Ingin Jadi Sarjana, Mahasiswa UGP Ini Berjualan ‘Taruk Jepang’

oleh

Oleh : Juli Aris Setianto*

Ahmad RupinBanyak orang yang berjuang sendiri dalam menempuh pendidikan. Kekurangan biaya adalah hal klasik yang sering dihadapi di negeri ini. Namun, kekurangan itu tidak serta merta membuat mahasiswa asal Kampung Pantan Gading, Kecamatan Jagong Jeget, Aceh Tengah ini prustasi.

Adalah Ahmad Marufin (21) atau biasa disapa Rupin, salah satunya. Kekurangan biaya, tak menyulutkan hatinya untuk mundur dari bangku perkuliahan yang telah dilakoni selama bertahun-tahun. Dia pun bertekad untuk menyelesaikan kuliahnya, dan menjadi sarjana seperti kebanyakan orang.

Dalam memenuhi kebutuhan kuliahnya yang hanya sedikit lagi, dia bekerja sebagai penjual taruk jepang (dedaunan labu siam yang biasanya dijadikan sayur dalam masyarakat Gayo-red).

Hal itu dilakukannya, untuk biaya melengkapi bahan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) nya yang sudah berakhir dan memasuki tahap jilid.

“Semuanya butuh perjuangan, dan saya menikmati proses ini, walau harus banting tulang, agar dapat menjadi sarjana di Universitas Gajah Putih (UGP),” kata Rupin, beberapa waktu lalu.

Mahasiswa Jurusan Komunikasi ini menambahkan, bukan hanya berjualan tarung jepang yang dia lakoni untuk memenuhi biaya perkuliahannya selama ini. Terlahir dari anak petani yang keseharian bekerja sebagai upah harian (mangan ongkosen : Gayo-red), dia pun rela bekerja serabutan, guna meringankan beban orang tuanya.

Dalam hitungan waktu normal, Rupin dapat meraih gelar sarjana dalam tempo 1 semester kedepan. “Pekerjaan ini harus saya lakukan, walau hanya berjualan taruk jepang, yang saya jual perikatnya Rp. 1.000,-. Deadline laporan PKL harus masuk paling lama 4 Januari 2016 nanti, saya harus mencari biaya untuk menjilid laporannya, dan saya mendapat tawaran ini dari seorang teman, saya pun tak mau pikir panjang dan langsung mengiyakannya,” aku Rupin.

Atas tawaran itu, Rupin sepakat untuk berbagi hasil dengan pemilik kebun dimana taruk jepang itu tumbuh. Semangat dan kerja keras rupin layak di contoh oleh kalangan muda Gayo lainnya. Tidak ada kata menyerah, dan tidak ada kata terlambat untuk menggapai mimpi. Semoga apa yang dilakukan pemuda ini, menjadi motivasi bagi kita semua. [DM]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.