Burni Telong, Danau Lut Tawar, Sinabung dan Rangkaian Mediterania

oleh

Oleh Ilham Abdi, SSTP, MAP

DALAM rangka menyambut HUT RI ke 72, Pemerintah Daerah Kabupaten Bener Meriah  melalui Dinas Pariwisata, Minggu (13/8) akan menyelenggarakan acara Expedisi Burni Telong dengan tema “Berdiri di Satu Pijakan di Puncak Burni Telong dalam Cinta Indonesia Bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Bener Meriah”

Kegiatan ini merupakan upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan Daerah Tujuan Wisata Burni Telong. Namun mungkin tak banyak yang tau dan menyadari bahwa sebenarnya Burni Telong adalah bagian dari pegunungan Bukit Barisan yang merupakan bagian dari Rangkaian Mediterania, dimulai dari Pegunungan Pirenina di Spanyol-Prancis, Alpen, di Eropa Barat, Kaukasus di Eropa Timur, Zagros di utara Irak-Iran, Himalaya, melewati utara Myanmar, menyeberangi Laut Andaman hingga menyentuh Sumatera di utara Aceh.

Hal ini pernah disampaikan oleh Yani Adriani, S.T., M.P.Par, Staf Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung pada acara Uji Publik Rancangan Qanun Kabupaten Bener Meriah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Bener Meriah Juni lalu di Bener Meriah.

Sebelumnya Budi Brahmantyo, salah seorang dosen Teknik Geologi ITB, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (FITB, ITB); anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), dan koordinator Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) dalam blog.fitb.itb.ac.id pernah bercerita tentang perjalanannya melakukan ekspedisi bukit barisan Tahun 2011 lalu di bawah komando KOPASSUS yang selanjutnya tertuang dalam sebuah buku dengan judul EKSPEDISI BUKIT BARISAN 2011, PEDULI DAN LESTARIKAN ALAM INDONESIA.

Dalam catatannya, Budi Brahmantyo bercerita tentang Pegunungan Bukit Barisan yang memiliki beberapa gunung api aktif, dikenal sebagai Cincin Api Pasifik dalam konteks vulkanologi dunia. Di kalangan geolog, sisi-sisi benua yang menghadap ke Samudra Pasifik dikenal akan untaian gunung berapi aktifnya — mulai dari Chile di selatan Amerika, Kolumbia, San Salvador, Meksiko, Amerika Serikat, Kanada, Alaska, berputar ke arah Benua Asia ke Jepang, Kepulauan Mariana, Filipina, Kepulauan Indonesia, hingga ke Selandia Baru.

Kepulauan Indonesia menjadi titik bertemunya dua rangkaian pegunungan utama yaitu Rangkaian Pegunungan Sirkum Pasifik dan Maditerania. Pegunungan Bukit Barisan sendiri adalah bagian dari Rangkaian Maditerania yang dimulai dari Pegunungan Pirenina di Spanyol-Prancis, Pegunungan Alpen di Eropa Barat, Pegungan Kaukasus di Eropa Timur, Pegunungan Zagros di utara Irak-Iran, Pegunungan Himalaya, menerus melewati utara Myanmar, menyeberang di Laut Andaman, hingga menyentuh Sumatra di utara Aceh.

Lebih lanjut beliau menjelaskan tentang proses geologis apa yang menyebabkan terbentuknya Pegunungan Bukit Barisan sehingga menyebabkan potongan timur-barat Pulau Sumatra menjadi seolah-olah tidak seimbang? Jawabannya terletak pada peristiwa maha dahsyat di masa lampau, ketika Lempeng India-Australia bergerak dan menunjam di bagian bawah Lempeng Eurasia. Ketika kontak dua lempeng raksasa ini terjadi di Sumatra, keduanya membentuk sudut yang berakibat kecepatan penunjaman menjadi berkurang (Verstappen, 2000). Hal ini menyebabkan gunung api di Sumatra tidak sebanyak Pulau Jawa yang interaksi lempeng-lempengnya berarah tegak lurus. Interaksi antara kedua lempeng itu melahirkan sebuah robekan pada permukaan bumi Sumatra yang terletak di antara Pegunungan Bukit Barisan, dikenal se bagai dextral transcurrent fault system, atau Sesar Besar Sumatra. Sesaran ini mematah dalam zona yang rumit, berawal dari pulau-pulau di ujung utara Sumatra di Aceh, membentuk lembah-lembah memanjang di daratan, dan di antaranya membentuk deretan danau-danau besar di sepanjang jalur yang dilintasinya, hingga ke ujung selatannya di Teluk Semangko, Lampung, ungkapnya.

Tak heran jika Pegunungan Bukit Barisan memiliki keanekaragaman hayati serta menyimpan sumber daya bumi yang kaya dan berlimpah mulai dari sumber-sumber mineral, batubara, air, minyak bumi, batu mulia, dan lain sebagainya dan menyajikan panorama alam yang memukau, serta lahan-lahan yang subur untuk hidup bertani, tetapi di sisi lain, memendam potensi bahaya bencana kebumian yang sulit diprediksi.

Sekalipun letusan gunung api relatif jarang, tetapi secara geologis dan berdasarkan catatan sejarah letusan gunung api, Bukit Barisan jelas tidak mengenal istilah “daerah aman.” Selain itu juga terdapat perbukitan-pegunungan berrelief kasar yang didominasi oleh batuan metamorf yang mengisi Pegunungan Leuser di Aceh hingga Sumatra Utara. Akibat sistem patahan rumit yang terjadi di daerah ini, lahirlah pembumbungan morfologi berupa perbukitan memanjang. Tetapi kekayaan geografis Bukit Barisan tidak berhenti di sana; selain pembumbungan, terjadi pula penarikan pada arah yang berlawanan sehingga menghasilkan lembah-lemabah yang kemudian menjadi danau-danau yang memanjang di sepanjang jalur ini.

Danau Lut tawar, Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Kerinci, hingga Danau Ranau adalah beberapa danau yang terbentuk di sepanjang jalur patahan ini.Di samping perbukitan-pegunungan dan lembah yang memanjang itu, muncul pula kerucut-kerucut gunung api, dimana beberapa gunung api tetap menjadi ancaman bahaya bencana letusan yang sangat mengkhawatirkan. Gunung api Sinabung yang tadinya digolongkan sebagai gunung api tipe B (yang tidak pernah tercatat meletus sejak 1600), tahun 2010 lalu bahkan baru-baru ini meletus cukup besar, memancarkan abunya hingga berratus-ratus meter ke angkasa sehingga status Gunung Sinabung dinaikkan menjadi gunung api tipe A (Aktif; atau pernah meletus sejak 1600). []

*Penulis adalah PNS Kab. Bener Meriah yang ikut dalam proses penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (RIPPARKAB) Kab. Bener Meriah bersama dengan Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung (P2PAR ITB) dan Kolaborasi Masyarakat & Pelayanan Untuk Kesejahteraan (KOMPAK) Kemitraan Indonesia-Australia.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.