Anak Bang Memen Cendol, Ternyata Novelis Handal

oleh
Anak-bang-Memen-2
Gilang Mutahari Farauzie. (Ist)

Dataran tinggi Gayo kaya akan potensi. Itulah kalimat yang tepat dinyatakan bagi generasi mudanya saat ini. Namun, kerap kali potensi itu tak langsung terpantau, terlebih dengan lambatnya program dari pemerintah yang menyentuh kalangan tersembunyi ini.

Karya seni tinggi, hingga potensi lainnya seperti dibidang sastra, potensinya mulai terungkap. Adalah, Gilang Mutahari Farouzie salah satunya. Bujang kelahiran Takengon, Aceh Tengah 18 Desember 1991 ini ternyata adalah mutiara terpendam dari dataran tinggi Gayo.

Tak banyak kalangan yang tau, Gilang begitu anak dari pasangan ayah bernama Armen Farauzie (Bang Memen) kesehariannya berdagang cendol yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Gayo, dan ibu Sabariah, ini disapa, ternyata sudah menerbitkan dua buah novel yang dicetak secara nasional.

Dalam wawancara bersama LintasGayo.co beberapa waktu lalu, Gilang mengatakan bakat menulisnya muncul saat keinginannya untuk dikenang selama-lamanya lewat tulisan.

Dia pun mengaku bakat menjadi novelis itu muncul secara otodidak. Melirik studi yang dia geluti, Gilang merupakan Sarjana lulusan Teknik Informatika dari Institut Teknologi Medan (ITM). Selesai kuliah, Gilang langsung diterima disalah satu perusahaan yang bergerak dibidang IT di Jakarta.

Namun, ia memilih keluar, lantaran ingin meneruskan bakat menulisnya. Gilang mencoba suasana baru dengan menggeluti dunia novelis. Keinginan kuat disertai do’a, menjadi keyakinan bagi Gilang mengambil langkah ini.

Mulailah, alumnus SMAN 5 Jakarta Pusat ini fokus menggarap novel pertamanya berjudul Mercusuar Padang Pasir. Beberapa waktu Gilang menulis, hingga novel garapannya itu rampung. Namun, tak serta merta Gilang mendapatkan penerbit.

“Saya kirim ke penerbit sebanyak 16 kali, yang ke 17 baru diterima,” kata Gilang.

Anak-bang-Memen-1Butuh proses lama ia menanti kabar gembira itu. Sembari menunggu, datangnya kabar dari peneribit, Gilang berinisiatif menggarap novel keduanya berjudul Lensa. Hingga akhirnya, kedua novel ini terbit secara bersamaan, dengaj penerbit berbeda.

“Rasa senang, bahagia dan bangga, bercampur aduk. Bantir setir dari IT ke menulis adalah pilihan saya, akhirnya ada penerbit yang mau menerbitkan buku saya,” kenang putra Bang Memen yang juga sempat berprofesi sebagai tukang peras santan kelapa ini.

Dalam kedua novel yang sudah diterbitkan itu, Mercusuar Padang Pasir dan Lensa, Gilang mengaku selalu menyelipkan identitas Gayo di dalamnya. Mulai dari budaya, wisata dan keindahan alamnya.

Wajar memang, pikiran Gilang terpantron pada daerah Gayo. Lahir dan besar, hingga akhirnya merantau ke Jakarta melanjutkan pendidikan SMA nya, menjadikan sugesti bagi Gilang untuk selalu menulis tanah kelahirannya, walau novel yang ia garap bergenre fiksi.

Urusan royalti dari penerbit, Gilang tak terlalu memikirkannya. Menurutnya hal itu adalah urusan lain. “Yang terpenting menulis dulu, royalti akan datang dengan sendiri,” ungkapnya.

Dia pun mengaku, bahwa dengan menulis, menjadikan namanya abadi dan selalu dikenang. Karena menurutnya sebuah karya tidak akan pernah mati, walau jasadnya sudah terpisah dari roh.

Bang Memen
Bang Memen (kiri)

“Apa yang disampaikan lewat buku, saya kira lebih abadi. Saya mengambil jurusan IT mungkin kesalahan dalam hidup, namun begitu harus tetap disyukuri, toh ilmu IT tetap juga bermanfaat bagi saya, sekarang mau fokus jadi penulis dulu,” tegasnya.

Saat ini, Gilang pun tengah melakukan riset untuk novel ketiga yang sedang ia garap. “Mudah-mudahan risetnya enggak lama, dan penerbitan buku ketiga akan segera terlaksana,” ungkapnya.

Bagi masyarakat Gayo, kata Gilang lagi yang ingin mendapatkan bukunya tersebut dapat datang langsung ke Bayakmi Coffee di Jalan RSU Datu Beru Takengon. Dalam kesempatan tersebut, Gilang juga menghadiahkan bukunya kepada Pemimpin Redaksi LintasGayo.co, Khalisuddin.

“Buku saya sudah ada disana, dengan harga terjangkau. Mungkin di toko buku di Gayo belum tersedia. Ini juga lagi penjajakan kemana buku tersebut akan saya titip, penerbit sudah mempercayakan kepada saya sebagai marketing untuk daerah Aceh,” tandasnya.

(Darmawan Masri)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.