Uan Daudy, Kritik Koruptor lewat Lirik Lagu Lembide

oleh

uan_daudyPudaha morepe wan ni laot

nge tangkuh karena doran murentang

wae lagu alas si mu warna ilang

mu merah mangan sesire pedenang

ooooo.. “lembide”

gere ne ku lintah rom pacat, wae temuni wan sara tempat

i taon mu tentu wae musapat

oya lembide sigere pernah jenta

mumerah mangan rayoh ni jema

cules, nti kase kao kona

ooooo….. “LEMBIDE”.

Yah….!!! Begitu lah sepenggal lirik lagu berjudul “Lembide” seorang karya musisi Gayo yang dikenal dengan nama Uan Daudy lewat album SaraAla pada tahun 2011 lalu. Lagu itu mengisahkan kelakuan Lembide yang menurut cerita rakyat Gayo dikenal hidup di Danau Lut Tawar berpenghuni ikan Depik (Rasbora tawarensis), menghisap darah manusia yang tenggelam di Danau kebanggaan masyarakat Gayo tersebut.

Tentu saja pembuatan lagu tersebut tidaklah berdasarkan cerita rakyat yang konon berkembang di masyarakat Gayo hingga kini, tentu saja bait-bait yang ditulis pelantun lagu, Bayang ni Ulen di album Saba Grup itu memiliki makna yang tersirat dari bait-bait lagu yang diciptakannya itu.

Saat ditemui LintasGayo.co, Kamis (16/1/2014) disela-sela kegiatannya meracik Kopi Arabica Gayo, Uan sapaan akrap lelaki bervokal tinggi itu, mengatakan bahwa lirik-lirik lagu berjudul Lembide ditujukannya sebagai kritik sosial bagi para koruptor, yang tega memakan yang bukan hak nya, sehingga menjadikan negara rugi dari kelakuan dari penjahat-penjahat berdasi tersebut.

“Lagu ini sebagai kritikan sosial bagi para koruptor, yang sama halnya dengan Lembide di Danau Lut Tawar, menghisap darah manusia, apa bedanya dengan para koruptor-koruptor itu, sama saja menghisap darah rakyatnya sendiri”, kata Uan, setelah membaca berita di LintasGayo.co, dimana korupsi di Aceh naik 50 persen ditahun 2013 dari tahun sebelumnya. (Baca : https://lintasgayo.co/2014/01/16/alamak-2013-korupsi-di-aceh-capai-rp5135-miliar)

Uan mengatakan, dulunya “Lembide” adalah sebuah mahluk yang diceritakan secara turun-temurun, berbentuk menyerupai tikar berwarna merah (wae lagu alas si mu warna ilang), konon cerita itu hanyalah diceritakan dari mulut ke mulut tanpa pernah melihat bentuk dari mahluk menakutkan di Danau Lut Tawar. Namun katanya lagi, saat ini sosok Lembide tidak lagi hidup di danau, akan tetapi sudah berpindah tempat ke daratan, dan sosok “Lembide” didaratan bisa dilihat dengan kasat mata.

“Tak perlu mencari Lembide di danau lagi, kalo mau lihat sosok lembide sebenarnya sekarang sudah pindah ke daratan, semua orang dapat melihatnya dengan kasat mata, mereka dapat ditemui di kantor-kantor pemerintahan dan swasta, jadi gag perlu takut lagi di Danau ada Lembide karena mereka sudah berubah menjadi manusia”, canda salah seorang personil grup band Gayo yang kesohor, Saba Grup ini.

Menurutnya lagi, kelakuan “Lembide” sama halnya dengan koruptor, duduk dikursi yang empuk seenaknya menghimpun kekayaan demi kepentingan pribadi dan kelompoknya, dan selalu menghisap darah rakyat sehingga rakyat menjadi miskin di tanah yang katanya tanah surga, ops ada filmnya tu “Tanah Surga….Katanya?”.

Lembide-lembide di daratan saat ini lebih terhormat (pedenang mu warna ilang), duduk dikursi yang empuk dengan karpet berwarna merah, dan umumnya Lembide (koruptor) jagonya menangkis dari hukum sehingga tidak terjerat hukum (ukum kin penangkis, we paling jago), kelakuan itu sama dengan lembide dari cerita-cerita yang kita dapat “, tuturnya.

Dengan demikian, Uan mengatakan para koruptor-koruptor tersebut harusnya diberantas bersama-sama, mereka-mereka itu tidak lagi takut kepada hukum, apalagi dengan hukum dari tuhan yang imbalannya adalah dosa besar karena telah menyengsarakan orang banyak hanya untuk kepentingan perutnya semata, dan tidak memikirkan apa yang mereka makan itu adalah haram.

“Kebanyak dari para koruptor berlagak alim, padahal kelakuannya dibelakang lebih buruk dari pada apa yang terlihat oleh kita, semoga mereka cepat sadar, jika tidak azab akan menghukum mereka dari prilaku tersebut”, demikian kata Uan Daudy.

(Darmawan Masri)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.