Banda Aceh-LintasGayo.co: Peserta Indonesia International Coffee Symposium (IICS ) 2014 terpana mendengar penjelasan Bupati Aceh Tengah Ir Nasaruddin, MM tentang “kopi” yang singkat dan mudah dipahami. Malah, beberapa mahasiswa pertanian Unsyiah mengaku, cukup mudah memahami “kopi Gayo” setelah Pak Nas mempresentasikan Kopi Gayo.
“Rupanya sejak jaman dulu masyarakat Gayo sudah menanam kopi Arabika,” kata Vivi, mahasiswi semester IV Fakultas Pertanian Unsyiah asal Aceh Timur saat berbincang dengan LintasGayo.co selepas Pas Nas memberi presentasi soal kopi di AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Rabu (20/11/2014).
Pak Nas pada kesempatan itu dihadapan ratusan peserta simposium dari dalam dan luar negeri menjelaskan berbagai hal soal kopi secara singkat, baik keuntungan secara ekonomi, minum kopi sehat, hingga perkembangan pasar kopi.
Perkembangan bisnis kopi di Gayo menurut Pak Nas sudah dimulai sejak tahun 1924, dan sejak itu kopi menjadi sumber pendapatan masyarakat Gayo. Apalagi pada tahun 1978 , Direktorat perkebunan Republik Indonesia sudah mengeluarkan surat Proyek Rekonstruksi dan perluasan tanaman Ekspor (PRPTE) serta pada tahun 2010 Menteri Hukum dan HAM juga memberikan keputusan Indikasi Geografis , dan memberi pengakuan pada produsen Kopi Gayo.
“Sejak itu perkembangan kopi terjadi, termasuk semakin banyaknya yang menggeluti bisnisnya,” jelas Pak nas.
Dikatakan orang nomor satu di Aceh Tengah tersebut, kehadiran Perusahaan Genap Mupakat merupakan awal kopi Gayo di Ekport. perusahaan di Bener Meriah tersebut memberi konstribusi besar memperkenalkan Arabica Gayo di pasar dunia. Kini sedikitnya ada dua puluh negara seperti Amerika dan Eropa yang membeli kopi Gayo.
“Jumlah negara ini masih lebih kecil dibanding kopi dari Brazil. Untuk Asia, juga ada beberapa negara yang membeli kopi Gayo, dan Jepang adalah negara paling banyak memesan kopi Arabika Gayo,” demikian ujar Bupati Nasaruddin. (tarina)
