
Banda Aceh-LintasGayo.co : Sastrawan dan seniman harus berani besikap dan mengambil posisi dalam hegemoni politik saat ini. Demikian statement Azhari pimpinan Komunitas Tikar Pandan dalam sebuah diskusi yang dilangsungkan di Rumah Budaya Simpang Lima Banda Aceh Rabu, (30/4/2014) sore.
Diskusi yang bertema “Aceh Diantara Sastra dan Politik” ini dihadiri oleh belasan sastrawan dan pelaku seni dan seniman Aceh yang tergolong masih muda-muda, digagas oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Banda Aceh (DKB).
Diskusi itu berlangsung cukup menarik dan alot dengan tema dan perspektif yang faktual dan aktual. Mulai dari persoalan sastra dan karya sastra dalam hegemoni politik yang mendominasi, sampai kepada kritik, muatan dan kurikulum pendidikan sastra. Content, eksistensi sastra Aceh klasik dalam kancah kesastraan di Asia Tenggara serta sikap dan kekaryaan para sastrawan dan seniman yang mengarahkan karya-karyanya sebagai “oposisi”, sekaligus sebagai penetralisir dominasi hegemoni politik.
Turut hadir dan memberi pendangan dalam diskusi yang dilangsungkan secara lesehan itu adalah Salman Yoga S, Fauzan Santa, Herman RN, Jamal Abdullah, M. Salda serta sejumlah seniman lainnya dengan berbagai latar belakang.
Acara yang dipandu oleh Muhazier Maop dengan pemantik Azhari yang juga redaktur budaya Harian Serambi Indonesia dan Mifta Sugesty, seorang mahasiswa pendiri klub diskusi Kutubuku.(PR)