Gempa Gayo (bagian 11)
Catatan: Aman ZaiZa

Erwin operasional beko PU Aceh Tengah, tak kenal lelah membebaskan isolasi. Sayang saat operator ini sedang berjuang “menantang” maut tidak ada pihak yang merekam aksinya, hanya warga Serempah yang menjadi saksi hidup.
Pilihan berani, antara hidup dan mati. Siap menerjunkan beko ke dalam sungai Serempah, Ketol, Aceh Tengah, ketika gunung di belakang berhamburan memuntahkan tanah, kayu dan batu. Personil Brimob,TNI dan Basarnas, berlarian menyelamatkan diri. Namun tidak bagi Erwin, dia tetap setia dengan bekonya.
Begitulah ilustrasi kuat yang diberikan Bahtiar Gayo, seorang wartawan senior di Aceh Tengah dalam tulisannya menyangkut perjuangan Erwin dalam upaya membebaskan lokasi gempa dari keterisolasian pasca hentakan 6,2 SR yang mengguncang Gayo 2 Juli lalu.
Ilustrasi kuat yang diberikan Bahtiar Gayo ini, menunjukan betapa perkasanya Erwin. Laksana seorang pejuang tangguh dan memiliki nyawa cadangan di rumah terus berusaha meretas wilayah bencana tanpa memikirkan keselamatan diri.
Sosok tangguh dan pejuang ini sebenarnya sudah lama mengalir dalam tubuh urang Gayo. dalam rentang sejarah pula banyak sosok tangguh dan pejuang yang gigih melakukan usaha untuk sebuah pembebasan.
Dalam perjuangan kemerdekaan, nama Aman Dimot merupakan seorang pejuang yang tangguh, pemberani bahkan kebel (kebal), meski tergilar kenderaan militer seperti Tank pun tak juga mengakhiri perjuangannya.
Memang Erwin, tidaklah sebanding bahkan mungkin tak layak dibandingkan dengan Aman Dimot. Hanya saja, semangat heroik yang diperlihatkannya, merupakan “warisan” yang telah dirintis generasi Gayo pada tempoe doeloe.
Dalam kondisi Gayo pascagempa seperti ini, kita sangat membutuhkan pahlawan-pahlawan tangguh yang tanpa pamrih untuk bisa membangkitkan semangat kehidupan masyarakat korban gempa.
Sebab, jika menunggu alur atau irama yang terlihat saat ini, rasanya sulit kita bisa cepat bangkit dari keterpurukan pascagempa. Sosok orang-orang tangguh ini harus bisa muncul secara instan, tanpa dikarbit.
Memang kita tak bisa juga pungkiri, kalau sekarang progres kemajuan pascagempa sudah mulai tampak nyata. Namun kesannya masih lamban. Padahal hanya beberapa hari lalu, gempa Gayo ini sudah mendekati 2 bulan. Penantian dan harapan sambil menunggu penyaluran anggaran serta ‘belas kasih’ pihak luar rasanya tidak cukup.
Sosok tangguh itu tidak mesti pemerintah, atau anggota dewan, apalagi calon anggota legislatif yang memang lagi tebar pesona. Sosok tangguh itu bisa saja muncul dari masyarakat biasa bahkan korban gempa itu sendiri.
Lahirnya sosok tangguh ini tentunya harus mendapat dukungan dari semua pihak, jangan saling menjelekan bahkan membuat sosok itu drop. Menanamkan kepercayaan itu sangat perlu, sebab tidak semua orang bisa berkorban hanya untuk bisa hidup mereka (korban gempa) lebih baik lagi.
“Enti ne ara sipet besikoteken, entah orom-orom, kite tetahi Gayo”…bersambung***