Doktrin Simfoni Cinta Untuk Perdamaian Dunia

oleh
Pengungsi di Puskud Jamur Ujung pascagempa 6,2 SR.(Fauzi Ramadhan-Gayo Discover)

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

“Cinta adalah kuntum mawar yang bersemayam dalam keyakinan, alam hati yang tidak pernah layu. Hubungan kuat antar individu-individu yang membentuk keluarga, masyarakat dan bangsa adalah cinta.”

Dunia_oh_Dunia

Pankaj Mishra seorang penulis dari negeri Bollywood (India) mengibaratkan dunia saat ini dengan sebutan abad kemarahan (age of anger), kenapa dengan abad kemarahan; karena posisi manusia berada dalam titik kebencian, kekerasan, permusuhan, saling bertikai antar sesama sehingga tidak ada lagi keharmonisan apalagi rasa cinta. Dampak besar dari abad kemarahan ini adalah adanya krisis kemanusiaan yang melanda beberapa negara di belahan dunia ini.

Satu bangsa bisa melahirkan konflik karena pengaruh politik, satu agama pun bisa bergejolak karena pemahaman fanatisme serta taklid yang di anut oleh masing-masing pemeluk agama. Satu bangsa dan satu agama pun bisa menuai konflik apalagi berbeda bangsa dan beda agama. Nah, kenapa bisa terjadi seperti ini?. Apakah manusia tidak lagi mengindahkan rasa perdamaian serta persaudaraan antar sesama manusia dan antar umat beragama.

Menurut penulis sendiri, kenapa peristiwa seperti diatas bisa terjadi disaat dunia telah berkembang pesat dengan ilmu pengetahuan. Penyebabnya adalah rasa cinta dalam hati sanubari manusia telah hilang sehingga yang ada hanyalah rasa ego serta hawa nafsu, berbicara masalah cinta bukan hanya hubungan antara dua insan (perempuan dan laki-laki) tapi ada yang lebih penting dari makna cinta seperti yang dikatakan oleh pujangga besar Ibn Hazm al-Andalusi yang menulis tentang “Risalah Cinta” bahwasannya cinta adalah penghubung jiwa-jiwa manusia yang beragam corak dan warna.

Penghubung jiwa-jiwa manusia yang beragam corak dan warna inilah yang telah putus sehingga antar manusia tidak ada lagi penghubung cinta dan yang ada hanya kekerasan dan kekerasan dan perdamaian pun sulit tercapai. Hanya dengan antikekerasan dunia bisa bertahan kata Badshah Khan seorang pejuang Muslim yang anti terhadap kekerasan, lebih lanjut kata beliau dunia saat ini sedang berjalan ke arah yang aneh (dunia sedang menuju ke kehancuran dan kekerasan) hal yang dilakukan oleh kekerasan adalah menciptakan kebencian di antara umat manusia dan menciptakan ketakutan. Oleh karena itu kata Badshah Khan sekarang ini dunia lebih membutuhkan pesan cinta kasih.

Begitu juga dengan Fethullah Gullen memandang cinta merupakan salah satu masalah yang paling penting. Beliau mengatakan cinta adalah kuntum mawar yang bersemayam dalam keyakinan kita, alam hati yang tidak pernah layu. Di atas segalanya, sebagaimana Allah menenun alam semesta seperti renda pada alat tenun cinta, musik yang paling magis dan menawan di pangkuan keberadaan adalah cinta. Hubungan kuat antar individu-individu yang membentuk keluarga, masyarakat dan bangsa adalah cinta. Cinta yang universal terbentang di seluruh alam semesta dalam wujud setiap partikel membantu dan mendukung partikel lainnya.

Konsep Cinta Antar Sesama Manusia

Perbedaan adalah sunnatullah yang telah ditetapkan Allah swt di permukaan bumi ini. Berbeda bangsa, suku/ras, bahasa, warna kulit dan bahkan beda agama. Ketika perbedaan itu ada, apakah kita mesti harus membenci, memusuhi dan memerangi yang tidak sama dengan kita. Jika itu ada dalam pikiran maka kita mesti mempertanyakan rasa kemanusiaan, cinta serta kasih sayang; apakah masih ada tertanam dalam hati kita masing-masing.

Dengan adanya keberagaman ini seharusnya kita selaku umat Muslim menjadi corong dalam mengkampanyekan perdamaian ditengah-tengah perbedaan, perbedaan boleh saja asalkan kita hidup dalam keadaan damai dan jauh dari kekerasan, permusuhan dan menebar kebencian. Bagaimana Rasulullah ketika itu hidup berdampingan dengan komunitas Yahudi di Madinah dalam keadaan damai dan jauh dari kekerasan itu karena Rasulullah menjunjung tinggi kebersamaan, persaudaraan antar sesama manusia walaupun mempunyai perbedaan keyakinan.

Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan warna kulit, rasa, bahasa, negara dan lainnya tidak ada dalam pertimbangan Allah. Disana hanya ada satu timbangan untuk menguji seluruh nilai dan mengetahui keutamaan manusia. Ketika permusuhan dan pertengkaran dilenyapkan dibumi dan seluruh nilai dipertahankan manusia telah dihapuskan, lalu tampaklah dengan jelas sarana utama bagi terciptanya kerja sama dan keharmonisan.

Agar dunia ini tetap aman, damai dan jauh dari kekerasan maka dalam menjalankan roda kehidupan ini mestilah kita menggunakan dokrin simfoni cinta untuk bisa merealisasikan cita-cita tersebut. Hidup rukun antar sesama manusia dan rukun antar umat beragama dengan menggunakan konsep cinta yang ditanamkan dalam setiap individu-individu maka yang tercipta keharmonisan dalam menjalani kehidupan dan mudah-mudahan dunia terbebas dari kekerasan, permusuhan dan rasa kebencian sehingga yang ada hanya perdamaian dunia.

*Penulis: Kolumnis LintasGAYO.co

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.