
SEBUAH ruang nampak berseri ketika para seniman diterima makan malam di rumah dinas Wakil Gubernur NAD, Muhammad Nazar. Ini terjadi tgl 15 Agustus 2007. Acara dilanjutkan dengan pengumuman para penerima anugerah seni 2007. Salah seorang dari puluhan seniman yang memperoleh hadiah itu disebutlah Mahlil Lewa seorang seniman didong dari Kabupaten Bener Meriah. Sebagai seniman didong Mahlil Lewa sudah lama menggeluti seni tradisi Gayo itu. Ia mencipta puisi dan membawakan sekali gus. Selain di tanah kelahirannya di dataran tinggi Gayo, ia juga pernah tampil di Jakarta, Medan dan Banda Aceh.
Suatu kali ia pernah pernah membawakan puisi perdamaian di Banda Aceh. Didong perdamaian itu menggema. Suara ceh Mahlil Lewa menerobos ruang lalu hinggap ke telinga penonton sekitarnya. Saat itu ceh didong dari Bener Meriah itu memang sedang mengumandangkan nyanyian Perdamain Aceh. Masyarakat Banda Aceh menerima didong perdamaian dengan antusias.
Suara merdu ceh Mahlil Lewa didukung oleh grup didongnya memantapkan penampilan. Lebih-lebih puisi Perdamaian Aceh mengisahkan bagaimana terjadinya perdamaian itu.
Mahlil Lewa memulai dengan cerita lebih kurang tiga puluh Aceh dalam konflik dan itu merupakan ujian dari Tuhan. Kemudian datang pula peristiwa dahsat berikutnya yakni, gelombang tsunami yang meluluh lantakkan Aceh. Kata Mahlil Lewa,
Tige puluh tahun nge kurang lebih
Nanggroe Aceh berkasur ruwi
Ujian Tuhen nge mutetinih
Sawah mien waeh gelumang tsunami
(Lebih kurang tiga puluh tahun
Nanggroe Aceh berkasur duri
Ujian Tuhan bertubi-tubi
Datang pula gelombang tsunami)
Ada saat gelap ada saat terang. Ada saat konflik ada pula saat damai. Begitulah Mahlil Lewa dalam didongnya menggunakan simbul keruh dan jernih dan penyakit luka yang sudah sembuh kembali. Maka telah dirasakan pemerataan mulai ada maka seluruh Aceh menjadi sejuk.
Beles ni keruh nge timul jernih
Penyakit pe pulih si luke musali
Nge mepat ukuren daka ni waih
Seluruh Aceh murasa bengi
(Setelah keruh timbullah jernih
Penyakitpun sembuh yang luka musali
Sudah tepat ukuran pembagian air
Seluruh Aceh merasa dingin)
Dalam bait berikutnya Mahlil Lewa menggambarkan perdamaian terjadi setelah ada kesepakatan antara GAM dan RI. Dan kesepakatan itupun terjadi pada tgl 15 Agustus yang ditandatangani di kota Helsenki. Dalam kesepakatan itu ditentukan ada 6 pasal.
Bagaimana hasil perdamaian yang dirasakan masyarakat? Ternyata, ‘hasil perdamaian telah banyak dirasakan’. Telah banyak yang membuka mata dan membatu Aceh seperti Uni Eropa dan Negara Asean. Mereka memberikan dana untuk para korban bencana tsunami. Kata Mahlil, (terjemahan)
Tanggal lima belas bulan delapan
Sudah ada kesepakatan GAM dan RI
Ada enam pasal nota kesepahaman
Sudah ditandatangani di kota Helsenki
Hasil perdamaian telah banyak dirasakan
Turut Uni Eropa membangun Aceh
Negara Asean sudah membuka mata
Memberi dana kepada korban tsunami
Ada kata yang terus dikumandangkan berulang-ulang oleh ceh Mahlil Lewa, yakni, ’Perdamaian, perdamaian, perdamaian, datang membawa ketenangan’.
Diungkapkan oleh ceh Mahlil dalam bait berikutnya bahwa sumbangan dari berbagai negara berupa buah jari itu termasuklah sarana pendidikan berupa bangunan sekolah. Dan tak hanya bangunan sekolah bahkan sampai pada pakain dan buku tulis.
Perdamaian yang menimbulkan ketenangan telah dirasakan oleh masyarakat Aceh. Ketika mencari rezeki dibayangkan Mahlil masyarakat memperoleh ketenangan. Ditambah lagi hal yang selama ini juga cukup merepotkan misalnya soal KTP kini dilukiskan dibuat secara gratis. Karena itu masyarakat tak perlu memikir biaya untuk pembuatan KTP itu. (terjemahan)
Dari AMM telah banyak bantuan
Memberi sumbangan sebagai buah jari
Mereka bantu saran pendidikan
Hingga buku tulis pun di bagi
Seluruh rakyat Aceh merasa sejuk
Karena dapat mencari rezeki dengan tenang
Membuat KTP pun sudah gratis
Masyarakat ramai tak perlu memikir biaya lagi
Bait terakhir didong Mahlil Lewa berupa ajakan kepada kita. Bersama kita agar bersama-sama mewujukkan cita-cita. Jangan mencoba berbenturan dan jadi penghalang dalam pembangunan. Katanya, (tejemahan), ” Marilah kita serentak bersatu padu/
Jangan lagi terbentur dan terhalang”. Dua baris terakhir bagai dengan suara lirih dan berharap tuntunan dari Allah, ceh dari Bener Meriah itu mencoba berharap agar, ”Nanggroe Aceh ku jangan lagi kacau /Kita minta petunjuk dari Yang Maha Kuasa”
lkara.wordpress.com, Posted on Juni 15, 2008