Oleh : Qien Mattane Lao*
Belgia dan aturan jam kerja di Eropa yang kaku dan merepotkan
Jam 6 pagi aku sudah bangun. Aku mandi cepat-cepat lalu ganti baju. Baju tidur dan peralatan mandi kemudian kumasukkan ke dalam koper yang sudah dibereskan tadi malam. Setelah itu, dari kamarku di lantai 4. Aku langsung turun ke restoran yang ada di lantai dua. Sarapan sudah disiapkan pada jam 6.30 Tapi sampai di restoran, ternyata anggota rombongan yang lain belum ada yang turun. Aku terpaksa harus menunggu yang lain. Sebab makanan yang disiapkan untuk rombongan kami memang terbatas.
Saat semua sudah hadir akupun sarapan. Aku memilih Croisant dan Roti Coklat dan keju. Rasanya benar-benar enak. Aku belum pernah makan Croisant seenak itu. Untuk minum aku memilih orange juice. Rasanya lumayan.
Jam 8.00 pagi kami meninggalkan hotel menuju Bruxelles, ibu kota Belgia. Belum lama bis berjalan, aku langsung tertidur. Capeknya terbang dari Singapura kemarin, baru terasa sekarang. Tapi belum puas tertidur, aku tiba-tiba dibangunkan. Rupanya di Eropa ini ada peraturan sangat ketat soal jam kerja sopir.

Berbeda sekali dengan bis non stop Medan – Takengen. Yang kalau kita tidur, bisa-bisa waktu bangun sudah sampai di tujuan. Di sini sopir bus trayek jarak jauh. Wajib berhenti tiap dua jam sekali. Kadang berhentinya selama 15 menit, kadang 30 menit. Saat berhenti seperti itu, semua penumpang harus turun. Tidak boleh menunggu di dalam bis. Semua penumpang harus turun. Aku kasihan melihat satu keluarga anggota rombongan yang salah seorang anaknya baru kena demam berdarah. Dia juga tidak boleh menunggu di bis. Harus turun.
Bis berhenti di sebuah pom bensin yang mirip seperti rest area di sepanjang jalan tol Jakarta – Bandung. Tapi di sini jarak antara pompa bensin dengan supermarketnya lumayan jauh. Jadi kami yang masih mengantuk terpaksa harus jalan lumayan jauh. Masih untung ini musim semi. Aku bayangkan kalau ini musim dingin, pasti menyebalkan sekali. Beda yang lain, di sini di pompa bensinnya tidak ada petugas yang melayani. Pietro sopir kami, melakukan pengisian sendiri setelah sebelumnya membayar di kasir sejumlah bensin yang dibeli.
Kami berhenti selama 15 menit. Kemudian bis berangkat, aku kembali tertidur. Ketika terbangun, kami sudah sampai di Brussell. Ibu kota Belgia, sekaligus ibu kota dari Uni Eropa.
Belgia adalah negara dengan dua bahasa, di wilayah yang dekat dengan Perancis mereka berbahasa Perancis. Sedangkan yang dekat ke Belanda mereka berbahasa Belanda dengan dialek yang disebut Vlamish. Pelukis terkenal Van Gogh, adalah orang Belgia dari kelompok Vlamish.
Brussel berada di wilayah berbahasa Perancis. Orang Brussel sendiri menyebut nama kota mereka ‘Bruxelles’

Belgia sangat terkenal dengan komiknya. Kata ayah dan bundaku. Dulu sebelum ada komik-komik Jepang. Komik di Indonesia didominasi oleh komik Belgia dan Amerika. Komik Belgia punya ciri khas lucu, sedang komik amerika umumnya tentang Super Hero dan Disney. Tintin dan Asterix adalah dua karya komik Belgia yang sangat terkenal di dunia. Selain Bil & Bul, Smurf, Agen Polisi 212, Steven Sterk dan lain-lain.
Kami sekeluarga adalah penggemar berat Tintin. Kami masing-masing punya tokoh favorit di komik itu. Aku paling suka karakter Kapten Haddock. Sedangkan dua adik kembarku sangat suka tokoh detektif konyol Thomson & Thompson. Karena itulah waktu di Perancis, aku membeli gantungan kunci Thomson & Thompson sebagai hadiah untuk mereka berdua.
Di Belgia, Tintin juga sangat dihargai. Bagaimana pentingnya Tintin di Belgia bisa dirasakan waktu kami melewati satu blok apartemen. Di dindingnya digambari dengan Tintin.

Aku sebenarnya ingin sekali membeli souvenir Tintin dari Belgia. Tapi di sini harganya mahal sekali. Buku komiknya juga rata-rata untuk koleksi.
Selain komik, Belgia juga terkenal dengan coklatnya. Dalam tur ini, kami punya program untuk mengunjungi toko souvenir yang menjual banyak sekali coklat. Beli coklat di sana, bisa dapat potongan harga langsung. Dan kalaupun tidak membeli, kita dibolehkan untuk mencicipi.

Seperti komiknya yang lucu-lucu. Orang Belgia juga lucu-lucu dan sangat ramah kalau dibandingkan dengan orang Perancis. Contohnya waktu aku mencicipi coklat. Aku ambil coklat lumayan banyak. Waktu kasirnya melihat aku mengambil coklat cukup banyak. Dia melotot, kemudian dia bilang.
Kamu ini di Belgia, coklatnya enak. « Kalau mau mencicipi jangan tanggung, ambil yang banyak ». Katanya sambil mengambil segenggam coklat dan memasukkannya ke kantongku sambil tersenyum ramah. Disuruh begitu, ya sudah kuambil saja coklatnya banyak-banyak. Kapan lagi bisa begini.
Di depan toko Souvenir ini ada patung anak kecil pipis. Tapi kami, patung anak kecil pipis di depan toko ini cuma imitasi. Patung yang asli yang di sudut jalan Rue de L’Etuve dan Rue des Grands Carmes. Patung ini sangat terkenal seluruh dunia. Sebagaimana Menara Eiffel yang jadi ikon kota Paris, Patung Liberty jadi ikon New York. Patung anak kecil pipis ini jadi ikon kota Brussel. Padahal tingginya cuma 60 cm. Perbandingan ukuran ikon kota-kota ini kata ayahku sering dijadikan orang Belgia yang lucu-lucu untuk mengolok diri mereka sendiri.

Patung perunggu ini memang jadi terkenal bukan karena ukurannya. Tapi karena cerita yang katanya ada di balik pembuatannya. Konon patung ini dibuat untuk mengenang seorang anak kecil, bernama Julianske, (makanya dalam bahasa Perancis, patung ini disebut ‘Petit Julien’) yang semasa terjadi perang di Abad ke 14, mengencingi sekering peledak yang akan menghancurkan kota Brussel, sehingga tidak meledak menyelamatkan kota itu.
Kami diajak mengunjungi patung anak kecil pipis yang asli, setelah selesai belanja. Dan menariknya, ternyata patung yang asli memakai pakaian yang diganti dengan sebuah upacara setiap 5 menit sekali.
*Penulis adalah Putri Gayo asal Kute Rayang, Isak. Kelahiran Desember 2004
[highlight]10 Hari Menjelajah Eropa (Bag 4)[/highlight]
[highlight]10 Hari Menjelajah Eropa (Bag 3)[/highlight]
[highlight]10 Hari Menjelajah Eropa (Bag 2)[/highlight]
[highlight]10 Hari Menjelajah Eropa (Bag 1)[/highlight]