16 Bulan di Sekolah Darurat Siswa SMKN 3 Takengon Unjukrasa ke DPRK

oleh
Ratusan siswa SMKN 3 Takengon di sekolah darurat di Musara Alun. (Win Aman)
Ratusan siswa SMKN 3 Takengon di sekolah darurat di Musara Alun. (Win Aman)
Ratusan siswa SMKN 3 Takengon di sekolah darurat di Musara Alun. (Win Aman)

Takengon,LintasGayo.co: Merasa dianaktirikan, ratusan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Takengon, Selasa pagi, 27 Januari 2015 berunjukrasa di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah. Para siswa itu berangkat dari sekolah darurat yang berada di lapangan Musara Alun sekitar pukul 09.00 Wib langsung menuju kantor DPRK yang tidak jauh dari lokasi sekolah mereka.

Setiba di lokasi para siswa melakukan orasi tanpa pengguna pengeras suara dengan membawa poster yang bertuliskan tuntutan mereka, setelah beberapa saat berorasi kemudian pihak kepolisian memberikan mega phone sebagai alat bantu pengeras suara.

Siswa SMK negri 3 Takengon merasa dianaktirikan dalam pendidikan pasalnya selama 16 bulan lebih pasca gempa Gayo 2 Juli 2013 lalu hingga sekarang mereka terus menerus menimba ilmu dalam sekolah darurat yang sangat tidak layak untuk tempat menuntut ilmu.

“Sudah 16 bulan kami belajar di tenda darurat, kalau musim panas kami kepanasan dan penuh dengan debu, kalau musim hujan kami kedinginan dan ruang belajar kami becek, apakah bapak tidak peduli dengan kami, kami juga ingin mendapatkan fasilitas yang memadai seperti teman-teman kami di sekolah lain,” teriak Marguh dalam orasinya.

Setelah berorasi di depan gedung DPRK kemudian beberapa anggota DPRK, Wakil Bupati Aceh Tengah Drs. Khairul Asmara, MM dan juga Kepala Dinas  Pendidikan Drs.Nasaruddin   menghampiri para siswa yang sedang berorasi dan mengajak para siswa masuk kedalam ruang sidang DPRK.

Setelah melakukan dengar pendapat di ruang DPRK, kepala Dinas Pendidikan Aceh Tengah menyampaikan bahwasannya di tahun 2015 akan membangun gedung sekolah SMK N 3 Takengon yang rusak akibat gempa Gayo pada tahun 2013 silam.

“Semuanya harus dilakukan secara bertahap mengingat anggaran daerah tidak mencukupi dalam melaksanakan pembangunan sekolah secara serentak, dan untuk SMK N 3 Takengon juga harus bertahap karena untuk membangun gedung seperti semula itu membutuhkan anggaran Rp.8 Miliar,” terang Nasaruddin.

Setelah mendengar penjelasan tersebut, para siswa itu membubarkan diri dengan tertib. (Feri Yanto)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.