketiga, pernikahan poliandri, yaitu pernikahan beberapa orang laki-laki yang jumlahnya tidak mencapai sepuluh orang, semua laki-laki tersebut mengumpuli seorang wanita. Setelah wanita itu hamil dan melahirkan bayinya, maka selang beberapa hari kemudian dia mengundang semua laki-laki yang berkumpul dengannya dan mereka tidak bisa menolaknya hingga berkumpul di hadapannya. Lalu dia berkata, “Kalian sudah mengetahui apa yang sudah terjadi dan kini aku telah melahirkan. Bayi ini adalah anakmu hai Fulan.” Dia menunjuk siapa pun yang dia sukai di antara mereka seraya menyebutkan namanya, lalu laki-laki itu bisa mengambil bayi tersebut.
Keempat, sekian banyak laki-laki bisa mendatangi wanita yang dikehendakinya yang juga disebut wanita pelacur. Biasanya mereka memasang bendera khusus di depan pintunya, sebagai tanda bagi laki-laki yang ingin mengumpulinya. Jika wanita pelacur ini hamil dan melahirkan anak, dia bisa mengundang semua laki-laki yang pernah mengumpulinya, diselenggarakan undian. Siapa yang namanya keluar dalam undian, maka dia berhak mengambil anak itu dan mengakui sebagai anaknya. Dia tidak bisa menolak hal itu, (www.kisahmuslim.com).
Masyarakat dahulu berlaku jahiliyah dalam segala bidang, agama, akhlak, politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan, sehingga apapun yang mereka miliki tidak bisa menjadi manfaat bagi orang lain.
“Menurut Robert L. Gullick, sebagaimana dikutip oleh Hj.Yahya dan Halimi dalam buku Sejarah Islam, mengatakan bahwa orang Arab Jahiliyah tidak memberikan sumbangan apa-apa di bidang ilmu pengetahuan. “The ancient Arabs, during the many centuries preceding the appearance of Muhammad, did not, so far as we know, contribute anything of significance to the body of scientific knowledge or to scientific method”,” (Hendra Kusumah, Islam Pos).
Semakin modern seolah semakin Jahiliyah
Melihat fenomena kehidupan masyarakat modern dimana Islam telah tumbuh subur, seiring dengan semakin modernnya kehidupan seolah nilai dan praktek jahiliyah kembali menjamur, dimana manusia-manusia tanpa rasa malu melakukan kemungkaran, kedhaliman, kebathilan dan kemaksiatan. Bahkan merasa bangga dengan kemaksiatan yang dipraktekkannya.
Budaya Kolusi, Korupsi dan Neovotisme (KKN), zina, homo, lesbi, premanisme, dan sampai dengan pembunuhan, pemerkosaan dan budaya pacaran dengan pola pakaian yang tidak menutup aurat bukan lagi sesuatu yang tabu, hampir setiap hari berita-berita yang demikian menghiasi media elektronik, cetak, dan media online.
Kondisi ini sudah ada sejak 14 abad yang lalu ketika Rasulullah Saw hijrah dari Mekah Al-Mukarramah ke Al-Madinah Al-Munawwarah. Momentum terbaik bagi umat Islam untuk hijrah dan lebih mengenal sejarah hidup, perjuangan dan berbagai penderitaan. Hijrah adalah bukti nyata bagi orang-orang yang benar-benar beriman pada Allah dan Rasul-Nya, serta jaminan bagi mereka memperoleh ampunan dan syurga Allah SWT.
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”, (Q.S. Al-Anfal: 74).
Dalam perjalanan hijrah manusia dari masa jahiliyah kemasa sekarang, memiliki dua kelompok golongan manusia, satu diantara menjadi manusia yang berhijrah benar-benar karena Allah SWT, dan yang satunya cuma memodifikasi model jahiliyah purba menjadi jahiliyah modern yang berlandaskan syirik dan kufur.
Selain kesyirikan, kebiasaan jelek yang mereka lakukan adalah perjudian dan mengundi nasib. Mereka juga mempercayai berita-berita ahli nujum, peramal dan dukun. Dalam hal menyalurkan hawa nafsupun disediakan tempat-tempat mesum, caffe yang remang-remang, hotel dan bahkan wisma-wisma yang kapitalis menjadi tempat pelampiasan nafsu seks manusia jahiliyah modern.
Yang lebih parah budaya memakai baju ketat bagi wanita dengan menonjolkan aurat dan celana pendek bagi kaum Adam menjadi santapan mata orang-orang yang masih terpelihara, anak-anak yang belum bisa memilah dan memilih mana yang baik dan buruk. Belum lagi ala kangkang yang membangkitkan birahi, ditambah bercumbu didalam mobil atau motor, menjadi fenomena hari-hari kaula muda.
Budaya pacaran yang telah merebak bak virus, bahkan lebih bahaya dari virus HIV pun telah meracuni otak anak muda dan bahkan orang tua sekalipun. Sehingga bahasa-bahasa gaul pun terucap dikalangan anak muda, “hidup ini tak berarti bila tiada kekasih dambaan hati”.
“Umat terdahulu : Perzinahan sesama Jenis Homo seks
Umat Sekarang : Perzinahan sesama Jenis dan lain Jenis Homo seks, Lesbi, perzinahan di luar nikah (Lebih Parah)
UMAT yang mana yang lebih JAHILIYAH………?
Umat Nabi terdahulu : Membunuh Bayi perempuan
Umat sekarang : Membunuh Bayi Perempuan dan Laki laki bahkan belum lahir pun sudah di bunuh
UMAT yang mana yang lebih JAHILIYAH………?
Umat Terdahulu : mengundi Nasib dengan anak Panah
Umat Sekarang : Mengundi nasib dengan anak panah, Pergi ke Dukun, bertanya kepada Berhala, Ramalan kartu, Ramalan SMS, Ramalan garis tangan, Ramalan bintang, dll
UMAT yang mana yang lebih JAHILIYAH……..?
Umat terdahulu : Menyimpan harta Emas dan Perak dan enggan bersodaqah
Umat sekarang : Menyimpan harta Emas, Perak, Renteneir, Bang Keliling, Asu Ransi, penjualan kredit yang 2 kali lipat, dll (di dalam harta itu ada hak anak yatim dan fakir miskin)
Umat yang mana yang lebih JAHILIYAH…?”,[].
(Membaca AlQuran.blogspot.com).
*Joel Buloh adalah salah seorang alumnus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh Lhokseumawe dan Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara.