Oleh : Qien Mattane Lao*
Jakarta-Singapura-Paris
Di Jak arta, aku menginap satu malam di rumah nenekku di Jakarta Timur. Pagi tanggal 21 Mei 2014, aku bersiap untuk perjalanan pertamaku ke luar negeri.
Berbeda dengan penerbangan domestik. Untuk penerbangan internasional, penumpang harus ada di Bandara paling lama 2 jam sebelum keberangkatan. Aku akan berangkat naik Singapore Airlines jam 7 malam. Jam 3.30 sore aku berangkat ke Bandara dengan menumpang taksi Silver Bird. Jam 4 aku sudah sampai di Cengkareng . Turun di terminal 2D keberangkatan Internasional.

Proses keberangkatan Internasional, beda dengan penerbangan domestik yang biasa aku lakukan. Di sini aku harus menyerahkan paspor dan tiket pesawat. Antriannya panjang sekali. Terus airport tax-nya juga lebih mahal. Kalau biasanya aku cuma bayar 40 ribu. Sekarang aku harus bayar 150 ribu. Bagasiku ditimbang dan dimasukkan ke dalam pesawat. Terus tante petugas memberikan aku boarding pass dan kartu imigrasi. Kartu imigrasinya ada dua, Departure dan Arrival. Setelah keduanya diisi, aku selipkan di dalam paspor. Waktu akan naik ke pesawat, om petugas bandara merobek bagian departure. Yang arrival disimpan, karena nanti harus ditunjukkan waktu kembali ke Indonesia.

Jam 7 malam aku masuk ke pesawat. Ya ampun, seumur hidup baru kali ini aku naik pesawat sebagus ini. Bangkunya lega, nggak sempit seperti bangku pesawat Lion Air, Batavia, Adam Air atau Sriwijaya yang biasa aku tumpangi. Padahal ini kelas ekonomi. Kalau kelas bisnis yang ada di depanku, leganya hampir sama seperti bangku bis Kurnia seat 2-1.
Saat aku menemukan tempat dudukku. Di sana sudah ada selimut dan bantal. Di depanku juga ada layar TV-nya. Mirip seperti kabin pesawat Garuda dalam foto yang pernah ditunjukkan ayahku. Tante-tante pramugari di Singapore Airlines cantik-cantik, baik juga ramah. Lebih ramah dibanding tante-tante pramugari di Lion Air. Tante-tante pramugari Singapore Airlines, kebanyakan orang Melayu. Padahal kata ayahku penduduk Singapura kebanyakan orang Cina. Waktu pesawat mulai berjalan, bersiap-siap untuk take off. Seorang tante Pramugari datang membagikan handuk basah yang hangat untuk lap muka.
Setelah duduk nyaman dan memasang seat belt, aku langsung saja menyalakan film Frozen , karena aku suka lagu-lagunya. Aku mendengarkannya pakai head set. Cuma acara nontonku terhenti beberapa kali. Karena waktu anak di sebelahku tidak sengaja memencet tombol power untuk mematikan film yang ada pegangan kursiku.
Beberapa saat setelah pesawat terbang dengan stabil. Tante-tante pramugari datang lagi untuk membagikan makanan. Aku diberi smashed potato dan ikan. Katanya namanya Fish and Chips. Tante pramugari juga memberiku mainan, puzzle kartu yang bisa dibawa pulang.
Sedang asyik menonton film Frozen, gambar di layar TV tiba-tiba berubah menampilkan gambar pilot dan kemudian gambar tante pramugari yang tadi memberikanku makanan. Meminta penumpang memakai seat belt kembali, menegakkan sandaran kursi dan membuka jendela, menggunakan dua bahasa. Bahasa Inggris dan bahasa Cina yang tidak aku mengerti. Aku nggak sadar, ternyata pesawat sudah mau landing. Penerbangan dari Jakarta ke Singapura selama 2 Jam segera berakhir. Padahal film yang kutonton belum sampai setengahnya. Akhirnya aku sampai juga di luar negeri.
Pesawat mendarat mulus di Changi Airport. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam waktu Singapura. Kami para penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke eropa, langsung masuk ke Bandara tanpa diperiksa paspor.

Bandara Changi sangat besar, jauh lebih besar daripada Bandara Seokarno-Hatta. Di dalamnya juga indah, ada banyak tanaman palem. Bunga anggrek yang berwarna-warni dan kolam jernih dengan ikan Koi.
Tidak lama aku berada di bandara, petugas travel membagikan kupon belanja hadiah dari Singapore Airlines bernilai 20 dollar. Karena waktunya mepet beberapa penumpang tidak mau belanja. Kuponnya diberikan padaku. Aku senang sekali dan langsung membelanjakannya di Books and Beyond yang juga ada di Changi. Tokonya jauh lebih besar dibandingkan toko Books and Beyond di Indonesia. Aku membeli buku Mr.Stink dan Horrible Science,Bugs. Aku juga membelikan buku Monster Inc dan tiga box buku Scholastic yang masing-masing berisi 20 buku untuk dua adik kembarku, Ceding Bintang Arigayo dan Xien Lintang Tuahnaru.
Setelah menunggu selama sejam di Changi. Kami kembali diminta naik ke pesawat. Proses seperti waktu berangkat dari Jakarta berulang kembali. Kali ini kami naik dengan pesawat yang berbeda. Kalau dari Jakarta ke Singapura kami naik pesawat boeing yang ukurannya sama dengan pesawat Lion Air. Sekarang kami naik pesawat raksasa. Airbus A-380, yang kata ayahku adalah pesawat komersial terbesar di dunia dan Singapore Airlines adalah pembeli pertamanya. Pesawat ini kabarnya belum bisa masuk ke Indonesia karena belum ada bandara yang mampu didaratinya.
Kursi di pesawat ini juga lebih lega daripada pesawat sebelumnya. Selebihnya kurang lebih sama. Perjalanan kali ini akan jauh lebih lama. Perjalanan dari Singapura ke Eropa akan memakan waktu selama 12 jam. Sedikit lebih lama dibandingkan perjalanan dari Medan ke Takengen naik Bis Kurnia atau yang lainnya, itupun kalau tidak ada longsor di Cot Panglima. Kalau ada longsor, pasti lebih lama. Aku dan ibuku pernah menempuh perjalanan selama 15 jam dari Medan ke Takengen gara-gara longsor di Cot Panglima.
Sepanjang perjalanan itu aku nikmati dengan menonton film. Mulai dari Frozen, Tangle, Brave, Lego Movie, The Hobbit sampai Walking with The Dinosaurs. Sambil nonton aku disuguhi makanan dua kali, pertama smashed potato, terus aku diberi snack. Aku juga minum jus banyak sekali. Aku juga diberikan mainan yang sama seperti sebelumnya untuk dibawa pulang. Aku tertidur beberapa kali, dan bangun lagi. Nonton lagi, minum jus lagi.
Pagi harinya, kami sudah memasuki wilayah udara Perancis tapi masih di pesawat. Untuk sarapan, aku disuguhi pancake dan sosis frankfurter juga snack–snack lainnya.
Pukul 7.00 pagi waktu setempat. Kami tiba di Bandara Charles de Gaulle (baca : Syarl de Goul) yang berada di kota Paris. Dan akupun menginjakkan kaki di tanah Eropa untuk pertama kalinya.
*Penulis adalah Putri Gayo asal Kute Rayang, Isak. Kelahiran desember 2004.
Link : [highlight]10 Hari Menjelajah Eropa (Bag 1)[/highlight]