10 Hari Menjelajah Eropa (Bag 4)

oleh

Oleh : Qien Mattane Lao*

Perancis dan orang-orangnya
Selesai  menikmati pemandangan kota Paris dari tengah sungai Seine.  Pietro membawa kami mengunjungi Champs-Élysées  (baca :  syong elize) yang  dikenal sebagai La plus belle avenue du monde ( Jalan raya paling indah di dunia).  Aku sempat berfoto di beberapa sudutnya. Tapi nggak berani terlalu lama mengeluarkan kamera. Soalnya kata ayahku dan juga teman-temannya, di sini banyak copet. Dan mereka suka mengincar orang Asia. Karena mereka tahu orang Asia sering bawa uang cash dan agak ceroboh.

Kata teman ayahku yang orang Perancis. Di sini ada banyak imigran dari Rumania yang melatih anak-anaknya untuk jadi pencopet. Sebab kalau yang mencopet anak-anak.  Seandainya tertangkap mereka akan segera dilepaskan. Karena dalam hukum Perancis, anak-anak yang berbuat kriminal tidak bisa dihukum.

AKu di Champs Elysees
AKu di Champs Elysees

Dari Champs-Élysées  kami kemudian mengunjungi menara Eiffel yang merupakan icon kota Paris. Sayangnya waktu aku ke sana, cuaca sedang kurang bagus. Hujan turun rintik-rintik, sehingga gambar yang didapat waktu berfoto tidak terlalu bagus.

Aku di Menara Eiffel
Aku di Menara Eiffel

Sehabis dari Eiffel, kami mulai lapar, Pietro membawa kami ke restoran cina. Soalnya cuma itu jenis makanan yang cocok untuk kami orang Indonesia. Kata Pietro biasanya orang Indonesia nggak suka kalo diajak makan di restoran yang menyajikan masakah eropa.

Ketika kami tiba di restoran. Makanan untuk kami sudah tersaji sesuai dengan jumlah rombongan kami. Waktu aku cicipi, rasa makanannya biasa saja,  dibilang enak enggak, dibilang enggak enak juga nggak bisa. Tapi aku nggak suka supnya. Kuah supnya kental seperti sirop, berisi jamur tiram iris.  Bumbunya nggak aku kenal, seperti gabungan antara kunyit dan jahe. Baunya aneh, rasanya juga nggak enak.  Kecut nggak jelas.

Aku makan ayam goreng dan mie goreng saja.

Setelah makan, kami diajak belanja di toko khusus turis. Di Paris, para pedagang lebih ramah kepada orang Asia daripada orang eropa. Karena dalam pandangan mereka orang Asia itu kaya-kaya dan banyak duit. Tidak seperti orang eropa yang sejak beberapa tahun belakangan ini negaranya mengalami krisis.

Karena menganggap orang Asia berduit. Mereka memberikan pelayanan khusus yang memanjakan orang asia. Contohnya di toko ini ruangannya sudah dibagi-bagi per negara asia. Ada ruangan toko yang khusus untuk pelanggan Cina dengan pelayan toko berbahasa Cina, ada yang untuk Jepang dan juga ada untuk orang Indonesia. Kami dibawa ke bagian toko untuk orang Indonesia yang terletak di lantai dua. Pelayan toko di bagian ini juga orang Indonesia. Kebanyakan kakak-kakak mahasiswa Indonesia yang mencari penghasilan tambahan di waktu senggang.

Kalau hanya melihat Perancis dengan menjadi turis seperti ini. Aku pasti menganggap orang Perancis itu ramah pada semua orang Asia.

Tapi kata Tante Agnes yang tinggal di Paris. Mereka cuma ramah pada turis Asia. Kalau sama orang Asia yang tinggal di Perancis mereka bersikap rasis.

Aku ditawari souvenir oleh pedagang asongan.
Aku ditawari souvenir oleh pedagang asongan.

Waktu kutanya pada ayahku kenapa bisa begitu. Kata ayahku, orang Perancis jadi rasis karena konstitusi Perancis ‘terlalu baik’. Mereka memungut pajak tinggi dan banyak kemudahan untuk orang nggak mampu.  Terus ini bikin banyak orang berimigrasi ke Perancis.  Di Perancis imigran juga mendapat pelayanan yang sama.Waktu sekarang Perancis lagi krisis, orang Perancis nggak rela pajak mereka dipakai untuk membiayai yang bukan orang Perancis.  Merekapun mulai bersikap tidak baik pada imigran.  Untungnya aku bukan imigran.

Dari tempat mahal ini, kami dibawa ke toko souvenir yang sangat besar dan megah sebesar mall kelapa gading. Di sini dijual berbagai souvenir seperti baju, mainan, buku, gantungan kunci dan lain-lain.  Kalo ini baru aku punya duit untuk beli.  Aku membeli dua gantungan kunci ‘Thomson and Thompson’,  lima pensil dari Plastik yang bisa meleot-leot, pensil bergambar aneh-aneh, mainan binatang-binatang dan tas bergambar ‘Le Petit Prince’ yang aku punya bukunya.  Total aku menghabiskan 39.9 Euro.  Dalam rupiah kira-kira 625 ribu. Kalau di Indonesia dengan duit segitu aku udah bisa beli banyak buku.

Selesai belanja kami yang sudah mulai capek langsung dibawa ke hotel.  Tidak seperti hotel di Indonesia, kalau kita datang langsung dilayani. Koper kita diangkat sama petugas. Di sini semua harus dilakukan sendiri. Di sini tidak ada porter, koper harus diangkat sendiri. Padahal dari tempat parkir ke lobi hotel, jaraknya jauh sekali.

Petugas di lobi hotelnya melayani kami dengan kaku.  Paspor kami diminta untuk dicatat, aku menunggu di lobi. Setelah selesai, kami masuk ke kamar. Kamarku ada di lantai dua. Kamarnya  lumayan besar dan nyaman.

Di kamar aku tidur-tiduran sebentar.  Kemudian ganti baju. Tapi waktu aku mau ganti baju, koperku nggak bisa dibuka. Ternyata aku lupa membawa kunci koperku. Akhirnya koperku dibuka paksa.  Lalu aku ganti baju nggak pake mandi.  Setelah itu aku makan malam  dan tidur.

Besok pagi kami akan melanjutkan perjalanan ke Belgia.

*Penulis adalah Putri Gayo, asal Kute Rayang, Isak. Kelahiran Desember 2004

 

[highlight]10 Hari Menjelajah Eropa (Bag. 3)[/highlight]

[highlight]10 Hari Menjelajah Eropa (Bag 2)[/highlight]

[highlight]10 Hari Menjelajah Eropa (Bag 1)[/highlight]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.